17

1.2K 98 13
                                    

Sorry ya gaes ini upnya ngaret banget dari biasanya.

Sengaja nggak dikasih mulmed biar kalian bisa imajinasiin karekter sesui kalian. Kalau dikasih mulmed itu malah menghancurkan imajinasi kalian. Sekali lagi maaf ya gaes.

Warning!! Typo

Happy reading

Sony sedang bersiap-siap. Dia mulai menyalakan motor sport hitamnya. Fyi ya Sony langsung mengganti warna motornya dari hijau ke hitam. Menurutnya alay kalau dilihat-lihat lagi. Sony langsung membelah jalan dengan motornya.

Disisi lain Yuni senang bukan main, Sony mengajaknya nonton. Dan ini mungkin udah baju ke 7 dia coba setelah itu dia lepas lagi. Dan jatuhlah dia ke dres selutut warna coklat krem rambutnya ia biarkan tergerai dan tak lupa jepitan rambut model dasi ia sematkan pada sisi kanan rambutnya.

Sedangkan Sony sudah sampai rumah Yuni, dia melihat motor yang tak asing baginya. Tapi dia langsung berlalu dan tidak begitu memikirkannya. Sony segera menekan bel rumah tersebut. Begitu melihat yang membukakn seketika rahanya mengeras.

'Untuk apa Riky di sini.' batinnya bertanya, tapi matanya menatap tajam ke arah Riky.

"Oh ada nak Sony. Masuk- masuk duduk dulu." Anjani datang dari belakang sambil membawa minuman dan cemilan buat Riky.

Sony yang dipersilahkan langsung masuk dan duduk.

"Mau minum apa? Biar tante buatin. Atau tan-"

"Kak." seru Yuni dari belakang. Otomatis mereka bertiga langsung menoleh kearahnya.

"Mah, kita berangkat dulu ya." Yuni menyalimi Anjani.

"Tapi nak Sony belum minum. Minum dulu napa. Haus itu pasti." suara Anjani menghentikan langkah Yuni.

"Nggak usah tante takut ngerepotin. Lain kali aja." Sony menyalimi Anjani tak lupa ia memberikan tatapan tajam pada Riky.

Sampailah mereka dibioskop. Dan yang bikin nggak nyangka itu mereka nonton Pengamdi Setan. Fyi Yuni nggak suka film horor. Nonton Train to busan parnonya sampai seminggunan. Tapi dia tetap masuk dan nggak protes padahal dalam hati dia deg-deg an.

Dipertengahan film, secara tidak sengaja Yuni memeluk tangan Sony dan secara reflek Sony melihat Yuni memeluk sebelah tangan kirinya sambip memejamkan mata. Yuni yang barusan sadar langasung mengerjap dan melepas pelukan itu.

"M-ma-af." cicitnya tanpa suara tapi dapat Sony mengerti.

Tak lama Sony menggandeng tangan Yuni untuk keluar dari bioskop itu.

"Kak, kan filmnya belum habis. Ngapain keluar?" tanya Yuni kebingungan.

"Kenapa nggak bilang?" Yuni mengernyit dengar pertanyaan itu.

"Maksudnya?" Yuni balik tanya lagi.

"Kenapa nggak bilang kalau lo takut." ujar Sony.

"Kakak nggak tanya, lagian udah dibeli juga tiketnya kan sayang." jelas Yuni yang ditanggi anggukan oleh Sony.

"Ayo." ajak Sony meninggalkan Yuni yang masih terdiam ditempat.

"Kemana?" tanya Yuni sambi menyusul.

Setelah perjalanan memerlukan waktu 15 menitan. Akhirnya mereka samapai ditempat tujuan.

"WAHhh." kagum Yuni.

Sony mengerutkan keningnya. Perasaan nggak ada yang luar biasa disini. Ini hanya pasar malam biasa dan nggak ada pertunjukan apapun tapi ekspresi Yuni seperti melihat pertunjukan langkah.

Let Me Know [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang