Happy reading!!!😊😊😊
"Jadi-" ucap Erika tapi terputus karena ponsel Reyhan berdering.
"Ah," desah Reyhan. Ia mengangkat ponselnya untuk melihat id caller. "Sebentar ya. Gue jawab dulu." Reyhan beranjak dari lantai dan pergi ke pekarangan depan rumah Erika.
Sedangkan Erika sedang memikirkan ini emang harus dibicarakan atau gimana. Dirinya ragu dengan apa yang akan dia katakan pada Reyhan. Mungkin ia akan menganggap itu candaan karena sebelumnya ia pernah mendengarnya. Tapi bedanya, ini akan keluar dari mulut Erika sendiri. Ia bingung.
Tapi atensinya sudah tersita Reyhan yang sekarang berdiri di depan Erika. Erika mendongakkan kepalanya sambil mengernyitkan dahinya.
"Oh, Nuri," ucap Reyhan sambil menunjukkan ponselnya. "Dia ngajakin gue belanja. Males ah, ntar ujung-ujungnya gue yang bawa belanjaannya," sambung Reyhan kemudian mendudukkan diri di sofa.
"Ah elah, temenin aja," ucap Erika. Kemudian melanjutkan membersihkan mukanya.
"Kan gue belum kelar bersihin nih muka," ucap Reyhan sambil berpindah duduk di samping Erika dan menolehkan kepala Erika dangan tangannya.
Erika menepis tangan Reyhan. "Sana pergi, gue bisa sendiri." Erika mengibaskan tangannya mengusir Reyhan.
"Males aku tuh," ucap Reyhan sambil meletakkan kepalanya di sofa.
"Kasihan, bantuin sana."
"Ga ada untungnya gue pergi sama dia. Udah waktu gue terbuang sia-sia, ntar kalo uangnya kurang minta gue, bawain belanjaannya, buang bensin lagi," jelas Reyhan.
"Gitu-gitu pacar lo juga," ucap Erika.
"Kan dia bukan pacar gue."
"Kalo bukan pacar apaan? Gebetan? Selingkuhan?" tanya Erika sambil merotasikan matanya malas.
"Yang terakhir," ucap Reyhan ringan.
"Anjir, kalo dia selingkuhan lo. Gue selingkuhan lo yang ke berapa?" tanya Erika.
"Emang lo selingkuhan gue?" tanya balik Reyhan. "Oiya, tadi lo mau ngomong apa?" tanya Reyhan mengalihkan topik.
"Apaan?" Erika mengelak. "Sana pergi aja," suruh Erika.
"Ntaran siiiiiiiiiih. Kan gue mau bantuin lo bersihin."
"Mana ada lo bantuin gue? Pergi ga?!"
"Ntaaar."
"Pergiiii!" Erika bersiap melempar botol remover make up yang sedang ia pegang.
"Iya, iya. Gue pergi sekarang." Reyham beranjak dari duduknya kemudian memakai jaketnya.
"Nih, gue balik," ucap Reyhan sambil berjalan meninggalkan Erika.
Erika hanya menatap kepergian Reyhan tanpa mengucapkan sepatah apapun. Setelah terdengar deru mesin mobil yang semakin lama melebur seiring perginya, Erika menghela nafasnya.
Erika sekarang menatap pantulan dirinya di cermin. Pikirannya memutar ulang kejadian hari ini. Kenapa Deon tidak kelihatan di sekolah? Apa Deon sakit? Apa Deon bolos? Apa Deon...
Erika yang mulai pusing karena pikirannya itu segera mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor orang yang kini ada di pikirannya itu. Erika menempelkan benda itu di telinga kirinya, berharap cemas dengan keadaan orang itu.
Panggilan pertama, tidak ada yang menjawab. Begitupun panggilan kedua
Tapi, pada panggilan kesekian kalinya baru ada jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
Teen Fiction~Erika~ Pembuat onar, BK juga termasuk rumahnya, incaran para guru (karena...), berubah karena menjadi murid SMA Puri setelah kena DO dari sekolah sebelumnya dan merahasiakan identitas orang tuanya karena tidak ingin memalukan dan mengecewakan kedua...