Prolog

3.1K 224 15
                                    

"Unda! Kak Upannya jahat. Maca Empa dibilang gembul!" sungut seorang anak kecil bertopi coklat emas terbalik.

Sementara itu, anak yang dipanggil 'Upan' itu tersenyum senang sambil melompat-lompat. "Ih! Empa apa cih! Emang benel tau kalo empa itu gembul!" ledek anak itu senang. Terlihat dengan jelas wajah anak kecil yang dipanggil 'Empa' itu.

"Upan! Nggak boleh nakal cama Empa! Kak Hali nggak suka loh!" ujar seorang anak yang memiliki wajah seperti kedua anak bernama 'Empa' dan 'Upan' itu.

"Hehehe. Maaf Kak Hali, maaf ya Empa. Upan minta maaf."

Anak yang bernama Hali itu tersenyum lalu mengusap pucuk kepala kedua Adiknya sayang. "Iya. Lain kali Upan nggak boleh nakal ya?"

"Upan..."

"Upan..."

.
.
.
.

"Huwaa! Ya ampun! Mimpiin itu lagi," gerutu seorang pria lalu menyibakkan selimutnya yang menutupi tubuhnya. Ia memandang kearah jendela kamarnya yang masih tertutup. Berjalan linglung, ia membuka tirai membuat sinar matahari perlahan menerangi kamarnya yang gelap.

Mata biru safirnya menatap jam dinding. Baru pukul 8.

I might never be your knight in shining armor~

Lirik lagu Perfect dari One Direction itu membuat pria itu menatap handphonenya. Melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini.

"Halo?"

"Hei! Kau dimana sih?! Aku mencarimu diapartemen!" Terdengar seruan kesal dari seberang handphone. Pria itu terkekeh. Ia kembali lupa mengabari sahabatnya bahwa ia pindah apartemen. Lagi.

"Hahaha. Maafkan aku Stanley. Aku pindah lagi nih, ya kau taulah, seperti biasa." Pria itu terkekeh pelan lalu mulai menjauhkan benda pipih itu menjauh dari telinganya saat mendengar suara teriakan kesal sahabatnya.

"TAUFANNN!!!! BERAPA KALI AKU BILANG UNTUK TIDAK BERMAIN WANITA LAGI!!!"

Taufan B. Nama pria tampan berusia 24 tahun itu. Seorang model juga CEO diperusahan WindAir Group Company. Taufan tidak mengetahui kepanjangan dari huruf 'B' dinamanya. Ia yakin huruf 'B' itu ada sangkut pautnya dengan masa lalunya dulu.

Taufan merupakan seorang pria yang jenius juga tampan. Ia bahkan menduduki peringkat orang terkaya no. 5 di London.

"Hehehe. Baiklah. Aku minta maaf. Aku akan memberikan alamatku nanti. Baiklah. Sampai nanti Stanley!" ujar Taufan lalu memutuskan panggilan. Taufan menghela napasnya pelan.

Pikirannya melayang saat mengingat mimpi yang tadi ia alami. Sudah hampir setahun ini ia tak memimpikannya, tapi sekarang, kenapa mimpi ini kembali lagi? Apa sebenarnya maksud dari mimpi itu. Upan? Empa? Hali? Siapa mereka?

Taufan menggeleng pelan tidak mau terlalu memikirkan mimpi itu. Ia lalu lebih memilih memasuki kamar mandi sebelum ke pergi ke kantornya. Ia berharap mimpi tidak kembali menghantuinya. Semoga.

❄❄❄❄❄

Halooo! Indah balik lagi bawa cerita baru. Hehehe. Jangan lupa vote yaaa❤

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang