3. Hari Sial

13.3K 451 2
                                    

Happy reading!!!😊😊😊

Esok paginya~

👟👟👟

**di sekolah**
“Wah, seorang Reyhan Pamungkas hadir ke sekolah lebih awal,” teriak Vino ketika Reyhan sampai di kelasnya, membuat seisi kelas menengok ke arah pintu.

“Mimpi apa lo, jam tujuh kurang udah sampai? Biasanya jam 8 baru berangkat,” goda Vino.

“Sialan lo, Vin,” umpat Reyhan kemudian menuju ke bangkunya.

“Tumbenan lo berangkat awal(?)” kata Deon datar.

“Ya gue mau coba jadi orang yang rajin. Kan udah kelas 12,” ucap Reyhan.

“Kirain ada maksud lain,” sindir Deon

“Ya emang ada maksud lain sih. gue mau coba ngerjain anak baru itu,” ucap Reyhan dengan smirk saat melihat orang yang dimaksud memasuki area kelas.

“Gue dukung,” uncap Vino dengan semangat 45.

Suara bel menginterupsi kegiatan mereka, sehingga mereka kembali ke tempat duduk mereka dan disusul dengan kedatangan guru di kelas
“Pagi anak-anak,” sapa Pak Jono

“Pagiiii.”

“Sebelum pelajaran, mari kita berdoa dahulu. Berdoa mulai ~ berdoa selesai”
“Saya absen dulu, Amanda.”

“Hadir,” jawab orang yang bernama Amanda.

.
.
.

“Erika Indah.”

“Hadir,” jawab Erika.

“Emmm.... Sepertinya kamu murid baru. Bisakah kamu memperkenalkan diri sambil berdiri di depan?”

“Tentu,” ucap Erika kemudian melangkahkan kakinya ke depan dengan percaya diri.

“Hm,” dehem Erika. “Nama saya Erika Indah. Kalian bisa panggil saya Erika.”

“Nama lengkap kamu siapa?” tanya Pak Jono

“Erika Indah.”

“Tapi di daftar nama, nama kamu Erika Indah C. P. C sama P-nya siapa?” tanya Pak Jono sambil menatap Erika.

“Cantik Perfect,” asal Erika.

“Oh, nama kamu Erika Indah Cantik Perfect(?)”

“Makasih Pak,” ucap Erika kemudian kembali ke tempat duduknya.
Sedangkan guru itu malah kebingungan, mengapa anak didiknya mengucapkan ‘makasih’ pada dirinya. Tapi tidak merasa dirinya sedang di kerjai oleh Erika.

“Emang nama lo Erika Indah Cantik Perfect?” tanya Alexa setelah Erika duduk.

“Makasih,” ucap Erika tenang.

“Huh. Ga nyambung banget. Tanya nama malah makasih,”

“Kan barusan lo muji gue. Jadi gue ucapin makasih,” kata Erika dengan senyum unjuk giginya.

“Berarti tadi lo ngerjain guru?” tanya Alexa yang masih kebingungan.

“Iya pinter,” ucap Erika masih dengan senyumnya.

“Eh jirr, tapi tuh guru ga curiga.”

.
.

Teeeeeet...teeeeet...teeeet......

“Sudah waktunya istirahat. Dan Erika, kamu bisa bawakan buku tugas ke ruangan saya setelah pulang sekolah?” tanya Pak Jono sambil menunjuk Erika.

“Tentu,” ucap Erika dengan semangat.

Kemudian guru itu meninggalkan kelas dan diikuti beberapa murid yang agak nerd. Banyak murid yang masih di kelas karena harus mengerjakan PPKn untuk dikumpulkan sepulang sekolah.
Tentunya Erika sudah selesai daritadi. Dia di kelas hanya menunggu Alexa selesai.

“Kok diem aja? Tugas lo udah selesai?” tanya Alexa yang melihat Erika hanya bersantai memainkan ponselnya.

“Hm,” Erika berdehem dan mengangguk 10..9..8..7..6..5..4..3..” beberapa murid mulai berdiri dan mengumpulkn tugasnnya.


“2..1..”
“Sekarang gue mau ke ruang Pak Jono. Bhay.”

Setelah kepergian Erika, murid banyak yang mengumpat karena tugasnya yang belum sepenuhnya selesai. Mereka takut mengumpulkan tugas dari Pak Jono ke ruang BK (ruang Pak Jono) karena takut ditanya oleh guru BK dan
itu membuat mereka berkeringat dingin.

Saat menuju ke ruang Pak Jono, ada seseorang yang menabrak Erika dari belakang secara tidak sengaja.
“Emmm... ma-af,” ucap orang yang menabrak Erika dan membantu memunguti buku.

Ketika dia sedang membantu Erika, tiba-tiba kegiatannya berhenti dan menatap seseorang di belakang Erika dengan tatapan yang baru saja melihat setan. Erika yang menyadari hal tersebut mengarahkan kepalanya ke belakang dan melihat, ‘Reyhan?’ batin Erika.

Saat kembali menghadap buku-buku yang berserakan, Erika tak melihat orang yang tadi menabraknya.

“Adudu.... kasihan,” ucap Reyhan dengan muka yang disedih-sedihkan dan nada yang mengejek.

“Ga ada yang bantuin?” ucap Rehan lagi karena tidak disahut oleh Erika.
“Yang tadi nabrak malah kabuur.”

Lama kelamaan Reyhan geram, karena orang yang dia ajak bicara tidak menyahut perkataannya, apalagi anak baru.

“Heh. Lo bisu apa tuli?” tanya Reyhan dengan nada datar sambil berjongkok mengambil salah satu buku dan melemparnya. Muka Erika memerah karena menahan marah. Ia takut akan diomeli papanya karena membuat kegaduhan. Erika tetap melanjutkan memberesi buku yang berserakan. Setelah selesai, Erika berjalan ke arah buku yang dilempar Reyhan dan berlalu untuk mengumpulkan tugas itu.

Setelah mengumpulkan tugas, Erika berlalu menuju gerbang untuk menunggu angkutan umum. Erika hampir terjungkal karena ada yang membunyikan klakson, padahal jalannya masih luas. Erika hanya menepi dan tak menghiraukannya.Reyhan kemudian membunyikan klaksonnya lagi, tapi Erika masih tak bergeming.
Reyhan mempunyai ide untuk melewati genangan yang ada di samping Erika supaya mengenai seragam Erika. Ia berancang-ancang, kemudian melajukan mobilnya dan meninggalkan area sekolah.

Erika yang terkena air itu hanya diam menahan marah. Ia tak akan menjadi seperti itu jika ia tadi mengendarai kendaraannya. Tapi karena ia terbangun kesiangan, ia jadi diantar oleh supirnya.

‘Ah, sial banget gue hari ini. Tapi ini demi gue juga supaya fasilitas ga dicabut sama papa,’ batin Erika sambil mengelus dadanya dan menghela nafasnya panjang mengontrol amarahnya.

‘Ini lagi, angkutannya lama banget. Mau minta jemput, ponsel gue mati’ batin Erika sambil menggerutu. Akhirnya ia pulang berjalan.

.
.
.
tbc

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang