30. Missunderstand

6.7K 246 15
                                    

Oiya, jangan kesel baca part ini yaa. Soalnya panjaaang banget...

Paipai, sampai bertemu di up selanjutnya 😘😘😘

-ros


Happy reading!!! 😊😊

Erika bangun dan lanjut ke ritual paginya. Setelah selesai dengan ritualnya, ia menggunakan seragam dan menuju dapur untuk mengambil beberapa lembar roti tawar.

"Ah, shit. Mana selainya habis lagi," ucap Erika kemudian menutup kulkasnya.

Mau tak mau, Erika memakan roti hambar itu. Sebenarnya tidak benar-benar hambar.

Erika mengambil tas dan helm yang telah ia siapkan di sofa.

Saat ia sedang mengeluarkan motor matic yang belum lama dibelikan dari garasi, suara klakson menginterupsinya dan disusul suara bantingan pintu mobil.

"Berangkat bareng sama gue," ucap Reyhan yang baru memasuki pekarangan rumah Erika.

"NO! Gue pengen naik motor," ucap Erika yang masih berusaha mengeluarkan motor dari garasi.

"Eh, minggirin mobil lo. Ngalangin jalan aja," ucap Erika yang sudah siap mengendarai motornya.

"Ga mau tau, berangkatnya barengan," ucap Reyhan sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Ya udah, naik motor gue aja," ucap Erika yang mukanya sudah tertutup helm bogo.

"Bentar, gue ambil tas dulu," ucap Reyhan kemudian beranjak dari tempat ia berdiri.

"Mobil lo masukin ke garasi aja. Gece," ucap Erika sambil sedikit menyingkir untuk memberi akses mobil masuk.

Reyhan memasuki mobilnya kemudian memposisikan mobilnya dan memngemudikan mobilnya ke garasi dari bagian belakangnya supaya nanti lebih mudah keluar.

Setelah dikira posisinya pas, Reyhan mengambil tas dan helm fullface yang biasanya ia bawa di bangku belakang dan menghampiri Erika yang menunggunya di luar garasi, bukan di luar pekarangan.

"Kuy, lo yang depan," ucap Erika yang akan turun dari motor.

"Ga, ga. Lo depan," ucap Reyhan.

"Ya udah. Buru," ucap Erika sambil menstarter motornya dan diikuti Reyhan duduk di belakangnya.

Erika segera memutar gas dengan kecepatan 20km/h saat baru mengendarainya dan berubah menjadi 80km/h saat ia sudah sampai di jalan raya. Itu yang membuat para pengguna jalan yang lain menggerutu karena Erika yang seperti Valentino, bagaimana tidak? Sudah mengebut, kadang lampu sein tidak dinyalakan saat berbelok dan berbelok dengan kemiringan 30 derajat dari aspal.

Sedangkan Reyhan, dia hanya bisa merapalkan doa di dalam hatinya. Memohon supaya ia tetap masih bernapas setelah bersama Erika saat ini.

"Turun, lo," ucap Erika yang sudah mematikan mesin motornya.

Reyhan mengedarkan bola matanya. "Eh, udah sampe sekolah aja," ucap Reyhan kemudian turun dan melepas helm fullfacenya kemudian menyibak rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya.

"Sok ganteng lo," ucap Erika sambil memberikan kunci motornya ke Reyhan dan ia berusaha melepas kuncian helmnya.

"Ah, rempong amat sih lo. Sini gue bantuin buka," ucap Reyhan sambil menyakui kunci kemudian mendekat ke Erika.

Belum sampai di sebelah Erika, kuncian itu terlepas. Erika bernafas lega. "Akhirnya."

"Ntar ganti helm. Gue beliin daripada lo kesusahan lepas kunciannya," ucap Reyhan.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang