27

1.2K 61 6
                                    

JUMPA LAGIII
Yukkk ah cuss langsung baca aja

WARNING! TYPO

HAPPY READING

Mereka berjalan keluar, tanpa diketahui ternyata disalah satu bilik kamar mandi itu ada orang yanf mendengar semua percakapan mereka. Ya, orang itu Sony. Dia mendengar semuanya. Tebakan dia benar kalau Riky itu suka Yuni.

Sony mengepalkan tangannya. Ternyata Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Ibunya seorang pelakor anaknya mau ngikutin jejak ibunya. Benar-benar hebat. Sony tersenyum meremehkan.

***

Waktu berjalan begitu cepat sampai sampai ulangan semester kurang 1 bulan. Beberapa siswa ada yang menyelesaikan tugas kelompoknya dikarenakan untuk menutupi atau membantu nilai mereka yang kurang kurang pas ulangan kemarin.

Contohnya Yuni nih dia lagi sibuk banget ngerjain tugas Fisika. Padahal mah pura-pura sibuk dia. Sepanjang sejarah nggak ada Yuni jago hitung-hitungan, kalau Matematika mah masih bisa dia tapi kalau yang namanya Fisika. Tobat dia. Aslinya sih itu tugas kelompok, berhubung masih ada waktu mengerjakan disekolah ya dia cicil ngerjain gitu.

"NYERAH GUE." teriak Yuni keras membuat penghuni kelasnya menengok kearahnya.

"Ya udah sih santai aja. Toh tugas kelompok masih ada waktu buat ngerjain juga. Lagian begayan amat lo ngerjain Fisika. Makan tuh air tumpah." ledek Manda, biasanya yang ngeledek 'air tumpah' pas pelajaran Fisika Yuni tapi sekarang berbanding terbalik.

"Mau ngerjain dimana nih?" tanya Nabila menutup bukunya karena jenuh melihat soal itu.

"Rumah lo aja." saran Yuni tapi dihadiahi toyoran dari Zauza.

"Jauh… Pinterrr. Abis minum air yang tumpah itu ya lo." ledek Zauza.

"Rumah Hanna aja. Kan nggak jauh tuh dari sini." saran Manda. Tumben bener biasanya sesat.

"Gimana Han?" tanya Nabila meminta persetujuan.

"Hayuk lah kalau kerumah gue." ucap Hanna.

Setelah bel berbunyi mereka langsung kerumah Hanna tanpa babibu lagi. Sampailah mereka dirumah Hanna. Rumahnya nggak terlalu mewah nggak terlalu sederhana. Biasa aja.

"Ahh gak seruh nih gak ada Alia. Nggak ada lawan buat adu bacot." gerutu Manda pas sampai ruang tamu.

Fyi yaa. Alia nggak ikut kelompok itu dikarenakan dia kan pinter Fisika, Hana juga pinter Fisika tuh. Masa iya satu kelompok banyak yang pinter Fisika semua. Gimana kaum sebangsa Yuni? Makanya Alia berada dikelompok lain.

"Yessss udah selesaiii. Bye bye Air Tumpah." ucap Yuni menggeliat.

"Eh Hanna! Mau numpang kamar mandi dong kebelet ini. Hehe." ucap Yuni nyengir.

"Lo lurus aja tar ada dapur nah belok kiri. Perlu gue anter?" tanya Hanna.

"Nggak perlu hehe." Yuni langsung ngacir.

TING TONG!!!!

"Han, ada tamu deh kayanya." ucap Zauza.

"Nggak apa-apa nih kita disini?" tanya Manda.

"Nggak apa-apa lah. Biar gue yang buka." Hanna bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu itu.

Manda kepo yang datang siapa. Dia mendongakan kepalanya supaya melihat siapa yang bertamu.

"Sony?" ucapnya tanpa sadar.

"Mau apa dia kemari." ucap Manda lagi.

"Lah loh kok bego sih. Buat jemput Yuni lah." ucap Zauza.

"Kan Yuni bawa mobil sendiri." ucap Manda lagi. Masih heran dia kenapa Sony kesini.

"Ya suka-suka Sony lah dia mau kemana. Mungkin ada urusan kali sama Hanna. Kan mereka pernah satu Klub Bahasa sama Hanna pas SMP." jelas Nabila sambil menyomot kripik.

Manda cuma ber Oh ria dan melanjutkan lagi kegiatannya memakan kripik. Fyi ya, jadi pas SMP itu Hanna pernah satu organisasi Klub Bahasa sama Sony. Tapi sekedar kenal aja nggak lebih.

Yuni keluar dari kamar mandi karena mendengar sedikit kehebohan diluar. Yuni mengerutkan keningnya melihat sesosok bayangan yang terlihat familiar.

"Loh! Kak?" kagetnya saat melihat Sony.

Sony pun tak kalah kaget melihat Yuni.

"Mau jemput aku?" tanya Yuni spontan.

"Aku kan bawa mobil kak." lanjutnya.

Sony terdiam sebentar, dia tidak tau kalau Yuni juga disini.

"Ohh itu aku mau ambil berkas. PMR" jawabnya sedikit gugup.

Yuni cuma ber 'Oh' ria. Dia lupa kalau Hanna ini 'anak PMR'

"Ini kak." Hanna menyerahkan berkas itu.

"Kamu mau ikut aku sekalian apa masih mau disini?" tanya Sony mengalihkan pandangannya pada Yuni.

"Aku disini dulu deh." jawab Yuni tersenyum, Sony yang gemas pun mengacak rambut Yuni.

"Ya ampun kak kenapa diberantakin." Yuni cemberut dan merapikan kembali rambutnya.

"Ya udah aku pergi dulu ya." Sony melambaikan tangan ke mereka berdua.

"Hati-hati kak." ucap mereka barengan.

Yuni memandang Hana sekilas. Tatapan Hanna ke Sony itu terasa beda Yuni bisa merasakan itu. Dalam hati Yuni, ada rasa tidak nyaman saat Hana menatap Sony seperti itu.

"Han, kita sudah selesai han." teriak Manda dari dalam. Hanna dan Yuni pun kedalam.

"Barang-barang gue?" tanya Yuni ketika meja yang mereka gunakan sudah rapi kembali.

"Noh udah gue rapihin. Baik kan." tunjuk Manda pada tas Yuni.

"Baik banget dah pokoknya." ucap Yuni.

"Ya udah Han, kita pamit pulang ya. Makasih loh yaa. Maaf juga kalau ngerepotin." ucap Zauza.

"Kita pamit dulu ya." ucap mereka bertiga.

Hanna tersenyum mendengarnya.
"Iya hati-hati"

****
Sejak kejadian tadi Yuni jadi badmood bukan gimana gimana sih. Cuma dia rada nggak nyaman aja sama tadi tatapan Hanna. Tapi mau bagaimanapun juga dia harus berfikir posistif, Hanna itu temannya jadi nggak mungkin kan.

Tapi tetap aja mau dia berfikiran positif pun dia udah mikir yang nggak nggak.

"Oke Yuni. Lo nggak boleh Nethink Hanna itu teman lo. Jangan berfikir yang nggak nggak. Lebih baik sekarang lo tidur." monolognya. Tak selang beberapa menit kemudian dia terlelap. Terlelap dengan segala pikiran buruknya.


Tbc

Haiiiii

Maaf ya baru muncul. Ehhh sekali muncul partnya gak panjang

Komen juseyo 😊

Let Me Know [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang