14

1.2K 97 15
                                    

"Serah lo berdua lah. Pinjem bukunya bentar." Yuni membuka buku itu dan matanya langsung berbinar ketika melihat beberapa jawaban.

"Yang lain belum?" tanyanya sambil membolak-balikan halaman buku. Andre dan Fahrul hanya menggeleng.

KRIIINNNGG

Istirahat kali ini kantin ramai seperti biasa. Yuni masih berusaha mengerjakan tugas itu meskipun dengan keadaan ramai dia tidak peduli. Bahkan Alia sudah memintanya untuk berhenti tapi ia tetap keras kepala ingin mengerjakan. Sapaan Bastian pun tidak dibalas. Bahkan dia tidak menyadari Riky memandangnya heran.

Saking seriusnya Yuni sampai menghabiskan 3 es teh, bahkan ia sudah memesan lagi es teh yang ke 4 kalinya.

"Lama banget sih Mbak Mila." Yuni mengambil gelas yang masih ada minumannya sedikit dan langsung berbalik tanpa melihat siapa yang dibelakang.

BYURR

Gelas yang masih ada isinya itu mengguyur badan seseorang. Padahal Yuni kira ia akan jatuh tapi ini tidak dia membuka matanya perlahan dan alangkah kagetnya orang yang dia siram adalah Sony.

"Aduh Kak maaf. Nggak sengaja." ucap Yuni menunduk takut. Sekarang ia jadi pusat perhatian.

Sony masih menetralkan emosinya dan bersikap tenang. Saat dia melihat ke arah Yuni tidak sengaja ia melihat raut kekahwatiran Riky. Sony masih dengan berbagai macam pikirannya. Yuni menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Dia berjalan mengendap-endap tapi

GREP

Tangan Yuni di cekal Sony. Dalam hati ia berdoa semoga tidak apa apa dan terus memejamkan mata.

"Lo!! Mau kemana?" tanya Sony tajam.

"Lo harus tanggung jawab! DENGAR SEMUA! MULAI DETIK INI DIA (sambil menunjuk Yuni) PACAR GUE. JADI JANGAN COBA COBA DEKETIN DIA." ucap Sony dengan nada penuh penekanan sambil memandang remeh Riky.

Semua yang mendengar pernyataan itu membulat tidak percaya. Bagaimana bisa seorang Sony bisa menembak seseorang dihadapan mereka semua. Yuki dan Yoga yang notabene nya temnan dekatnya pun kaget dengan pernyataan barusan.

Sony menarik Yuni keluar dari kantin itu tapi matanya tidak lepas memandang Riky, Riky pun sama dia ikut memandang Sony dia heran aja gitu Sony mengatakan pernyataan itu.

Sesampainya lorong yang agak sepi Yuni menarik paksa tanganya yang sedang ditarik Sony.

"Kak, maksud lo apaan sih?" ucap Yuni yang masih mengatur napasnya.

"Lo nggak denger? Gue rasa telinga lo masih berfungsi jadi gue nggak perlu ngulangin kata kata gue lagi. Oh ya, bersikaplah seperti pacar pada umumnya. Dan jangan pernah meminta PUTUS dari gue sebelum gue sendiri yang mutusin lo." ucapnya panjang lebar dan menekankan kata PUTUS. Kemudian Sony meninggalkan Yuni yang masih mencerna kata katanya.

Kejadian itu tersebar luas dan menjadi trending topik bahkan belum sampai satu hari. Ada yang mendukung ada juga yang nggak. Biasa para cabe sedang membicarakan keburukan Yuni kenapa bisa seorang Sony menembaknya dihadapan mereka semua.

Ke esokannya

Yuni berangat dengan mobil sendiri kalau biasa dia di antar jemput sopir sekarang dia sendiri. Karena Mang Drajat sopirnya sedang mengantar Mamanya ke Bandung untuk menengok Neneknya yang sakit. Jadilah dia berangkat sendiri. Tapi di tengah perjalanan mobilnya tiba tiba berhenti dan tidak mau nyala.

Yuni mengecek jamnya sekarang jam 06.50. Sebentar lagi masuk tapi nggak ada satu taxi, bis, angkot yang lewat. Dia sudah ketar ketir, percuma membawa mobilnya ke bengkel toh di dekat sini nggak ada bengkel. Dia duduk di tepian trotoar tak beberapa lama ia melihat ban motor dihadapannya. Matanya langsung berbinar melihat motor itu. Dan ternyata motor itu milik Riky. Tuhan masih mengijinkannya tidak terlambar hari ini.

"Kenapa?" tanya Riky sambil membuka kaca helmnya.

"Mogok. Boleh bonceng ya?" tanyanya mengharap.

"Ya udah buruan. Keburu telat." Yuni naik ke motor ninja milik Riky.

"Pegangan entar jatuh berabe kena marah Om Andrian." Belum Yuni menjawab Riky sudah mengegas motornya dengan kecepatan tinggi. Bukan modus ya, cuma jamnya sudah mempet dan yang jaga gerbang Pak Amsori.

"Nyaman banget meluknya. Udah sampai neng." Riky melepas helmnya.

EKHM

Suara deheman seseorang mengalihkan pembicaraan mereka. Otomatis mereka menoleh ke sumber suara itu.

"Lo nggak denger ucapan gue kemarin?" Sony menatap tajam Yuni.

"Santai Son, gue cuma nolongin dia kasihan mobilnya mogok." bela Riky. Dan langsung meninggalkan mereka.

"Siniin hp lo?" minta Sony menyadongkan tangannya.

Yuni menyerahkan hpnya. Tak lama Sony mengembalikan hpnya.

"Kalau ada apa-apa hubungi gue. Gue ini pacar lo. Bukan Riky." ucap Sony diakhiri dengan penekanan. Yuni mengangguk paham.

Sesampainya di kelas dia sudah disambut dengan teman teman gesreknya.

"Oi oii… yang baru jadian, belum PJ nih."

"Iya. Masak main tinggal aja kemarin."

"Btw kok berangkatnya telat? Cieee pasti habis dimodusin nih."

"Yang udah taken beda ya, cerah cerah gimanaaa gitu."

Yuni menjitak satu persatu kepala teman temannya.

"Makan tuh PJ." ucap Yuni kesal.

"Kalau gue sih tetap pilik Kak Riky walaupun Kak Sony nembak gue. Apapun yang terjadi." tutur Manda dan dihadiahi toyoran Nabila.

"Begayaan banget lo. Sekarang sih bilang gitu. Coba suatu saat Sony nembak lo pasti lo terima juga. Eh tapi kan Sony udah taken ya sama tuh yang di depan." goda Nabila, Yuni hanya memutarkan bola matanya jengah.

KRIIINNGGG

Bel istirahat barusan berbunyi. Yuni sudah siap siap kabur. Alangkah sialnya dia di cegat Pak Satpam.

"Mbak… Mbak… tunggu!" teriak Satpam itu.

"Aduhh Pak cepetan ada apa?" tanya Yuni sedikit cemas.

"Ini ada titipan dari Bu Anjani. Yang ini buat Mbak, yang ini buat Mas Riky." Satpam itu menyerahkan dua kotak ditangannya dan pergi.

Yuni menuju kantin sendirian. Bahkan ia tidak tahu kalau teman temannya juga udah sampai duluan. Dia langsung mencari sosok Riky. Kebetulan Riky sedang bersama Bastian. Yuni berjalan ke aranya tanpa peduli beberapa pasang mata menatapnya.

"Kak, ini dari Mama, katanya buat lo." Yuni menyerahkan satu bingkisan. Tanpa ia lihat Sony melihat apa yang dilakukan sekarang. Sony mengepalkan tangannya. Dan membawa Yuni keluar dari kantin itu.

"Kak, apa apan sih?" Yuni berusaha melepaskan cekalan Sony.

"Son!! Lo nggak boleh kasar sama cewek. Apalagi itu cewek lo."  Sony menoleh mendengar ucapan Riky dari belakang.

"Bukan urusan lo." ucapnya tajam.

"Kak, lepas!" Yuni masih berusaha melepaskan tangannya.

"Lo!" tunju Sony tepat diwajah Yuni.

"Kenapa lo ngasih dia makan siang dihadapan semua murid murid. Padahal lo sendiri tau lo itu pacar gue." Sony menatap tajam Yuni, Yuni yang ditatap sedikit takut.

"Pacar lo itu gue apa Riky?" sambungnya masih dengan tatapan tajamnya.

"Ya udah nih buat lo." Riky menyodorkan kotak makan itu.

"Nggak perlu." ucap Riky tanpa menoleh.

"Jawab gue!!" cengkraman ditangan Yuni semakin kencang ia meringis.

"Lo Kak. Lo pacar gue. Ma-maaf bukan maksud gue mau ngasih Kak Riky bekal. Tapi itu dari nyokap gue." Sony perlahan mengendurkan cengkramannya. Dan menarik Yuni untuk meninggalkan tempat itu. Tapi kali ini tidak sekasar tadi.

Tbc

Jangan lupa ya vommentnya. Dibaca juga jangan cuma boomvote, boom comment juga 😊😊😊


Let Me Know [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang