Setelah Darla menyelesaikan satu buku, dia berniat turun kebawah untuk mengambil minum, namun lagi-lagi Devan mengagetkannya dengan berdiri di tengah pintu teras.
"Astaga Dev, apa yang kamu lakukan disitu? Kamu mengagetkanku"
'Tidakkah Dev sekarang sering mengagetkanku? Aku bahkan tidak tau jika bisa jadi lama-lama aku akan terserang penyakit jantung karenanya.'
Tanpa mengatakan apapun, Devan berjalan menghampiri Darla dan memberikan sesuatu.
'Ponsel?'
Devan memberikan ponsel milik Darla padanya.
"Ayo pergi" ucap Devan singkat lalu kembali turun.
'Apa maksudnya ini? Pergi? Pergi kemana?' Darla membuka ponselnya dan menemukan pesan-pesan dari Chelsea, bahkan Devan membalasnya.
'Tunggu, apakah Dev tau tentang Bobi?'
Tanpa berpikir panjang, Darla mengikuti Devan turun.
'Dimana Dev?'
Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Darla langsung masuk begitu saja ke kamar Devan. Dan tentu saja hal itu membuatnya menyesal katika dia mendapati Devan sedang tidak mengenakan baju. Seketika Darla membalikkan badannya dan menutup mata.
"Maaf Dev, bukan maksudku untuk lancang masuk ke kamarmu. Hanya saja, aku ingin menjelaskan semuanya karena sepertinya kamu salah paham akan sesuatu"
Devan hanya diam tidak merespon.
'Apa dia marah? Tapi saat ini aku bahkan tidak bisa membalikkan badanku karena Dev tidak memakai baju'
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Devan mengembalikan kesadaran Darla.
Darla merasa ragu, apakah dia bisa membalikkan badannya sekarang dan menatap Devan atau tidak.
"Apakah kamu sudah memakai bajumu, Dev?" tanya Darla memastikan.
"Sudah" Jawab Dev yang membuat Darla membalikkan badan. Namun, dia masih mendapati Devan tepat berada di belakangnya dengan masih tidak mengenakan bajunya.
Dengan cepat Darla mengalihkan pandangannya dan menatap jendela kamar Devan.
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu tiba-tiba bertingkah seolah kamu belum pernah melihatku telanjang? Bukankah kita sudah berkali-kali tidur bersama?" protes Dev panjang lebar.
'Benar juga, apa yang sedang kulakukan sekarang?'
Masih dengan ragu-ragu, Darla menatap Devan. Dia dapat melihat dengan jelas tubuh Devan yang six pack karena rajin olahraga.
"Aku.. aku akan bersiap" ucap Darla lalu keluar dari kamar Dev tanpa menatapnya lagi.
Sesampainya dikamar, Darla masih dapat mengingat tubuh Devan yang top less. Bahkan pipinya merona hanya dengan membayangkannya.
Darla merasa seperti ada sesuatu yang menyengat dalam tubuhnya. Ingatan tentang malam pertamanya bersama Devan kembali melintas dalam otaknya.
'Kenapa aku jadi mesum begini?' Darla terus memikirkannya hingga ponselnya bergetar.
drr..
Pesan masuk dari tante Marioline.
[Darla Sayang, nanti sore masih ingat kan, kita pergi ke salon untuk perawatan. Nanti tante jemput]
Salon? Tentu saja Darla mengingatnya karena besok adalah hari yang sangat spesial, maka dari itu tante Marioline mengajaknya ke salon sore nanti.
[Iya tante, tentu saja Darla ingat]
![](https://img.wattpad.com/cover/125155561-288-k531071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchable Love
Romance- Darla Luvena - Kenapa cinta sangat rumit dan menyakitkan? Bukankah jatuh cinta seharusnya membuat seseorang merasa bahagia? Lalu kenapa aku seperti ini? Apakah sebegitu susahnya hanya untuk mencintai seseorang? Aku tau bahwa diriku sangat egois da...