"Tolong jangan mainin aku kaya gini Kak. Aku suka Kakak dari dulu dan Kakak sendiri yang minta pacaran tapi kenapa Kakak cuek sama aku." ucap Suara itu. Tidak salah lagi, Yuni memang mengenal suara ini. Dia mencoba menjinjitkan kakinya supaya bisa melihat lewat jendela dan alangkah terkejutnya dia saat mengetahui orang itu Hanna. Tapi sama siapa Hanna berbicara itu. Wajahnya sama sekali tidak kelihatan.
Yuni mencoba menjinjitkan kakinya lagi siapa tau bisa lihat wajah orang itu.
"WOII YUNI!!! NGAPAIN LO DISITU?!" teriak Manda dari ujung lorong.
"E.. e.. g-g-gue..."
"Ke kantin aja kuy." ajak Nabila sambil menyeret paksa Yuni. Padahal dia masih kepo didalam itu Hanna sama siapa.
"Lihat kan?" tanya Sony tajam.
"Hampir saja kita ketahuan." sambungnya tanpa memedulikan perasaan Hanna.
"Terus kenapa kalau ketahuan kak?" tanya Hanna terisak.
"Kakak nggak mau ngakuin kalau aku ini pacar Kakak? Kenapa kak? Kenapa? Kata Kakak kita akan mulai dari awal lagi. Tapi ini apa Kakak cuek sama aku." ucap Hanna lemah, diselingi dengan air matanya.
"Bukan gitu maksud aku Han. Kamu cinta kan sama aku?" tanya Sony. Sambil memegang bahu Hanna, kemudian Hanna mengangguk.
"Kalau kamu cinta aku sabar sedikit lagi, tunggu aku biar semuanya selesai. Kamu mau kan?" tanya Sony selembut mungkin. Hanna mengangguk lagi.
"Kamu tunggu biar aku selesai dulu sama Yuni. Sementara itu kamu jangan beritahu siapa siapa dulu tentang hubungan kita. Kamu nggak mau kan kalau dicap pho." ucap Sony masih memgang bahu Hanna supaya gadis itu tenang.
"Iya kak aku mau." Hanna menganggung menyetujui itu semua.
Sony pergi dari ruangan itu, takut kalau ada orang lain yang melihat. Saat mengucapkan itu ada perasaan tidak rela dalam hati Sony. Karena dia sudah betul-betul mencintai dan menyangi Yuni. Haruskah berakhir? Lagi-lagi egonya mengalahkan perasaannya. Dia tetap harus melanjutkan rencana ini.
***
Hari ini Yuni pulang dengan Sony naik mobil. Dikarenakan motor kesayangan sedang dibengkel. Mobil Ferarri Hitam itu membelah jalanan Jakarta diterik matahari begini."Kak itu hpnya bunyi terus dari tadi." ucap Yuni, pasalnya dari tadi tuh hp bunyi terus tapi tidak diangkat oleh Sony.
"Tolong angkat dong, tangan aku nggak nyampe ini." minta Sony karena hpnya di dashboard kiri.
"Dari siapa?" tanya Sony yang masih fokus kejalanan.
"Nggak tau ini Kak, nggak ada namanya." ucap Yuni sambil mengamati rentetan nomor asing dihp tersebut.
"Matiin aja." suruh Sony. Karena dia tahu siapa yang telfon barusan. Hanna, ya Hanna. Sengaja dia tidak menyimpan nomer Hanna.
Yuni masih asik dengan pikirannya sendiri. Dia heran Alia kok bisa nggak masuk tanpa keterangan gitu, nggak ada kabar lagi dari dia. Tanpa disadari Hp Sony yang dia pegang bergetar. Dia melihat sekilas notifikasi dihp tersebut. Alisnya mengkerut ketia membaca sebuah pesan
Kak kok nggak diangkat sih?
.
.
.
P
P
P
Kak?Pesan itu tanpa nama alias nomor asing yang barusan nelfon. Yuni heran, setau dia Sony ini jarang chatan kecuali sama orang orang terdekat dia. Itupun Yuni tau semua isi kontak Sony. Tapi tidak dengan nomor ini. Nomor asing nggak diberi nama tapi chat nya seperti orang "dekat".
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Know [END] ✔
Teen FictionDitikung temen? Dihianatin pacar? Dikecewain sahabat? Objek balas dendam? Masa lalu yang perlahan muncul Kata orang semua itu udah biasa dan kenyataanya mereka nggak ngerasain itu. Cuman orang yang bersangkutan yang ngerasain itu. Kisah ini mungkin...