Warning Typo!!
"Dan lagi nama gue itu Nathan Josua Arantha. Biasa dipanggil Nathan. Dipanggil sayang juga nggak apa-apa. Bentar lagi kan offical kita." mereka yang mendengar ucapan Nathan seketia menengok ke arah Sony dan…
Binggo! Emosi Sony sudah sampai ke ubun-ubun. Dia melangkah kearah Nathan dengan wajah kelewat datar atau boleh dibilang seram. Yang lain sudah diam tak berkutik melihat aura Sony. Dia mencengkram kerah Nathan.
"Eh… eh… bro apa-apaan ini? Lepasin gue. Masalah lo apa?" tanya Nathan berusaha melepaskan cengkraman Sony.
Yuni yang melihat itu langsung melerainya.
"Gue nggak suka lo deket-deket sama orang yang gue suka." ucap Sony dingin dan membuat semburat merah dipipi Yuni. Dan menarik Yuni untuk menjauh dari kerumunan itu.
"Eh bule gadungan!! Lo gila ya? Mancing singa tidur." ucap Alia sambil menoyor Nathan.
"Emang gue salah ya?" tanya Nathan lirih tapi masih bisa didengar dan wajah tanpa dosa.
"IYAAA!!!" kompak mereka.
"Ya ampun! Mainnya kroyokan. Nathan takut iihh." Nathan menutup telinganya.
"Lo aja yang bego. Udah ada pacarnya didepan mata masih aja digombalin. Makanya kalau gombalin itu liat situasi." ledek Alia.
"Kode nih minta digombalin. Ntar baper? Gue nggak tanggung jawab loh." Nathan memulai aksinya lagi sedangkan Alia hanya memutarkan matanya jengah.
Sedangkan Yuni, sekarang ditaman belakang sekolah bersama Sony. Mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun dari tadi. Sampai sebuah pikiran terbesit diotak Yuni dan ingin segera ditanyakan ke Sony.
"Kak… itu… lo bener-bener suka gue?" tanya Yuni ragu.
Sony menolehkan wajahnya dan mengernyit.
"Salah kalau gue suka sama lo?""Ya… bukan gitu sih. Duh gimana ya jelasinnya. Tau ah. Hehehehe." Yuni menggaruk tengkuknya yang nggak gatal sama sekali.
Satu lagi hal menguji kesabaran Sony saat ini yaitu senyum Yuni. Senyum itulah yang menyadarkan dia bahwa kini Yuni memilik ruang spesial dihatinya yang nggak orang lain milikin.
"Tunggu sini." ucap Sony sambil beranjak dari tempat itu.
Yuni kebingungan apa ia salah bicara? Perasaan cewek selalu benar deh tapi kalau Sama Sony, Sonylah yang selalu benar.
Tak lama Sony datang dan membawa sekantong plastik berisi siomay kantin dan memberikannya pada Yuni.
Yuni berfikir sejenak. Apakah benar barusan itu Sony lalu dia mengedip-ngedipkan matanya lucu tetap aja masih ada Sony.
"Kak… lo nggak salah makan tadi?" tanya Yuni membenarkan letak rambutnya.
"Nggak." jawabnya singkat.
"Lo nggak mau siomaynya sini biar gue makan." tangan Sony berusaha meraih siomay itu.
"Enak aja. Kalau udah ngasih itu jangan diambil lagi. Itu sama artinya lo ngeludah terus dijilat lagi dan sama artinya juga lo putus sama mantan terus minta balikan." tangan Yuni dengan sigap menjauhkan siomay itu dari jangkauan Sony.
"Nggak ada hubungannya. Cepet makan. Lagian kan tadi lo belum makan tar laper." ucap Sony sedatar mungkin
"Cieee perhatian cieee. Kok cuma satu? Lo nggak?" tanyanya sambil membuka bungkus itu.
"Buset dah isinya banyak amat. Nggak muat gue kalau dimakan sendiri." mata Yuni melotot melihat itu.
Yuni memakan siomay itu dengan lahap dan sesuai dugaan tidak habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Know [END] ✔
Teen FictionDitikung temen? Dihianatin pacar? Dikecewain sahabat? Objek balas dendam? Masa lalu yang perlahan muncul Kata orang semua itu udah biasa dan kenyataanya mereka nggak ngerasain itu. Cuman orang yang bersangkutan yang ngerasain itu. Kisah ini mungkin...