Part 6

2.6K 64 0
                                    

Siapa yang akan menyangka bahwa hari ini datang juga. Hari dimana pernikahan antara Devandro William dengan Darla Luvena.

Sungguh, tidakkah ini seperti mimpi? Waktu berjalan dengan begitu cepatnya, dan hari ini aku benar-benar akan menikah dengan Devan.

Satu minggu menjelang pernikahan, tepat di saat Darla keluar dari rumah sakit, Devan sangat marah ketika mendapati Darla kembali bekerja dengan tiba-tiba. Semenjak saat itu, Devan menyuruh Darla untuk berhenti bekerja. Dia tidak ingin ada rumor yang tidak ingin dia dengar. Dan hal yang Darla lakukan hanyalah berdiam di rumah dengan pikiran beratnya, hingga membuat Darla kehilangan berat badan beberapa kilo yang kini menjadikannya berada pada status tubuh ideal.

Para tamu sudah ramai mengisi hall pernikahan. Mulai dari pengusaha internasional bahkan hingga pejabat negara hadir untuk memberi selamat pada pasangan Devan dan Darla.

"Mempelai wanita, silahkan memasuki altar"

Gaun pernikahan berwarna putih berkilau membalut tubuh indah Darla hingga menampakkan pesona yang Darla miliki. Rambut yang tertata rapi dengan perpaduan makeup sederhana, membuat Darla terlihat sangat cantik.

Setelah pembawa acara mempersilahkan mempelai wanita memasuki altar, pintu hall pernikahan pun terbuka lebar. Smith menuntun putrinya berjalan di atas altar pernikahan. Devan berdiri di ujung altar bersama pengulu. Dia terlihat sangat tampan dengan jas hitamnya. Begitu juga dengan Darla, yang terlihat begitu cantik dengan gaun pernikahannya. Kini Devan dan Darla menjadi toko utama pada malam ini yang mencuri banyak pasang mata.

Semua tamu undangan perdecak kagum akan kecantikan Darla dan ketampanan Devan.

"Lihatlah pengantin wanitanya, benar-benar cantik. Pantas saja Devan jatuh hati padanya. Mereka berdua memang terlihat sangat serasi."

"Aku sangat ingin melihat anak mereka nantinya. Pasti cantik seperti ibunya dan juga tampan seperti ayahnya. Mereka memang pasangan yang sempurna"

"Mereka sangat cantik dan tampan. Astaga, aku benar-benar iri"

Janji suci pun terucap dari kedua mulut mempelai. Kini mereka terikat menjadi satu dalam hubungan suami istri setelah cincin tersematkan di jari masing-masing. Ritual pernikahan yang syahdu dengan diiringi doa yang tulus dari tamu undangan untuk kebahagian Devan dan Darla, membuat acara pernikahan menjadi lebih menyentuh. Nuansa keemasan dan lampu-lampu di tengah malam seakan menjadi saksi bisu akan pernikahan Devan dan Darla.

"Mempelai pria boleh mencium mempelai wanitanya"

Deg.. deg.. deg..

Jantungku berdegup sangat kerasnya, sampai-samai kupikir semua orang yang ada disini dapat mendengarnya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah Devan akan benar-benar menciumku? Ya Tuhan, ini ciuman pertamaku. Dan.. Apakah ciuman pertamaku benar-benar dengan Devan? Tidak-tidak, apa yang sedang aku harapkan sekarang? Bagaimana jika Devan merasa jijik padaku? Tunggu.. apakah sebaiknya aku mengatakan pada pembawa acara untuk melewati sesi ciumannya? Aku yakin pasti Devan tidak ingin melakukannya.

"Kamu tidak perlu melakukannya, Devan" bisik Darla sangat pelan agar tidak terdengar siapapun.

Devan hanya melihat Darla datar, dan maju satu langkah mendekat padanya.

Apa yang Devan lakukan? Aku bahkan sudah mengatakan bahwa dia tidak perlu untuk menciumku. Aku takut Devan akan marah padaku dan menyesalinya nanti. Tunggu.. kening! Benar juga, dia bisa mencium keningku sekilas. Tapi.. bukankah mencium kening terlalu berlebihan dan terlihat sangat serius? Bagaimana dengan pipi? Mencium pipi sekilas tidak masalah, bukan? Seperti yang biasa aku lakukan pada Papah, Mamah dan Lolita.

Touchable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang