Seminggu setelah kepergian sang nyonya, masih terasa suasana duka yang sangat mendalam di kediaman Sindhunata. Semua orang sangat kehilangan sosok Nyonya Sivia Sindhunata yang meninggal karena kecelakaan mobil seminggu yang lalu. Saat itu ia sedang dalam perjalanan untuk menjemput sang anak yang sedang main di rumah neneknya, tapi naas mobil yang ditumpangi Sivia menabrak pembatas jalan saat menghindari sebuah truk yang sedang oleng. Beliau meninggalkan suami tercintanya, Tuan Alvin Jonathan Sindhunata dan pangeran kecil mereka Gracio Alano Sindhunata yang masih berusia 5 tahun.
Tentu sosok yang sangat terpukul dengan perginya Sivia adalah sang suami, Alvin. Ia selama ini hanya berdiam diri di kamar tanpa ingin melakukan sesuatu. Ia juga bahkan sudah 4 hari tidak pergi ke kantor. Ia masih tidak terima jika istri tercintanya pergi meninggalkan dirinya.
Seperti saat ini Alvin masih berada di kamarnya. Ia duduk di pinggir kasur sambil menatap nanar foto Sivia. Wajahnya terlihat kusut, matanya bengkak tanda bahwa ia sudah terlalu banyak menangis. Mungkin terlihat berlebihan jika seorang pria menangis, tapi siapa yang kuat jika ditinggal orang yang kita cintai untuk selama-lamanya.
"Sayang kamu lagi apa? Aku kangen."
"Kenapa kamu tega tinggalin aku sama Cio? Kenapa? Apa karena kamu marah sama aku, jadi kamu pergi? Aku mau ikut kamu," ucap Alvin sambil mengusap-usap pigura foto Sivia. Air matanya pun lagi-lagi mengalir di kedua pipinya."Daddy!" Terdengar suara anak kecil dari luar kamar sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.
"Daddy!" Masih terdengar suara anak kecil tapi dengan intonasi yang tinggi.
Tidak ada jawaban dari Alvin, tiba-tiba anak kecil tersebut sudah masuk ke dalam kamar Alvin.
Ia menghampiri Alvin dan memeluk lengan Alvin. Alvin bergeming dengan hadirnya anak kecil tersebut. Ia masih saja menatap pigura foto Sivia.
"Dad, kenapa Daddy liat foto Mommy terus? Daddy kangen sama Mommy ya? Daddy jangan nangis, Mommy kan sudah senang sama Tuhan di sana," ucap anak kecil itu yang ternyata adalah Cio, anaknya Alvin. Sedangkan Alvin masih terus bergeming.Beruntung Cio anak yang cukup pintar. Di umurnya yang baru 5 tahun, ia sudah mengerti kalau kini Mommynya sudah pergi meninggalkan dia untuk selamanya. Awalnya ketika ia diberitahu bahwa Mommynya sudah meninggal, ia menangis cukup lama. Tapi setelah itu ia sudah mulai menerimanya. Saat ini ia justru sedih melihat Daddy-nya yang terlihat sangat sedih dan uring-uringan seperti ini di kamarnya.
"Daddy, aku punya ide bagaimana kalau kita jalan-jalan ke mall? Aku mau makan ice cream, terus kita main Timezone."
"Daddy!"
"Dad! Daddy kok diam saja sih?"
"Nanti ya Sayang, Daddy enggak mau pergi ke mana-mana dulu."
"Enggak mau. Aku maunya kita pergi sekarang, titik."
"Enggak bisa Son, Daddy sedang sedih sekali. Daddy butuh waktu sendiri dulu. Daddy mohon kamu mengerti ya."
"Justru itu aku enggak mau liat Daddy terus-terusan sedih seperti ini. Ayo Dad!" ucap Cio, tapi kali ini dengan menarik-narik lengan Alvin.
"Iya, tapi maaf Daddy belum bisa."
"Ayo Dad!" Cio terus menarik-narik lengan Alvin.
"Tidak."
"Ayooooo!" Tarikan Cio semakin kencang.
"CIO!"
"KAMU BISA DIAM TIDAK! DADDY KAN SUDAH BILANG, DADDY ENGGAK MAU. JANGAN PAKSA DADDY! KAMU SUDAH CUKUP BESAR BUKAN ANAK KECIL LAGI, HARUSNYA KAMU BISA NGERTIIN DADDY DONG! SEKARANG KAMU KELUAR DARI SINI! KALAU KAMU MAU PERGI, KAMU PERGI SAMA OMA SAJA SANA!" Tiba-tiba bentakan keras keluar dari mulut Alvin, dan tentu membuat Cio menangis sesenggukan.
"Hikss .... Daddy jahat hikss .... Daddy enggak sayang sama Cio hikss ..... Aku benci sama Daddy hikss....." Cio pun keluar dari kamar Alvin dengan tangisan yang kencang. Ia bahkan pergi keluar dari rumah entah ingin ke mana.~Skip~
Semanjak dirinya di PHK beberapa hari yang lalu, Ify mencari lowongan kerja ke kantor-kantor di Jakarta. Tetapi sialnya ia belum juga mendapatkan pekerjaan satu pun.
Hari ini sama halnya dengan hari-hari kemarin. Sudah 5 perusahaan yang ia datangi, tetapi tetap saja hasilnya nihil. Ia rasanya sudah lelah dan putus asa sekali, tetapi ia sadar bahwa ia harus semangat mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya yang sebatang kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy
FanfictionWajahmu sangat tampan Matamu sangat indah Senyumanmu sangat menyejukkan Tubuhmu sangat mempesona Sungguh aku menyukai semua yang ada padamu Aku sangat mencintaimu HOT DADDY