Happy reading!!!
Erika masih duduk di ranjang rumah sakit yang sedikit ditegakan sehingga ia bisa menonton televisi. Tangan kirinya ia gunakan untuk memasukkan makanan ke mulut. Tangan kanannya, terbungkus gips karena memang ada patah tulang pada tangannya karena ia gunakan untuk melindungi tubuhnya saat terguling.
Klek.
"Dokter Erwin udah visit belum?" tanya Kanya lalu berjalan mendekat ke nakas untuk meletakkan kantong kresek yang berisi buah.
"Masih pagi kali, Ma. Papa udah berangkat?" tanya Erika sembari melihat jam yang berada di atas televisi.
"Udah. Habis balik dari sini, langsung mandi, saapan dan langsung berangkat," jawab Kanya. "Ngomong-ngomong, ntar temen arisan Mama mau jenguk kamu," lanjutnya memberitau.
"Pagi," sapa Erwin yang baru saja masuk ke bangsal Erika sembari membawa stetoskop yang menggantung di lehernya. Tak lupa kertas yang ia pegang lengkap dengan bolpoinnya.
"Tangannya masih sakit?" tanya Erwin mengecek tangan Erika.
"Sakitnya jarang sih," ucap Erika melihat tangannya yang dicek Erwin.
Erwin mengeceknya dengan teliti.
"Oke. Jangan lupa minum obat rutin dan tangan yang digips jangan banyak gerak," ucap Erwin kemudian meletakkan tangan Erika dan berdiri.
"Makasih, ya, Dokter Erwin," ucap Kanya tak lupa tersenyum. "Eh, sebentar, Dok," tahannya kemudian berjalan ke nakas.
Erwin hanya menurut.
"Ini buat Dokter," ucap Kanya memberikan sekotak nasi.
"Eh, tidak usah repot-repot, saya setelah ini akan pulang," ucap Erwin.
"Bawa saja. Makasih udah bantu pemulihan anak saya," ucap Kanya masih menyodorkan nasi kotak.
"Saya masih koas, belum jadi dokter," ucap Erwin sembari menerima nasi kotak yang diberikan Kanya.
"Kirain udah jadi dokter. Berarti masih umur dua puluhan dong," ucap Kanya menebak.
"Dih, Mama sok tau banget," cibir Erika sembari memainkan telunjuknya di atas gips.
"Iya. Baru dua satu," ucap Erwin malu.
"Wah, berarti seumuran sama anak pertama saya," ucap Kanya antusias.
"Loh, bukannya tadi dokter bilang mau pulang?" tanya Erika. Ia takut Mamanya ngomong macam-macam.
Erwin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Eh, iya. Kalau begitu, saya permisi," pamit Erwin dan keluar setelah mendapat izin.
"Ma, bawa nasi ga? Laper nih," ucap Erika.
"Bentar lagi juga bakal dianter makanannya."
"Enak makan nasi daripada bubur."
"Ya udah. Kamu mau makan apa?" tanya Kanya menghela nafasnya.
"Ayam, donat jeko, citos, telur gulung, cilok, siomay, ba-"
"Kamu laper apa gimana? Maruk banget kemauannya," ucap Kanya heran.
"Kan buat ntar-ntar kalo ga ada makanan," alibi Erika.
"Ok," ucap Kanya mengambil tasnya lalu pergi.
Setelah Kanya pergi, datanglah Sammy, Tiwi, Jack, Fandi dan beberapa teman lama Erika.
"Gimana sekarang?" tanya Tiwi meletakkan parcel di nakas lalu mengambil tempat di sebelah ranjang Erika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
Teen Fiction~Erika~ Pembuat onar, BK juga termasuk rumahnya, incaran para guru (karena...), berubah karena menjadi murid SMA Puri setelah kena DO dari sekolah sebelumnya dan merahasiakan identitas orang tuanya karena tidak ingin memalukan dan mengecewakan kedua...