17. Sarah lagi, Sarah lagi

7.8K 284 4
                                    

Happy reading!!!😊😊😊







Hari-hari Erika seperti biasanya. Diantar Sammy ke sekolah, masih duduk sama Deon, makan di kantin bareng sama temen-temennya, mendapat tatapan sinis Sarah dan teman-temannya, kadang pulang dengan angkutan umum kalau Sammy tidak menjemputnya.

Sarah POV
Kejadian beberapa hari yang lalu masih gue ingat. Yang Reyhan katanya suka sama Erika. Apasih kelebihan dia?

Cantik? Engga, masih cantikkan gue.
Geulis? Teu, geulisan aing.
Ayu? Ora, ayuan aku.
Beautiful? No, I more beautiful.

Bakat? Dia gaada bakat keknya.
Populernya? Masih populer gue.
Gaul? Masih gawlan gue.
Pinter? Masih pinteran gue kalau masalah pinter buat masalah, maybe.

Hah, dia gaada kelebihannya. Ibunya aja jualan di kantin sekolah.

"Arrgh, apasih kelebihannya?" gumam Sarah sambil mengangacak rambutnya.

"Sarah, kamu kenapa?" tanya guru yang sedang mengajar.

"A-aa, saya mau izin ke toilet," setelah guru itu mengangguk, gue mengode Sora biar dia juga ikutan izin.

"Pak, saya mau izin ke toilet juga. Mau cuci muka buat ngilangin kantuk," ucapan Sora diikuti akting Sora menguap.

"Sana kalian keluar. Jangan lama-lama."

Kita keluar kelas berjalan ke toilet.

Sesampainya gue di toilet, gue ga sengaja denger seseorang sedang bercakap-cakap seperti bertelepon.

Gue sama Sora menguping pembicaraan mereka karena gue mendengar nama seseorang disebut, Gerald. Gue berinisiatif untuk mengerjainya karena gue tau siapa yang sedang menempati ruang itu.

Erika POV
Aish, nih anak ngapain lagi? udah tau ini hari gue sekolah ngapain calling gue terus-terusan. Kalau gue angkat, gue maki.

Karena gue udah ga tahan buat maki Gerald yang sedari tadi menelepon, gue izin ke toilet.

Sesampainya di toilet, gue bercermin sebentar kemudian memasuki bilik dan mengangkat panggilan dari Gerald.

"Ngapain sih lo telepon-telepon gue?" tanya gue sarkas setelah menggeser tombol hijau.

"Lo masih marah sama gue?" tanya Gerald langsung terjang aja.

"Ga ada gunanya juga gue marah sama lo Gerald," ucap gue penuh tekanan disetiap kata-kata.

"Buktiin dong kalo lo ga marah sama gue."

"Bukti? Bukti apaan?"

"Lo balik ke rumah kek. Udah sepuluh hari lo ga balik. Mama ngoceh terus gegara lo ga balik."

"Abang Gerald tersayang, inikan gara-gara lo. Ntar gue bilangin juga kalo lo ngatain emak lo ngoceh mulu."

"Tuh kan, lo masih marah. Maafin gue elah. Nanti gue kasih yang lo mau, tapi cuma hari ini."

"Okay. Tapi lo yang jemput gue."

"Gue ga berani keluar Can. Gue disalahin mulu sama mama."

"Ck, tinggal bilang aja lo mau jemput adek lo." gue langsung memutuskan sambungan sepihak.

Selesainya gue menelepon, gue keluar. Saat gue keluar, tiba-tiba ada yang mengguyur gue dengan segelas kopi, untungnya kopi itu airnya dingin. Dan pelakunya adalah Sarah.

"Eh, sorry baju lo jadi kotor gegara tumpahan kopi gue. Sini gue bersihin," setelah mengucapkan itu, Sarah mundur beberapa langkah kemudian mengangkat kedua alisnya.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang