Hari ini Devan memutuskan untuk pulang lebih cepat dari biasanya karena kepalanya yg terasa berat dan penat.
Sepi
Dia tidak menemukan sosok Darla di rumah. Padahal biasanya wanita itu akan duduk di ruang tamu menunggunya pulang.
'Kemana dia?' tanya Dev dalam hati dan melihat sekeliling, hingga dia kembali teringat ucapan Darla kemarin. Wanita itu sudah meminta ijin padanya bahwa malam ini dia akan pergi kepernikahan temannya.
Setelah berganti pakaian yg lebih nyaman, Dev segera membersihkan badannya dan pergi ke dapur untuk mencari obat yg bisa dia meminum untuk meredakan sakit kepalanya. Hingga akhirnya, pria itu tertidur diruang tamu.
Setelah beberapa jam berlalu, Dev kembali terbangun dan merasa lebih sehat karena berhasil mengistirahatkan otaknya sebentar.
Jam menunjukkan pukul 20.15 dan dia melihat sekeliling. Masih sepi. Sepertinya Darla belum pulang.
Dev yg sudah tertidur selama beberapa jam itu mulai merasa lapar. Dia berjalan menuju meja makan, namun tidak ada apapun yg bisa dia makan disana. Pria itu kembali teringat akan masakan Darla yg selalu mewarnai meja makannya, meskipun selama ini Dev sendiri tidak pernah berniat memakannya. Dia lebih memilih menahan rasa laparnya dan makan di luar daripada harus memakan masakan Darla. Rasa bencinya pada wanita itu kembali menghinggapinya setiap kali Dev melihat foto Milli.
Mengingat saat ini Darla tidak ada di rumah, jadi Devan memutuskan untuk membuat bubur instan dan memakannya sembari menonton TV.
Karena tidak ada siaran yang bagus, pria itu mulai mencari film di tumpukan kotak DVD dan yang dapat dia temukan adalah DVD porno karena letaknya yang paling atas. DVD porno itu merupakan hadiah dari Kevin saat dulu dirinya masih SMA di USA.
Devan pun memutuskan untuk menontonnya berhubung Darla tidak ada dirumah. Namun, selang beberapa menit setelah film itu diputar, dia mematikannya dan menghembuskan napas frustasi.
Sepertinya pilihannya untuk menonton film porno adalah keputusan yg salah. Dev jadi menginginkan Darla sekarang, menginginkan bibirnya dan juga tubuhnya.
Hingga jam menunjukkan pukul 22.48, namun Darla tidak kunjung pulang.
'Sebenarnya apa sih yang anak itu lakukan?'
Karena sudah tidak dapat menahan hasrat seksualnya, Dev akhirnya memutuskan untuk menghubungi Darla.
Panggilan pertamanya, wanita itu tidak mengangkatnya.
Tumben, biasanya Darla akan langsung mengangkat jika Dev meneleponnya, mengingat pria itu sangat jarang sekali menghubunginya kalau bukan karena situasi darurat dan mendesak.
'Ada apa dengannya? Apa dia tidak merasa kasihan dengan kondisiku saat ini? Aku bahkan sedang sakit dan menginginkannya sekarang.' Dev mulai kesal tanpa sebab.
Sebenarnya Dev sendiri tidak bermaksud untuk menginginkan Darla yang sebenarnya. Dia hanya menginginkan tubuh istrinya. Selama ini Dev sendiri menganggap Darla seperti wanita penghibur yang ada di club malam. Dia hanya akan mencium dan menidurinya tanpa perasaan apapun.
Dev kembali mencoba menghubunginnya lagi, dan diangkat!
"Iya Dev?"
"Dimana? Kenapa belum pulang?" Tanya Dev dengan nada sedikit kesal.
"Aku lupa mengambil jalur bus dan sampai ke rumah mama dan papa, Dev. Aku akan segera pulang"
'Dasar bodoh! Sebenarnya dimana dia menaruh otaknya?' Batin Dev hampir-hampir berteriak melontarkannya pada Darla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchable Love
Romantizm- Darla Luvena - Kenapa cinta sangat rumit dan menyakitkan? Bukankah jatuh cinta seharusnya membuat seseorang merasa bahagia? Lalu kenapa aku seperti ini? Apakah sebegitu susahnya hanya untuk mencintai seseorang? Aku tau bahwa diriku sangat egois da...