"Bobi!" teriak Darla setelah berhasil membuka pintu apartemen miliki Bobi.
Sepi, tak ada seorang pun.
"Bobi!" teriakan Darla kembali menggema di setiap sudut ruangan. Dengan sedikit berlari, Darla memasuki kamar Bobi dan benar saja. Dia menemukannya tengah berbaring disana. Dengan perlahan Darla mulai menghampirinya.
"Bi?" Darla menggoyang-goyangkan tubuh Bobi mengingat dia sama sekali tak merespon Darla dan hanya memejamkan mata.
Ya tuhan, apakah dia pingsan?
Darla pun menempelkan tangannya di kening Bobi untuk mengetahui suhu tubuhnya.
'Netral. Suhu tubuh Bobi netral dan tdk demam. Lalu, apakah Bobi berbohong?'
"Bi.. Apa kau masih marah denganku?"
Pertanyaan Darla berhasil membuat Bobi membuka matanya dan berbalik menatap Darla lekat.
"Aku tak akan pernah bisa marah padamu, Darla" ucap Bobi dan mulai merubah posisi berbaringnya menjadi posisi duduk.
Raut muka Bobi membuat Darla menatapnya aneh.
"Apa kau berbohong padaku, Bi?"
"Aku tak pernah berbohong padamu, Darla"
"Lalu.." Darla menggantungkan kalimatnya dan menarik napas panjang. "Sudah lah lupakan. Syukur jika kau baik-baik saja"
Darla hendak akan meninggalkan tempatnya sebelum suara Bobi kembali menghentikan langkahnya.
"Bukankah kau juga mencintaiku, Darla?"
Darla kembali menoleh ke arah Bobi.
"Apa kau tak bisa merasakannya, Darla? Apa kau tak menyadarinya? Kau bahkan langsung berlari kesini ketika aku bilang diriku sedang sakit. Kau mengkhawatirkanku karena kau juga suka padaku kan?"
"Apa yg sedang kau bicarakan, Bi? Tentu saja aku sangat mengkhawatirkan mu dan menyukaimu. Tapi rasa suka yg aku miliki untukmu, bukanlah rasa cinta. Aku menyukaimu karena kau sahabatku, Bi. Kau bahkan sudah seperti kakak bagiku. Jadi kumohon hentikan semua itu, aku tak ingin hubungan kita benar-benar berakhir"
Bobi mulai berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan perlahan mendekati Darla dengan tatapan yg tak pernah Darla lihat sebelumnya. Rasa takut pun mulai menyerang perasaan Darla hingga tanpa sadar dia mulai melangkahkan kakinya mundur.
Tentu saja awalnya Bobi sempat terkejut saat melihat Darla melangkahkan kakinya mundur.
"Apa sekarang kau merasa takut padaku?" suara Bobi memecah keheningan.
Dengan masih diselimuti rasa takut dan khawatir, Darla menggelengkan kepalanya pelan dengan ragu-ragu.
"Aku harus pergi, Dev sudah menungguku" ucap Darla dan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar Bobi. Namun, belum sempat Darla membukanya, Bobi sudah lebih dulu menahan pintu kamarnya agar tak terbuka. Dia bahkan mengunci pintu kamarnya dan mengambil kuncinya.
"Apa yg kau lakukan, Bi? Aku bilang aku ingin pergi! Jadi buka pintunya sekarang!" ucap Darla dengan nada marah yg sedikit bergetar karena rasa takutnya
Bobi tak merespon. Dia hanya kembali melangkahkan kakinya mendekati Darla hingga dia berhasil menyudutkannya di dinding. Dan ketika Bobi memajukan wajahnya hendak mencium Darla, dengan cepat Darla memalingkan mukanya.
"Jangan seperti ini, Bi. Kumohon".
"Bukan aku yg memaksamu. Tapi kau yg memintanya, Darla" ucap Bobi dan kembali mencoba mencium Darla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchable Love
Romance- Darla Luvena - Kenapa cinta sangat rumit dan menyakitkan? Bukankah jatuh cinta seharusnya membuat seseorang merasa bahagia? Lalu kenapa aku seperti ini? Apakah sebegitu susahnya hanya untuk mencintai seseorang? Aku tau bahwa diriku sangat egois da...