Part 16

2.3K 80 7
                                    

Dengan perasaan yang tidak bisa dia mengerti sendiri, Devan membuka pintu kamar hotel dan mendapati Milli tengah bersama dengan Darla disana. Berbeda jauh dengan Darla yang hanya diam merundukkan kepalanya, Milli justru terlihat bahagia menatap Devan.

Pria itu mulai melangkahkan kakinya masuk dan menatap keduanya dengan penuh tanya.

Apa yang sebenarnya mereka bicarakan sebelumnya? batin Devan

"Jadi Dev, aku sudah bicara dengan Darla. Dia setuju untuk menceraikanmu agar kita bisa menikah" ucap Milli dan merangkul lengan Devan yang tengah berdiri tepat di depan Darla.

Devan mulai mengerti situasi apa yang sedang terjadi sekarang. Pasti Darla terkejut akan kehadiran Milli yang sangat tiba-tiba. Bahkan wanita yang masih terasa asing bagi Darla itu memaksanya untuk bercerai.

Darla masih merundukan kepalanya dalam-dalam. Dia tidak sanggup menatap suaminya untuk saat ini.

"Kapan kalian bisa mengurus surat perceraiannya? Bagaimana dengan hari ini? Bukankah lebih cepat akan lebih baik?"

Tidak ada jawaban dari Darla maupun dari Devan, hingga akhirnya Milli kembali membuka suara.

"Darla, kamu benar-benar akan melakukannya bukan?"

Pertanyaan Milli berhasil mengembalikan kesadaran Darla. Dengan cepat wanita itu mengusap matanya yang mulai kembali panas dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan suaminya.

Perlahan, Darla mengangkat kepalanya dan menatap Devan yang tengah bersama Milli. Cukup lama dia hanya diam sebelum pada akhirnya wanita itu mengangguk pelan.

Tentu saja Devan sendiri terlihat terkejut ketika Darla menganggukan kepalanya.

"Milli, sepertinya kita perlu bicara" ucap Devan menarik Milli keluar dari kamar hotel dan meninggalkan Darla sendiri.

"Ada apa denganmu?" Devan tampak bingung dengan kelakuan Milli. Karena dulu saat mereka berpacaran sewaktu di SMA, Milli tak pernah gegabah seperti sekarang. Tapi Devan menyadari satu hal bahwa sifat Milli berubah menjadi memaksa saat ini.

"Kenapa Dev? Bukankah kau bilang kau masih mencintaiku? Bukankah kau bilang kita akan menikah? Kau hanya perlu untuk menceraikan Darla. Apa susahnya untukmu?" Milli menatap Dev kesal.

"Aku tau, tapi ada banyak hal yang harus kita pikirkan tentang bagaimana resiko dan kemungkinan yang akan terjadi. Apa kau lupa? Aku sekarang adalah president di Hesung Inc., dan juga akulah pewaris tunggal dari perusahaan-perusahaan milik papaku. Jadi tak akan semudah itu untuk bercerai dan menikah. Apa yang akan orang-orang pikirkan nantinya?"

"Lalu apa maksudmu kau tak akan menikahiku, Dev?"

"Bukan begitu Milli, semua itu butuh waktu"

"Sampai kapan Dev? Aku bahkan sudah menahannya dan merindukanmu selama 5 tahun. Apakah 5 tahun belum cukup untukmu, Dev? Haruskah kita berpisah lagi lebih lama? Aku bahkan sudah menahan semua sakitnya sendiri, apa kau tak merasa kasihan padaku?"

Devan hanya diam menatap Milli ketika dia mulai menangis. Cukup lama mereka hanya diam di depan pintu kamar hotel.

"Baiklah Dev, permasalahannya adalah kau yang tak ingin mengajukan surat perceraiannya bukan? Kau takut akan perusahaan dan papa mamamu kan Dev? Kalu memang begitu, mari kita buat agar Darla yang mengajukan surat perceraiannya padamu" ucap Milli lalu berniat untuk kembali pulang ke apartemennya sendiri, namun Devan pun menahan tangan Milli.

"Aku antarkan" ucap Devan lalu menggandeng Milli keparkiran untuk kembali ke apartemen.

Devan sendiri masih merasa bingung dan tak nyaman jika harus berdua dengan Darla, maka dari itu pada akhirnya Devan memutuskan untuk mengantar Milli terlebih dahulu kembali ke apartemen sembari memikirkan kira-kira apa yang sebaiknya akan dia katakan nantinya pada Darla.

Touchable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang