Ratvika hanya duduk memandangi wajah Senja yang tertunduk lesu sambil mengaduk-aduk es campur yang sudah 10 menit lalu tersaji. Bentuknyapun sudah cair semua. Tak biasanya juga Senja mengajaknya keluar malam-malam, mungkin karena hanya Ratvika yang bisa mengendarai sepeda motor di panti. Itupun mereka meminjam.
"Ehm..." Ratvika terbatuk, mencoba memutuskan perangai aneh Senja. "Jadi bagaimana, Kak?"
Senja terkejut. Matanya mendadak jelas melihat kenyataan. "Iya, kenapa?"
"Jadi, bagaimana, Kak?" Ratvika mengulangi dengan kesal.
"Oh, enak, nikmat, manisnya pas. Kau pintar cari tempat es yang nikmat, Vik! Aku pasti ke sini lagi!" ucap Senja dengan sumringah. Senyumnya merekah lebar-lebar.
Ratvika makin dongkol hatinya. Ia menyesal membuka duluan pembicaraan yang menurutnya tak berfaedah ini. Tangannya menggaruk-garuk kepalanya. "Kau berbicara macam chef-chef terkenal di tv, Kak, tapi bukan soal es campur yang aku tanyakan!"
"Hah? Lalu?" Senja terheran-heran.
"Aku menanyakan soal seorang pelamun bernama Senja dan kisah cintanya dengan pria tampan bernama Avgi. Paham?" Ratvika kembali lantang berbicara karena saking dongkol dan kesalnya.
Senja mulai kembali murung. Nama itu tersebut lagi.
"Memang benar kau itu pelamun, Kak!"
"Entahlah, Vik..." ucap Senja menghentikan laju kata-kata Ratvika. "Aku juga tak paham bagaimana. Orang-orang bilang Avgi selama 2 bulan ini sudah tinggal di rumahnya, tapi ingatannya tak pulih juga. Aku mulai putus asa. Inginnya aku sembunyi saja atau pergi supaya aku bisa melupakan semua."
Ratvika menepuk jidatnya. Kepalanya menggeleng heran dengan kemauan tipis dan perangai aneh dari Senja yang dilihatnya. "Sudah begitu saja?"
Senja menegakkan wajahnya dan menatap ke arah Ratvika yang juga keheranan melihat dirinya. "Lalu aku harus apa, Vika? Avgi sudah tak punya ingatan tentang aku. Dia sudah melupakan aku, bahkan diapun sudah bertunangan dengan wanita lain! Apa bisanya aku sekarang?"
Ratvika mencoba menahan emosinya. Jika di bagian lelaki, ada Goar yang menjadi sosok emosional, maka di bagian perempuan, ada Ratvika yang tak bisa menahan kesal. Ia menyentuh kepala Senja dan membuat mereka saling menatap. "Kak, dengarkan aku! Kau tak harus peduli dengan statusnya yang merupakan tunangan orang, kaupun masih jadi tunangan lelaki itu saat ini. Kau punya hakmu, Kak di hadapan para saksi yang melihat kau tunangan dan di hadapan Tuhan yang menyatukan kalian dulu. Berjuanglah, Kak! Berjuang karena banyak orang percaya padamu kalau kau bisa melalui semua ini. Kau sosok tangguh dan perkasa."
"Apa aku harus... jika..." Senja terbata.
"Tak perlu alasan apapun, Kak. Aku rindu melihhatmu menjadi sosok yang dulu, sosok tangguh, kuat, mandiri, dan berwibawa walaupun pada dasarnya kau itu wanita. Kau jauh lebih tangguh daripada wanita pada umumnya, bahkan ku akui kau lebih tangguh dariku," ucap Ratvika lagi memotong bicara Senja yang hanya sepotong-sepotong. Ratvika melepas pegangan kepalanya dan menyantap kembali es campur di hadapannya. "Kau pernah bilang padaku kalau kebahagiaan itu dicari dan diburu, bukan ditunggu. Kenapa tak kau lakukan?"
Senja terdiam. Ia hanya menunduk sambil sesekali ia merasakan manis es campur yang sudah cair di hadapannya. Ia kemudian mengangkat tangannya dan menunjukkan cincin pertunangan yang senantiasa terpasang di jari manisnya. "Apa kau yakin, Vik kalau Avgi itu akan mengingat aku lagi sebagai tunangannya?"
"Tidak juga. Amnesianya berat, sulit sembuh. Tapi, biar begitu, kau harus tetap berjuang untuk cintamu. Percayalah, ada tangan Tuhan yang bergerak dibalik orang-orang yang berusaha," ucap Ratvika menjawab keraguan dalam hati Senja. "Sudah yuk, sudah malam. Besok kau harus siap-siap, Kak. Perayaan Wisudamu esok hari, aku tak mau merusaknya hanya karena aku mengajakmu ke sini malam-malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dalam Ingatan [Completed] [Sudah Terbit]
ChickLit[Long List Wattys 2018] Arkadewi Senja Dwiyana terus menutup dirinya dari cinta. Baginya, cinta hanya membuatnya terluka hingga jadi tak berdaya. Hanya Avgi, seorang pria yang sebelumnya dianggap sombong, yang mampu meluluhkan dinding keras hati Sen...