"Dev" Darla berusaha menghalangi Dev agar mengurungkan niatnya untuk menemui Bobi.
"Jangan halangi aku, Darla!"
"Dev.. kumohon.. kumohon jangan. Jangan Dev" ucap Darla sembari memeluk erat Dev dari belakang untuk menahannya.
Dev yang merasa amarahnya sudah memuncak pun melepaskan pelukan yang Darla berikan dengan sedikit kasar.
"Kau ingin aku harus bagaimana, Darla? Membiarkan wanita yang aku cintai di sentuh dan di rebut oleh pria lain? Apa itu yang kau inginkan?"
"Bukan seperti itu, Dev" Darla sendiri merasa tak mengerti dan bingung harus bagaimana hingga matanya mulai pedih. Dia sama sekali tak ingin Dev berkelahi lagi. Dia tak ingin membuat Dev dalam posisi bahaya jika harus berurusan lagi dengan Bobi. Dia tak ingin jika Dev akan mendapat luka memar di tubuh dan mukanya jika dia benar-benar akan berkelahi dengan Bobi. Semua yang Darla pikirkan hanyalah tak ingin melihat pria yang dicintainya itu terluka hanya demi untuk melindunginya.
"Lalu apa yang kau inginkan? Apa maumu sekarang?!" Dev semakin emosi, bahkan hatinya mulai memanas ketika Darla terus menahannya agar tak menemui Bobi. Dev sendiri mulai berpikir bahwa Darla mencoba menghalanginya untuk melindungi Bobi.
Suasana hening.
Karena tak mendengar satu patah katapun dari mulut Darla, Dev mulai tak sabar dan kembali berniat melangkahkan kakinya pergi sebelum Darla kembali menahannya dengan pelukan hangat dan lebih dalam dari belakang.
Darla mulai terisak.
"Dev.. Aku sudah mencoba untuk melupakan kejadian itu. Kumohon.. kumohon Dev. Aku tak ingin kau terluka karenaku, Dev. Jadi kumohon.. jangan pergi"
Mendengar Darla yang terisak membuat hati Dev sedikit demi sedikit mulai tenang dan luluh.
Dev kembali membalikkan badannya dan menatap wanita yang sangat ingin dijadikannya istri itu dengan iba ketika mendapati air mata membasahi pipinya.
"Kenapa harus menangis?" tanya Dev pelan sembari menyapu lembut pipi Darla dengan ibu jarinya untuk menghapus air matanya.
"Aku.. aku.. aku tak ingin menjadi beban untukmu, Dev. Maafkan aku karena tidak jujur padamu di awal. Tapi aku sangat takut jika harus memberi tahumu. Bahkan kudengar belum lama ini perusahaan kalian juga menjalin kerja sama. Aku tak ingin menghancurkannya. Aku tak ingin kau dalam masalah karenaku, Dev."
Air mata Darla tak mau berhenti keluar dari matanya.
"Aku mengerti" ucap Dev dan memeluk Darla.
Cukup lama keduanya hanya berdiri ditempat dengan diam hingga Darla menjadi lebih tenang.
"Sudah menjadi tugasku untuk melindungimu, honey. Jadi jangan pernah kau merasa bersalah karena hal itu."
Darla pun semakin mempererat pelukannya setelah mendengar ucapan Dev.
"Maafkan aku, Dev"
"Aku hanya tak ingin kehilanganmu, Darla. Bahkan aku lebih memilih untuk kehilangan perusahaan daripada harus kehilanganmu"
"Maafkan aku, Dev"
Hanya kata 'maaf' yang terus keluar dari mulut Darla hingga malam yang cukup gelap berjalan dengan cepatnya dan sudah tergantikan oleh matahari yang sudah akan menampakkan sinarnya. Jam menunjukkan pukul 5 pagi, dan Darla bangun lebih awal karena rasa nyeri pada payudaranya. Memang benar semalam dia dan Dev menghabiskan waktu bersama dengan bercinta, namun Dev sama sekali tak pernah menyakiti Darla saat sedang menyentuhnya.
Baru beberapa detik berlalu setelah membuka mata, Darla sudah merasakan ingin buang air kecil. Dengan berhati-hati karena tak ingin membangunkan Dev yang masih tertidur pulas, Darla beranjak dari tempat tidur dan berjalan perlahan menuju kamar mandi mengingat dia juga merasakan kepalanya yang sedikit berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchable Love
Romance- Darla Luvena - Kenapa cinta sangat rumit dan menyakitkan? Bukankah jatuh cinta seharusnya membuat seseorang merasa bahagia? Lalu kenapa aku seperti ini? Apakah sebegitu susahnya hanya untuk mencintai seseorang? Aku tau bahwa diriku sangat egois da...