06-Memenangkan Hatiku?

745 51 7
                                    

Perseteruan Avgi dan Senja berlanjut. Tanpa sepengetahuan Senja, Avgi sudah membicarakan hal ini cepat-cepat kepada Bu Apik dan Bundanya. Buat Avgi, perlombaan ini adalah sebuah ajang sayembara untuk menghancurkan kokohnya dinding hati Senja, wanita yang diam-diam menarik hatinya keluar dari zona dingin. Ia sengaja menjadi sosok yang menyebalkan ketika awal bertemu untuk menutupi sepi yang ada di hatinya. 

Bak gayung bersambut, rencana Avgi disambut baik oleh Bu Apik yang didukung penuh oleh bundanya, Bu Widya. Mereka justru menyarankan agar perlombaan ini segera cepat dilangsungkan, lebih tepat di panti asuhan agar setiap anak-anak panti juga tertular ketertarikan yang sama terhadap puisi. Buat Bu Widya, sudah memang waktunya Avgi mendapatkan tantangan dari orang-orang di sekitarnya. Ia selama ini mencemaskan sikap Avgi yang dingin dan pasif, seakan tak ada sesuatu yang menantang baginya. 

Pada malam perlombaan, Bu Apik, Bu Widya, dan anak-anak panti bahu-membahu membentuk panggung pembacaan dan membereskan bangku penonton untuk anak-anak panti menyaksikan Senja dan Avgi berlomba. Suara riuh dan canda mengisi waktu-waktu persiapan itu. Momen seperti ini yang selalu dihidupkan Bu Apik dalam mengurus panti asuhan. Ia hanya tak mau anak-anak tahu bahwa dirinya sedang mencemaskan keuangan panti yang semakin tak jelas kondisinya. 

Melihat kondisi yang ramai-ramai, Goar berhenti di depan panti dengan motor antiknya. Lelaki Batak itu melongo sambil kepalanya naik turun mencari tahu ada acara apa yang sedang dihelat di panti. Ia turun dari motor, kemudian perlahan mendorongnya masuk ke halaman panti. Ratvika keluar dengan membawa satu tong sampah besar. 

"Hey, Vika. Apa pula yang terjadi di dalam? Sedang membersihkan sarang nyamuk rupanya? Kenapa malam-malam pula seperti ini, kenapa tidak tadi siang atau besok?" ujar Goar menyapa Vika yang berusaha memindahkan sampah di tong sampah itu ke karung. Wajah Vika tertoleh dengan kecut setelah mendengar kalimat ejekan dari Goar. 

"Eh, bang Goar. Kamu jangan sembarangan ya! Jangan sembarangan ngomong!" ujar Ratvika dengan wajah marah memerah. Jari telunjuknya tepat lurus ke arah hidung sedikit mancung Goar, membingungkan dirinya kenapa tiba-tiba Vika meledak-ledak. 

"Hey, hey... Kenapa pula kau marah-marah sama aku? Aku kan hanya bertanya," ujar Goar membela dirinya. Tangannya bergerak menurunkan telunjuk yang diarahkan ke arah wajahnya. "Jangan pula kau tunjuk-tunjuk aku dengan telunjuk kotormu itu. Macam aku melakukan aib tertentu saja ditunjuk-tunjuk."

"Iya, bertanya tapi nada pertanyaan kamu itu mengejek kami yang sedang beberes panti," ucap Ratvika dengan ketus. Goar hanya memperhatikan gerak mulut Ratvika yang komat-kamit mengucapkan ocehannya. Satu tangannya menggaruk-garuk puncak kepalanya, tak memahami kenapa pertanyaannya disalahartikan oleh Ratvika. 

"Ssssttt..." Goar mengacungkan satu telunjuknya, lalu menempelkannya di mulut Ratvika yang sedang berbicara. Ratvika berhenti berbicara.

"Ihhh... apaan sih? Kamu tahu gak kalau telunjuk kamu itu bau oli, Bang Goar!" 

Goar hanya mengikik, menertawai Ratvika yang berusaha menghilangkan bau telunjuk yang mengganggu penciumannya. "Mantap kan? Macam di sinetron-sinetron itulah! Biasanya setelah adegan itu, ada adegan ciumannya, Vik. Mau juga kau ku cium? Aku berikan gratis untuk kau!"

"Ihhh..." ujar Vika yang kesal, lalu beranjak pergi meninggalkan Goar yang tersenyum bahagia. Sayang, langkahnya tertahan gerak tangan Goar yang cepat menangkap tangan Vika. 

"Aih, janganlah kau marah dulu! Aku cuma becanda pula. Itukan ciri khas kita, orang Indonesia. ramah dengan becanda. Memang ada apa sih di dalam?" ujar Goar kembali pada pertanyaan yang belum terjawab. 

"Nah, begitu dong tanyanya! Jangan seperti tadi, itu meledek tahu namanya."

Goar menggaruk-garuk kepala. Wajahnya menunduk ke arah samping, berpaling dari pandangan Ratvika. "Macam salah terus awak di depan wanita satu ini. Untuk perempuan, kalau lelaki, sudah ku tunjang dari tadi."

Senja Dalam Ingatan [Completed] [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang