13

1.3K 97 12
                                    

Sony yang penasaran akhirnya ikut menolehkan kepalanya. Seketika emosinya langsung naik tapi dia masih bisa menutupinya dengan tampang dinginnya itu.

Bubur pesanan Yuni dan Riky datang tapi Yuni cemberut melihat buburnya ada daun bawangnya udah gitu kuahnya dikit dia kan suka yang kuahnya banyak.

"Kenapa nggak dimakan?" tanya Riky tapi matanya ke arah Bubur itu.

"Nggak suka. Ada daun bawangnya, kuahnya sedikit." ucapnya dengan nada sedikit kesal.

"Lo tadi nggak bilang jangan dikasih daun bawang kan?"

"Kakak yang nggak tanya dulu main pesen aja." ucap Yuni nggak mau kalah.

"Ya udah sini daunnya gue makan." Riky mengambil sendok di tangan Yuni dan memakan daun bawang itu.

"Tukeran buburnya aja ya Kak." Yuni memukar buburnya dengan Riky tapi tiba tiba

BRAK

Bubur yang di pegang Yuni hampir jatuh, Riky yang melihat itu langsung menengadahkan tangannya dan melihat ke sumbernya. Terlihat wajah Sony merah padam. Cemburu? Bukan, bukan karena itu tapi karena dia melihat Riky didepannya. Dia sudah mati-matian menjaga emosinya supaya tidak meluap-luap tapi tetap tidak bisa.

"Apa-apaan sih lo Son?" tanya Riky sedikit emosi.

Tapi Sony hanya diam dan memandang Riky tajam, seakan-akan pandangannya bisa membunuh Riky. Yuni hanya memandang keduanya heran. Sony yang masih dapat sedikit mengontrol emosinya langsung memalingkan wajahnya hendak pergi. Tapi tangannya di cekal Yuni.

"Kak!! Maaf ganggu. Biar kita aja yang pergi." ucap Yuni tapi tangannya langsung di tepis kasar oleh Sony sampi dia hampir terjungkal.

"Kasar banget lo sama cewek. Bisa aja kali." tangan Riky terulur untuk menarik kemeja Sony tapi langsung di cekal Yuni.

"KAK!! Sudah, gue nggak apa apa. Sebaiknya kita yang pergi aja. Sekali lagi maaf Kak kalau kita ganggu." Yuni menarik tangan Riky dan keluar dari warung bubur itu.

"Kak, lo apa-apan sih tadi? Mau menarik kerah Sony segala. Nggak malu emang jadi pusat perhatian kaya tadi?" omel Yuni masih didepan warung itu.

"Ya bukan apa-apa. Dia aja tadi yang kasar sama lo. Atau jangan jangan lo sering di kasarin sama dia?" tanya Riky menuduh.

"Nggak. Lo aja Kak tadi yang berlebihan." Elak Yuni meski kadang ia di kasarin oleh Sony. Kasar omongan maksudnya buka kaya tadi.

Yuni menuntun sepedanya dan meninggalkan Riky dan terjadi sedikit cek cok. Dari kejauhan Sony memeperhatikan itu sambil mengepalkan tangannya. Entah apa yang sedang direncanakannya. Yang pasti dia ingin melihat Riky menderita sama sepertinya.

****
Pagi ini Yuni berangkat tidak bersama sopir ataupun berangkat sendiri tapi ia akan berangkat bersama Fahrul. Entah Fahrul kesambet dari mana dia mau menjemput Yuni. Padahal kalau dipikir-pikir rumahnya tidak searah dengan rumah Yuni.

"Non, ada temannya." ucap Bi Suryati sopan.

"Iya Bi, suruh nunggu sebentar." suruh Yuni.

"Mah, Yuni berangkat dulu ya." Yuni salim dengan Mamanya. Kenapa tidak salim dengan Papanya? Karena Papanya ada meeting pagi tadi.

"Iya hati-hati sayang." ucap Anjani.

Sepanjang perjalanan Yuni melamun sambil mempererat pegangannya pada perut Fahrul. Fyi ya sekarang mereka naik motor bukan naik mobil. Di perempatan lampu merah Yuni menoleh ke sisi kanan. Disana dia menemukan Sony sedang mengendari motor yang sama yaitu motor Sport cuma beda warna, punya Sony warnanya hijau, kalau punya Fahrul hitam.

Tak disangka Sony ikt menolehkan kepalanya ke kiri dan langsung bertemu dengan mata Yuni. Mereka berpandangan cukup lama sampai akhirnya mata Sony tidak sengaja melihat lingkaran tangan Yuni di perut Fahrul. Yuni langsung melepaskan tangannya tapi Sony sudah melesat ke depan.

Fahrul langsung tancap gas, mau tidak mau Yuni melingkarkan tangannya ke perut Fahrul lagi. Sony sampai duluan di sekolah tak lama disusul Yuni dan Fahrul. Yuni langsung turun mau mengejar Sony tapi sudah keburu jauh.

Kriiinggg

Bunyi bel masuk. Pelajaran pertama di kelas Yuni adalah Kimia. Pelajaran nomor dua yang paling Yuni benci dan malas. Bisa dibilang dia masuk kelas favorit karena unsur bejo. Tapi dia juga nggak bego bego amat di Bahasa dan Ips nggak perlu diragukan.

"Pagi anak-anak." sapa Pak Amsori guru BK.

"Pagi Pak." jawab mereka serempak.

"Hari ini Bu Betty nggak berangkat. Tenang tenang kalian dapat tugas kok nggak usah khawatir. Buka buku paket halaman 58 kerjakan sendiri sendiri ya! Jangan lupa di kumpulkan. Kata Bu Betty minggu depan ulangan. Selamat mengerjakan ya. Oh iya, jangan ada yang keluar, keluar boleh tapi jangan sampai kelihatan orang, Oke!! Sekian ya." ucapnya panjang lebar.

"Ya kali Pak, boleh keluar tapi jangan kelihatan dikira kita ini setan." teriak Alia tapi setelah Pak Amsori keluar.

"Kita ini ADM. Kaka bukan setan." ucap Manda mengedip-ngedipkan matanya.

"Apaan emang?" tanya Yuni.

"ANAK DIDIK MIMI PERI. HAHAHAHAHA." ucap Manda dan Alia kompak sambil ber high five ria.

"Pantes." celetuk Yuni.

"Pantes apa?" tanya Manda.

"Kurang di cocol." ucap Yuni dengan nada dibuat buat manja.

"Al, gue lihat punya lo ya?" minta Yuni sambil mengambil buku Alia.

"No no no. Lo denger kan kata Pak Maaf tadi. Kerjakan sendiri." ucap Alia dan mengambil bukunya kembali.

"Pak Maaf siapa weeh?" tanya Nabila dari belakang.

"PAK AMSORI. HAHAHAHAHA." ucap Alia dan Manda kompak lagi.

"Heran gue sama lo berdua kompak mulu dari tadi. Jangan jangan lo kembar siam ya? Hahahahah." celetuk Fahrul dari meja paling belakang.

"Garing lo." ejek Manda tidak terima dikatain kembar siam.

Fahrul keluar dengan buku tugasnya. Dia ingin mengisi perutnya yang lapar. Gara gara tadi jemput Yuni dia sampai tidak sarapan.

"Ya elah. Kacang kacang. Yang rebus yang goreng yang panggang semua ada." kesal Yuni.

"Makanya belajar jangan males." nasihat Alia.

"Males. Nggak ada tutornya. Otak gue itu nggak mau di isi dengan hitung hitungan." ucap Yuni sambil mengetuk-ngetukan telunjuknya ke kepala.

"Nahh! Kebetulan Sony pinter tuh sama hitung hitungan. Apalagi Kimia, jangankan menghitung jumlah air yang tumpah. Menghitung detak jantung lo saat dekat dengannya aja bisa dia." saran Nabila diiringi gombalannya.

"Nggak! Nggak! Saran lo sesat. Hannaaa teman ku yang paling normal, gue boleh…" belum selesai Yuni meminta tapi sudah di gelengi oleh Hanna.

"Udah ah. Gue mau ke kantin bye!" kesal Yuni meninggalkan kelas itu.

Yuni berjalan ke kantin. Masih sepi sih, tapi ada beberapa anak yang se kaum (read bolos) kaya dia, termasuk Fahrul. Dia terlihat berbincang bincang dengan Andre teman sebangkunya. Yuni menghampirinya.

"Tugas lo udah?" mereka menggeleng.

"Santai aja kali. Hidup sekali jangan dibikin susah. Apalagi di suruh hitung air tumpah. Air tumpah itu di lap bukannya di hitung. Ya nggak Rul?" pertanyaan Andre di angguki oleh fahrul.

"Serah lo berdua lah. Pinjem bukunya bentar." Yuni membuka buku itu dan matanya langsung berbinar ketika melihat beberapa jawaban.

Tbc

Part ini pasti garing ya? Renyah kres kres kaya keripik 😃😃

Let Me Know [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang