"Ra, udahan dong teriaknya. Lo udah nggak ketiban gue lagi, tadi kan juga nggak sengaja gara-gara lo buka pintu tiba-tiba."
Alan melihat Rara mengintip dari sela-sela sepuluh jarinya yang menutupi mata Rara.
Rara langsung duduk dari posisinya berbaring tadi.
"Gu-gue ... gue mau ke kamar mandi dulu." Rara berdiri dan berancang-ancang ingin pergi, namun secepat kilat Alan menarik tangan Rara hingga menghadap ke arahnya.
"Lan, gue mau ke kamar mandi." Rara berusaha melepaskan tangan Alan.
Namun Alan malah menarik Rara ke dalam kamar bersamanya dan mengunci pintu.
"K-kok di-dikunci?"
Alan melepaskan tangan Rara membuatnya langsung mundur satu langkah, sedangkan Alan maju satu langkah.
Alan menghela napas. "Udah cukup, Ra. Gue kayak main kejar-kejaran tahu nggak sama lo. Gue butuh kejelasan, jangan malah lari-lari nggak jelas gini. Gue juga bisa capek."
"Kejelasan apa sih, Lan?" tanya Rara seakan tak mengerti. Padahal ia tahu yang Alan maksud, Alan pasti membahas tentang masa kecil mereka dan Clara. "Lo, lo tadi ngapain masih di depan pintu gue? Katanya mau pergi?" tanya Rara mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Gue emang mau pergi, tapi gue sadar kalau gue nggak bisa pergi jauh dari lo."
Pipi Rara bersemu merah.
Alan melangkah mendekati Rara. "Gue tahu, lo udah inget tentang siapa gue dan masa kecil kita."
Alan menarik tubuh Rara mendekat hingga jarak mereka tak lebih dari 5 cm.
Alan terus menatap mata Rara. "Gue mau jawaban dari pertanyaan di masa kecil kita, lo masih inget kan? Dulu, waktu gue mau pindah rumah, gue pernah kasih pertanyaan sama lo, tentang apakah perasaan gue sama lo itu sama, apa lo sekarang udah punya jawabannya?"
Rara mencoba menjauhkan diri dari Alan, namun Alan malah semakin menariknya mendekat.
"Gu-gue, gue lupa."
"Tapi, gue nggak pernah lupa akan hal itu, dan gue selalu menanti jawaban itu keluar dari bibir lo." Alan memejamkan mata lalu menarik dagu Rara, mendekatkan bibirnya ke bibir Rara.
Rara memejamkan matanya takut, ia ingin menjauh. Namun, tak bisa, Alan menarik tubuhnya terlalu erat.
Cupp!
Rara membuka mata. Alan menciumnya tepat di dahi.
"Bagi gue, satu ciuman di dahi lebih bermakna dan penuh kasih sayang daripada sepuluh kali ciuman di bibir yang penuh nafsu. Gue sayang sama lo." Alan menjauh dari tubuh Rara yang seakan membeku dan keluar dari kamar Rara.
Sedangkan Rara yang detak jantungnya terasa kuat langsung berlari menutup pintu dan melompat ke atas kasur, menenggelamkan badan di antara kasur dan selimutnya.
Rara merasa hatinya berdetak lebih kencang akibat perbuatan Alan.
"Gws hati, gws jantung."
💄💄💄
KAMU SEDANG MEMBACA
An Ugly Girl ✓
Short StoryApa kalian pernah menyukai seseorang, tapi kalian sadar diri dan memilih menjauh untuk menjadi pengagum rahasia? Tapi sayangnya, laki-laki yang aku sukai malah menyukai sahabatku sendiri. Aku dengan lancangnya mencintai dia, padahal aku tahu, sahaba...