Part 8

1.7K 43 0
                                    

Setelah Darla selesai mandi, dia berniat untuk kembali ke dalam kamar. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendapati Devan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Devan?" panggil Darla pelan.

Tidak ada respon apapun dari Devan. Sekalipun Devan marah, pasti dia akan menjawab dengan kesal. Tapi, sekarang tidak ada respon apapun.

Apa dia sakit? Pikir Darla

Darla pun berjalan mendekatinya dan mencoba membuka selimut yang menutupi muka dan tubuh Devan.

Astaga! Devan berkeringat parah dan reflek membuat Darla langsung memegang keningnya.

"Ya ampun Devan, tubuhmu panas. Apa kamu sakit? Haruskan kita ke rumah sakit sekarang?" Tanya Darla cemas namun Devan sama sekali tidak menjawab dan hanya memejamkan matanya kuat-kuat.

Seketika Darla panik.

'Bagimana ini? Apa Devan pingsan? Apakah Devan punya alergi yang tidak aku tau? Bagaimana jika kondisinya semakin parah?'

Darla pun langsung berlari mencari ponselnya dan berpikir keras, kira-kira siapa yang harus dia hubungi sekarang untuk dapat membantunya.

'Papah? Mamah? Enggak, pasti mereka akan khawatir. Lalu.. apakah Tante Marioline? Paman William? Enggak, jangan, justru mereka akan lebih khawatir dari mamah dan papah. Lalu siapa?'

Setelah berpikir keras, Darla teringat akan dua sahabat Devan.

'Kevin! Mike! Benar juga!'

Mengingat Darla tidak memiliki nomor ponsel Mike dan Kevin, dengan cepat dia mencari ponsel Devan. Setelah mencari dimana-mana tidak kunjung ketemu, akhirnya Darla menghubungi ponsel Devan.

Suara getaran terdengar dari balik celana yang dikenakan Devan saat ini.

'Ketemu!'

Tanpa berpikir panjang Darla langsung meraba saku celana Devan untuk mengambil ponselnya.

'Dapat!'

Password! Ponsel Devan di password.

"Apa yang kamu lakukan?" Devan tiba-tiba bangun dan tepat di belakang Darla.

"Astaga Devan, kamu mengejutkanku. Aku pikir kamu pingsan. Baru saja aku mau menghubungi Mike dan Kevin" Darla menjelaskan susah payah dengan nafas terengah-engah karena panik dan terkejut melihat Devan yang tiba-tiba saja bangun. Darla khawatir kalau Devan akan marah padanya karena sembarangan mengambil ponsel Devan.

"Aku tidak tau kontak mereka, jadi aku mencari ponselmu. Tapi ponselmu di lock, Devan. Tadi badanmu sangat panas dan.." belum sempat Darla melanjutkan kalimatnya, Devan sudah terlebih dulu membungkam mulut Darla dengan mulutnya.

Darla yang terkejut hanya diam tidak melakukan apapun. Tidak membalas lumatan Devan, dan juga tidak menolaknya.

Merasa tidak sabar, Devan langsung melepas bajunya dan meleparnya entah kemana. Darla yang melihat itu hanya membeku ditempat.

"De.. Devan? Apa.. apa yang mau kamu lakukan?"

Devan tidak menjawab pertanyaan Darla dan langsung kembali melumat bibir Darla yang terlihat menggoda baginya. Menggigitnya agar Darla membuka mulutnya sehingga dengan leluasa Deven memasukkan lidahnya ke dalam mulut Darla.

Lidah Devan menari dengan lihainya didalam rongga mulut Darla. Menyapu langit-langit mulut Darla dan mengabsen satu persatu gigi Darla.

Darla yang mulai kehabisan nafas mencoba untuk melepaskan ciuman Devan.

Touchable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang