Dev tampak setia menemani Darla yang masih istirahan berbaring di ranjang rumah sakit. Dengan lembut dia mengusap perut wanita yang dicintainya itu. Bahkan rasa bahagia tak dapat disembunyikan dari wajahnya.
Perlahan, Darla membuka matanya karena tangan Dev yang terus saja menempel di atas perutnya.
"Dev?"
"Hai honey" ucap Dev dan mengecup kening Darla dalam.
Darla mengerutkan alisnya, "Apa yang kamu lakukan disini?"
"Tentu saja menemanimu, dan.." Dev menggantungkan kalimatnya. Darla pun hanya menatapnya tak mengerti.
"Dan menemani bayi kita" ucap Dev dan lagi-lagi dirinya tersenyum malu.
Darla hanya diam dan memalingkan mukanya.
"Apa kau masih marah padaku?" tanya Dev yang tak digubris olehnya.
Dev mulai menarik napas panjang.
"Sudah seminggu yang lalu Milli ada di korea. Dan baru kemarin Milli menemuiku untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Karena dia tak memiliki teman ataupun sahabat, maka dari itu dia ke kantorku kemarin. Yah, aku hanya bisa menyemangatinya dengan cara mendengarkan cerita tentang masalahnya." Dev berusaha menjelaskan apa yang terjadi, dan benar saja, Darla kembali menatap Dev untuk mendengar kelanjutannya.
"Milli hamil dengan pacarnya. Usia kandungannya 6 minggu. Dan pacarnya tau akan hal itu, tapi dia tak ingin bertanggung jawab dan justru meminta Milli untuk menggugurkannya. Bahkan orang tua Milli sangat marah sampai mengusirnya dari rumah. Dan.. dan hanya itu, yang Milli ceritakan padaku" lanjut penjelasan dari Dev.
Melihat Darla yang masih diam tak merespon, Dev pun mulai bingung harus mengatakan apa lagi.
"Sungguh hanya itu yang Milli katakan. Dan aku tak berbohong, aku hanya mendengarkan ceritanya dan tak melakukan apapun. Aku dan Milli sudah tak ada hubungan apa-apa. Kau percaya padaku kan?"
Darla masih diam menatap Dev.
"Apa kau masih tak percaya padaku? Apakah aku perlu memanggilkan Milli kesini untuk menjelaskannya padamu? Ayolah honey, jangan seperti ini. Kau membuat dadaku terasa sesak dengan terus mengabaikanku. Demi tuhan aku tak berselingkuh dari mu. Jadi jangan mendiamkanku seperti ini. Kumohon. Jangan marah lagi padaku, dan jangan meninggalkanku" Dev merundukkan kepalanya karena dia mulai kehabisan kata-kata.
"Memang aku bilang apa?" Darla balik bertanya yang membuat Dev kembali mengangkat kepalanya dan berbalik menatapnya.
"Tadi pagi Milli menemuiku di restoran dan dia sudah menceritakan semuanya padaku" lanjut Darla lalu tersenyum menatap Dev yang tengah terlihat frustasi.
"Apa kau sedang bercanda dan mencoba mempermainkanku?" tanya Dev datar.
"Aku hanya ingin melihatmu jujur dan menceritakan apa yang terjadi padaku, Dev. Aku hanya ingin tau apa kau akan memilih Milli atau aku. Dan aku sudah melihat jawabannya sekarang." Darla mencoba untuk merubah posisinya dari berbaring menjadi duduk. Dia pun mendekatkan mukanya ke Dev dan mengecup bibirnya lama.
"Makasih karena udh memilihku, Dev. Aku mencintaimu" ucap Darla lalu mengambil tangan Dev untuk di letakkan kembali ke perutnya.
"Begitu juga dengan bayi kita. Dia sangat mencintai ayahnya" lanjut Darla dengan senyuman tulusnya yang membuat Dev tersenyum malu.
"Haruskah kita sekarang menemui papa dan mamaku untuk meminta restu dari mereka?" tanya Darla. Dev pun hanya diam menatap Darla selama beberapa detik sebelum dia mendaratkan ciumannya di bibir yang sangat dia rindukan itu. Melumatnya lembut seolah ingin menatakan, 'aku sangat mencintaimu dan tak ingin kehilanganmu'
Dev melepaskan ciumannya dan kembali menatap wanita yang dicintainya itu.
"Apa kau tau? Sekarang aku paham akan teori relativitas! Mulai dari tadi pagi hingga siang, satu menit rasanya seperti satu jam. Tapi ketika aku dalam berjalanan untuk menemuimu, satu jam rasanya seperti satu menit. Bahkan sekarang ketika kau tepat berada di depanku, seolah waktu terasa terhenti." ucap Dev yang membuat Darla hanya mengerutkan alisnya karena tak mengerti dengan ucapannya.
"Apa yang sedang kau bicarakan, Dev?" tanya Darla tak mengerti.
Dev pun tertawa geli melihat Darla yang tampak berpikir keras.
"Maksudaku adalah ini" ucap Dev dan kembali melumat bibir Darla.
Kita tak dapat mengukur seberapa bahagianya kita ketika bersama orang yang kita cintai. Kebahagiaan itu adalah pilihan. Jangan menyia-nyiakan orang yang mencintaimu hanya karena kau tak mencintainya. Dunia itu berputar, janganlah memilih jalan yang akan membuatmu menyesal. Tidak mencintainya bukan berarti kau harus membencinya. Kau akan bisa merasakan kehadirannya ketika kau sudah kehilangannya, dan itu adalah sebuah penyesalan yang tak berarti. Tapi ingatlah, dengan membuka hatimu lebih dalam, kau akan menyadarinya bahwa kau juga mencintainya. Jangan terlalu buta dan serakah, dunia itu luas dan tak terbatas. Jalan kehidupan itu panjang, dan setiap manusia akan menjadi pemeran utama dalam kehidupannya masing-masing. Semua orang pantas untuk dicintai, karena mencintai adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang di dunia ini.
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchable Love
Romance- Darla Luvena - Kenapa cinta sangat rumit dan menyakitkan? Bukankah jatuh cinta seharusnya membuat seseorang merasa bahagia? Lalu kenapa aku seperti ini? Apakah sebegitu susahnya hanya untuk mencintai seseorang? Aku tau bahwa diriku sangat egois da...