2. Salah Target

16.2K 484 7
                                    

Happy reading!!!😊😊😊




Reyhan POV
Waktu kita sedang bermain basket. Pak Gunawan manggil kita, kita pun berjalan santai mendekatinya. Pak Gunawan memarahi kita karena kami bermain basket dalam keadaan memakai kemeja sekolah. Pak Gunawan menyuruh kita masuk kelas, awalnya kita tidak mau. Tapi, karena ancaman surat panggilan orang tua ke sekolah, teman-teman gue menuruti perkataannya. Ya mau gimana lagi? Gue pun menurutinya. Dan kita pun meninggalkan guru itu.

Gue menunda untuk masuk kelas dengan bersantai di kantin. Setelah cukup lama, kami menuju kelas.
Kami memasuki kelas saat guru itu sedang menjelaskan. Kemudian kami diam-diam masuk.

"Kalian berhenti. Kalian darimana saja? Jam pelajaran akan usai malah baru masuk kelas," yah kena dah. Males nih kalo ntar juga kena ceramah apalagi kalo sampe dihukum.

"Begini Pak, kita itu sebenarnya sedang asik main basket pake seragam ini. Eh, Pak Gunawan datang marahin kita dan nyuruh kita balik ke kelas," kata gue ngeles, sambil menggaruk kepala yang tak gatal.

"Ok kalian duduk, kecuali Reyhan. Reyhan kemari," yaelah, gue yang kena lagi.

Kemudian gue deketin tuh guru dengan berjalan pelan, biar kek yang di drama-drama gitu.

"Heh, kamu itu sekolah buat apaan sih? Cari ilmu kan? Kasihan orang tuamu, nyekolahin anak yang suka absen tidak jelas."

"Begini pak, sebenarnya tuh saya mau aja kalau sekolah. Tapi saya tidak tau apa gunanya saya ke sekolah," ucap gue secara perlahan.

"Gunanya kamu ke sekolah tuh, ya untuk mencapai cita-citamu? Emang kamu ga kepikiran apa? Kalau udah lulus mau jadi apa?"

"Ya kalau itu sih saya sudah mencapainya, Pak," kata gue sambil senyum unjuk gigi.

"Huh... memang mau jadi apa?" yah, bapak guru udah mulai panasaran nih. Jamin deh, habis au jawabannya bakalan kesel.

"Ya secara dong, Pak. Saya mau jadi manusia," kata gue masih dengan senyum yang sama.

"Kalau itu saya sudah tau. Kalau kamu mau jadi manusia nantinya, sekarang kamu apaan kalau bukan manusia?" Tuhkan? Kesel tuh dia.

"Ya sekarang saya orang."

"Sudah cukup. Daripada saya harus menghadapi kamu, sekarang lebih baik kamu tidak usah mengikuti pelajaran saya sampai usai," ucapnya sambil menunjuk ke arah pintu.

"Yah Pak, daripada nungguin pelajaran usai, kan lebih baik kalau saya balik ke rumah."

"Terserah kamu sajalah. Bisa darah tinggi kalau menghadapi kelakuan kamu."

"Baik Pak. Sebagai siswa yang baik, saya akan menuruti kemauan bapak untuk segera keluar," ucap gue dengan halus kemudian menyalaminya.

Setelah gue keluar kelas, gue berpikir lebih baik nunggu jam pulang berbunyi daripada kena omelan mama gue dan gue pun menuju kantin untuk bersantai. Ketika sedang bersantai, aku sempat berpikiran untuk mengerjai si murid baru yang tadi pagi ribut sama gue dan sekaligus teman sekelas gue.

Setelah berpikir apa yang akan gue lakukan, gue langsung cus ke parkiran dan mencari mobil yang tadi dia kendarai. Tapi, gue ga tau yang mana, karena banyak mobil yang mirip dengan miliknya.

'Arggh...yang mana yang harus gue kempesin? Masa gue harus kempesin sebelah ban yang mobilnya mirip dengan dia sih,' batinku agak kesal karena banyak mobil yang menyerupai miliknya. Tanpa berpikir panjang aku memilih mobil asing yang gue rasa itu mobil miliknya.

Setelah selesai mengempeskan mobil, gue menunggu bel pulang sekolah berbunyi dengan duduk di atas kap mobil mengawasi mobil yang tadi bannya gue kepesin.

Tak lama kemudian, bel pulang berbunyi. Gue masih tetap mengawasi mobil itu. Tak lama kemudian, orang yang gue tunggu akhirnya keluar. Dan gue akan melihat reaksinya ketika dia melihat kalau bannya kempes. Hahahaha... jahat kan gue?

Tapi ketika gue sadar dia tidak menaiki mobil yang gue kempesin, gue gelisah gengs.

'Lah? Terus mobil siapa yang gue kempesin?' batin gue. Daripada kena masalah lebih baik menghindar. Akhirnya gue pun pergi meninggalkan sekolah.

Third POV
Disisi lain, ada seseorang yang sedang menggeram karena keadaan ban mobilnya yang tadi ketika berangkat masih baik-baik saja dan sekarang malah dalam keadaan sebaliknya.


👟👟👟

Setelah keluar dari area sekolah, Reyhan menuju tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul dengan teman-temannya dan itu dapat disebut markas, karena mereka sering mendatangi tempat itu yang notabenenya adalah cafe milik Deon.

Sesampainya di tempat, Reyhan berhigh five dengan Deon dan Vino, kemudian mendaratkan pantatnya di kursi dan menyenderkan punggungnya di punggung kursi.
"Kalian seperti biasa kan?" tanya Deon.

"Iya," ucap Reyhan dan Vino barengan.
Kemudian Deon menuju ke tempat pemesanan dan kembali membawa nampan yang isinya minuman yang biasanya mereka minum.

"Nih," ucap Deon sambil meletakkan minuman.

Reyhan menyesap minuman itu kemudian membuang nafas panjang.
"Lo kenapa bro? Ada masalah?" tanya Vino

"Yah, kalian ga bakal percaya deh sama cerita gue," ucap Reyhan menunduk sambil memutarkan gelas minumannya.

"Ada apa lagi? Surat BK?" tanya Vino.
"Lo ga kayak biasanya. Lo juga udah sering kan dapat surat dari guru BK tercinta. Tapi kenapa wajah lo lusuh?"

"Bukan BK."

"Terus apaan?" tanya Vino yang masih ingin tau. Pasalnya, temannya yang satu itu sangat kebal dengan surat dari BK. Dia punya banyak koleksi tentang kertas undangan BK.

Reyhan meneguk salivanya perlahan "Huh...... Kalian tau kan, kalau di kelas kita kedatangan anak baru?" yang di tanya mengangguk-angguk.

"Jangan-jangan, lo suka sama dia?" tebak Vino asal.

"Suka darimananya bego" ucap Reyhan sambil menoyor kepala Vino.

"Ya siapa tau. Secara dia kan cantik" ucap Vino.

"Ya in aja," Reyhan pasrah.
Reyhan menghela nafasnya "Dia orang yang ribut sama gue tadi pagi. Dan gue berniat mau ngerjain dia dengan mengempeskan ban mobilnya. Tapi karena banyak mobil yang mirip dengannya, gue salah nempesin," ucapnya sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya kemudian agak memerosot.

"Sabar bro," ucap Vino sambil menepuk bahu kawannya itu.
"Gimana kalau lo kerjain dia lagi. dia kan sekelas sama kita," saran Vino.

"Saran lo selalu menjerumus, Vin," kata Deon sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo setuju ga sama saran dari gue?" tanya Vino.

"Nanti gue pikirin lagi," ucap Reyhan kemudian menangkupkan kepalanya diatas kedua tangannya.


.
.
.
tbc

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang