31-Aku Ingin Kembali

349 24 16
                                    

2 tahun, banyak perubahan terjadi. Presiden berganti dan peraturan anehpun tak kala membuat rakyat gigit jari. Goar masih menanti jika dia bisa menghirup udara ke bebasan lagi. Ia rindu Senja. Ia rindu Monar, motor antik yang disering dikendarainya tiap sore. Ia rindu mamak, bagaimana dia di surga saat ini. Tapi, maaf, hatinya tak rindu Ratvika sama sekali.

Malam itu hujan deras. Petir menyambar-nyambar diikuti dengan angin gemuruh yang membuat gentar seisi penjara. Divan, seorang berkebangsaan India sibuk komat-kamit berdoa memohon agar Dewa Siwa menyelamatkannya dari kekacauan alam ini. Wajahnya serius bukan main. Melihat Divan, Goar takut juga hatinya. Bagaimana kalau Tuhan menghukumnya malam ini?

Sipir penjara bolak-balik berlarian melihat seisi penjara. Mata mereka awas menghitung jumlah tahanan di dalam satu bilik penjara. Dihitung satu per satu sambil sesekali bilang, "Apa lihat-lihat? Memangnya saya pisang, monyet!" 

Satu... Dua... Tiga... Empat... masih utuh! ujar seorang sipir berteriak pada yang lainnya. 

Terdengar sayup-sayup suara teriakan yang mememerintahkan untuk berjaga-jaga. Jangan sampai mereka kecolongan lagi seperti tahun lalu. 100 tahanan berhasil kabur, sementara hanya 30 yang kembali, termasuk Divan. Apes memang hidupnya orang itu!

1 jam kemudian, suasana mendadak sepi di dalam penjara sementara di luar, alam masih mengamuk entah pada siapa. 

"Goar... Goar..." terdengar suara berbisik dari teruji belakang bilik penjara Goar. Itu Badrun, tukang kebun penjara yang berjanji akan membebaskan dirinya. Goar memberikan pinjaman uang untuk membebaskan hutang-hutang keluarga Badrun sewaktu Goar masih bebas. 

Goar langsung beranjak. Ia lantas mencari dimana Badrun. "Bagaimana, drun? Apa rencananya sudah oke?" 

"Tenang, aku sudah siapkan pelarian paling hebat abad ini," ujar Badrun membalas berbisik. 

Goar mengangguk bangga. "Ya sudah, jalankan sesuai rencana kau, drun! Ingat, aku ingin dan harus kembali!"

Badrun mengamini. Tubuhnya lalu menghampiri kumpulan orang-orang yang berkumpul di semak-semak layaknya tentara di film-film. Ada 3 orang yang terlihat, tak tahu berapa sisanya. Mereka terlihat berdiskusi satu dengan yang lainnya. Pelarian kali ini mungkin bakal hebat. Ia melihat wajah Musrin, bocah yang pernah dipukulinya dulu karena menggoda Senja. Dia memang dikenal banyak meloloskan orang dari penjara. Ia sekarang anggota geng, entah geng apa. 

Goar kembali duduk. Ia bersandar sambil hatinya berdoa, semoga pelarian ini berhasil dan bukan malah membuat Badrun dan kawannya kena azab masuk ke penjara juga. Wajahnya menatap tahanan lainnya yang juga ikut mendengar. Tatapan mereka nanar seolah meratap pada Goar yang jadi tuan mereka di bilik penjara itu. 

"Apa?" tanya Goar pada mereka.

"Bang, jangan lupakan kami kalau kau ingin bebas. Kami juga punya sosok yang dirindukan, sama seperti kau," ucap Wildan, lelaki paling tampan seantero penjara. Saking tampannya, Wildan disenani Willy, lelaki gay yang hanya berjarak 2 bilik. 

Kenapa bocah tampan seperti Wildan bisa masuk penjara dan harus menunggu 7 tahun untuk bebas? Sederhana. Dia dituduh mencuri kotak amal masjid, padahal kotak itu hendak ia pindahkan ke tempat yang lebih kelihatan. "Aku beruntung, bang tidak dibakar atau dipukuli. Mendekam di sini justru jadi kebanggaan buatku karena Allah hendak menaikkan derajatku."

Goar lantas berdiri dan mengarah ke Wildan. Ia lalu menutup mulut Wildan dan mendorongnya ke tembok. "Jangan keras-keras, nanti kalau ada sipir yang dengar gimana? Jangan bodoh kau, bocah tampan! Jika ini gagal karena kau, aku tak segan memerintahkan Willy untuk memperkosa kau. Paham?"

Wildan mengangguk. Goar perlahan melepaskan dekapan tangan besarnya, lalu duduk kembali. "Mendekat semua!" ucap Goar dengan wajah serius. Orang-orang di bilik itu mendekatkan kepala mereka dan serius mendengarkannya. Ia bagai nabi kali ini. "Aku tidak akan melupakan kalian semua, tak akan! Pelarian ini akan jadi pelarian terhebat karena seluruh penjara akan dibebaskan. Untuk itu, begitu mendengar ledakan, tugas kalian adalah bersembunyi dan berlari. Jangan sampai tertangkap lagi, mengerti?"

Senja Dalam Ingatan [Completed] [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang