"Sudah siap?" Avgi menegur Arkadewi. Lamunannya begitu dalam. Matanya menebar pandang di luar jendela."Eh..." Arkadewi terkejut. "Si--Siap, Pak."
Avgi melihat tampilan Arkadewi dari atas ke bawah. Itu membuat Arkadewi jadi risih sendiri.
"Ada masalah, Pak? Apa saya kurang cocok pakai gaun ini?" Gugup Arkadewi dibuat Avgi.
Avgi menggeleng. Wajahnya mengernyit seolah ia mencari tahu sesuatu. "Tidak salah. Hanya kurang sedikit."
"Tenang, Bunda tahu apa yang ada di kepala kamu," Bu Widya menyahut sambil menenteng sebuah kalung yang berkilau-kilauan ketika bergoyang.
Avgi memperhatikan. Matanya tak bisa lepas dari Sang Bunda yang sedang mempercantik Arkadewi.
"Gimana?" Bunda tersenyum bangga.
Avgi terpukau. Matanya berbinar. Seketika Arkadewi meraja di hatinya. Senyumnya merekah tiba-tiba.
Arkadewi merasa aneh dengan senyum Avgi. Ada isi kepala Avgi yang tak bisa diterawangnya.
"Ada yang salah? Kenapa senyum-senyum?" tanya Arkadewi perlahan, ragu-ragu.
Avgi tergelak. Ia mendadak tepuk tangan. "Tak apa. Kamu cantik. Aku tak salah saya pilih pasangan untuk ke acara sepenting itu."
Arkadewi ikut tersenyum. Blush on merah di wajahnya ikut merekah. Balutan lisptick menggariskan bibirnya yang halus dan tipis. Pipinya cembung, seperti lengkungan rembulan yang hiasi malam.
"Yuk!" ucap Avgi sambil menawarkan telapak tangan yang ingin sekali disambut. Momen ini langka, Arkadewi tak ingin melewatkannya barang sedetikpun. Tangannya menyambut tangan Avgi. Kedua telapak erat menggenggam, persis waktu Avgi masih ingat dirinya sebagai Senja.
Keduanya berjalan beriringan dengan senyum. Tak muncul Avgi yang judes, jutek, gila hormat, sok galak, dan menyebalkan. Ia berubah jadi sosok lembut dan menyenangkan. Arkadewi berbunga.
"Goar, sudah siap?" panggil Avgi. Arkadewi berubah jadi canggung.
Goar menatap wanita itu nanar. Ia melupakan rasa sakit di hatinya, justru makin terbiasa.
Makin cantik kau, Senja. Andai kau memilih aku, makin lengkap sudah cerita hidupku, decit Goar dalam hati.
"Siap, Pak!" ucap Goar sambil membuka satu pintu untuk Avgi dan Arkadewi masuk. Avgi masuk pertama, diikuti Arkadewi yang terlebih dahulu beradu pandang dengan wanita pujaan hatinya.
Fokus Goar terbagi. Arkadewi canggung. Avgi bahagia. Trilogi perasaan yang berkecamuk saling ingin dominan di mobil itu.
Setelah kecanggungan yang terjadi, ketiganya sampai di gedung pelaksanaan gala. Sebuah gedung megah tersaji di pandangan. Lampu-lampu besar menerangi jalan. Orang-orang dengan wibawa berbalut jas dan gaun dengan tatapan bahagia ataupun bermuka dua.
Avgi keluar dengan Arkadewi bersamaan. Banyak mata langsung tertuju padanya, menghampiri dirinya, lalu bersalaman dan bercengkrama dengan lelaki penerus perusahaan. Ada yang sudah dia kenali, ada yang dia tak kenal.
Avgi masuk bergandengan tangan dengan Arkadewi dengan senyum dan tepuk tangan. Keduanya bak selebriti yang baru masuk ke acara pemberian penghargaan. Meriah.
"Kau canggung?" tanya Avgi pelan sambil menatap wajah indah Arkadewi.
Wanita itu balas menatap. Ia menggeleng.
"Jangan bohongi diri sendiri. Telapak tanganmu berkeringat dan kulitmu bergetar. Tanda ketika canggung," Avgi mencoba menjelaskan. Wajahnya berseri-seri, persis ketika di Jambi dulu. Apakah ingatannya sudah pulih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dalam Ingatan [Completed] [Sudah Terbit]
ChickLit[Long List Wattys 2018] Arkadewi Senja Dwiyana terus menutup dirinya dari cinta. Baginya, cinta hanya membuatnya terluka hingga jadi tak berdaya. Hanya Avgi, seorang pria yang sebelumnya dianggap sombong, yang mampu meluluhkan dinding keras hati Sen...