"Mama.. Papa.. Tante Marioline.. Paman William.. Sebenarnya.. Aku.. Aku dan Dev.. Sebenarnya.. Kita.."
"Sebenarnya kita tak suka jika mama dan papa menginap disini" tiba-tiba Dev memotong kalimat Darla.
Darla sendiri tampak terkejut mendengarnya.
"Memangnya kenapa?" tanya Marioline
"Mama kan tau sendiri, bahkan belum ada satu minggu aku bertemu dengan Darla. Tapi skrg apa? Mama papa mau mengganggu kami?"
Orang tua keduanya pun saling menatap satu sama lain dengan senyuman anehnya.
"Benarkah? Jadi kalian berdua ingin kami pulang?" Luvena ikut menambahkan.
Darla sendiri masih terdiam dan tak tau akan berkata apa.
"Hanya satu malam saja Dev, Luvena dan Smith pasti juga merindukan Darla. Jika kalian mau, kalian tetap dapat melakukan apapun yg kalian suka. Tak perlu mengkhawatirkan kami"
Melakukan apapun yg kita suka? Memangnya apa yg akan kita lakukan? Batin Darla
Dan pada akhirnya, kini Darla harus tetap menginap di rumah Dev mengingat kedua orang tua mereka juga menginap disana.
Kini keduanya tengah sama-sama duduk diam di satu kamar yang sama, yaitu kamar Dev. Awalnya Darla merasa ragu karena takut akan menemukan Milli di dalam kamar Dev. Tapi tak ada siapapun saat dia melangkahkan kakinya memasuki kamar.
Kemana Milli? Kenapa dia tidak ada di kamar Dev? Apakah dia sedang pergi? Atau, apakah Dev sedang menyembunyikannya? Batin Darla melihat sekeliling.
Sebenarnya Darla berniat akan marah karena Dev sudah memotong kalimatnya untuk menjelaskan kebenaran tentang hubungan keduanya kepada orang tua mereka, tapi karena suasana menjadi canggung, pada akhirnya dia hanya diam duduk di sofa yang berada di kamar Dev.
Dev sendiri juga merasa bingung harus bagaimana. Dia hanya terus saja menatap Darla. Setelah suasana hening selama beberapa saat, Dev pun berdiri dari kasur dan berjalan ke arahnya.
"Tidurlah di kasur, aku akan tidur di sofa jika kau memang tak ingin kita tidur bersama"
"Kau tak perlu mengkhawatirkanku, urus saja dirimu sendiri" ucap Darla masih membuang muka. Namun seketika dia menatap Dev ketika dirasakannya Dev semakin mendekat ke arahnya.
"..apa.. apa yang.. akan kau.. lakukan?" Darla mulai salah tingkah.
Dev mulai mempersempit jarak muka diantara mereka, menatap bibir Darla lekat selama beberapa detik sebelum dia mempertemukan tatapan matanya kembali dengan mata Darla.
"Tidurlah, atau aku akan menciummu sekarang"
Dengan susah payah Darla menelan ludahnya, dia bahkan mencoba menahan napasnya, wajahnya menjadi panas karena ucapan Dev. Mereka masih saling menatap satu sama lain. Karena merasa tak ada respon apapun dari Darla, Dev pun kembali mendekatkan wajahnya dan siap untuk mencium Darla.
Karena merasa tak kuat menahannya, Darla pun mendorong tubuh Dev agar menjauh darinya. Tanpa mengatakan apa pun, dia berjalan ke kasur Dev dan berhenti selama beberapa saat untuk mengamatinya.
Tempat tidur ini, bukankah Dev dan Milli pernah menidurinya bersama? Tapi apa urusannya denganku sekarang? Aku tak peduli, aku hanya akan tidur! Batin Darla dan mulai merebahkan badannya.
Dev tersenyum menatap Darla yang kini sudah berbaring di atas ranjangnya. Namun tak seperti yang Dev katakan sebelumnya, dia justru ikut menyusul Darla dan berbaring disampingnya.
"Apa yang kau lakukan?" Darla menatap Dev heran
"Tentu saja tidur disampingmu, apa lagi memangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchable Love
Romance- Darla Luvena - Kenapa cinta sangat rumit dan menyakitkan? Bukankah jatuh cinta seharusnya membuat seseorang merasa bahagia? Lalu kenapa aku seperti ini? Apakah sebegitu susahnya hanya untuk mencintai seseorang? Aku tau bahwa diriku sangat egois da...