Sudah seminggu Senja gusar. Hatinya tak karuan. Ia tak merasa tenang menjalani hidup semingguan ini. Goar menghilang. Ia sebenarnya kesal tentang perangai kawan Bataknya ini. Lelaki ini macam berubah menjadi lelaki misterius yang membuat Senja jadi kepikiran. Ia hanya takut Goar bunuh diri dengan menggantung diri atau minum racun setelah tahu kabar cintanya dengan Avgi, walaupun ia paham betul Goar tak sebodoh ini.
Sebulan sudah lewat. Tugas akhir mulai mendera hidup Senja ditambah hatinya yang makin gusar karena Goar nampak menjaga jarak dengannya. Bayangkan saja sebulan ini dia hanya melihat bayangan Goar 4 kali, biasanya 30 hari penuh bayangan itu muncul di matanya. Hanya 4 kali! Itupun Senja melihatnya dari jauh.
Pagi ini, Senja hanya bergulat di tempat tidur setelah matanya terbuka 12 menit yang lalu. Tak ada perkuliahan pagi ini sehingga Avgi tak perlu repot-repot menjemput dan mengantarnya ke kampus. Ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidurnya. Pikirannya tak melayang kepada Avgi seperti biasanya, tapi ke Goar. Ia mencari tahu kemana sebenarnya lelaki Batak itu. Apakah dia mulai menjadi pembohong dengan tak menjadi penjaga dirinya lagi?
Senja beranjak dari tempat tidur, mengambil sisir, dan merapikan rambutnya yang kusut di tempat tidur. Dengan celana pendek selutut dan baju bergambar Hello Kitty, Senja keluar dan mendapati Ratvika sedang duduk tersenyum melihat layar handphonenya. Senja mendadak penasaran, tak pernah Ratvika seceria begini. Ia melangkahkan kakinya dan menghampiri Ratvika.
"Hey..." sapa Senja sambil duduk di dekat Ratvika. Rambut yang tadi tergerai lantas ia ikat dengan karet gelang yang ditemukan di meja. "Lagi apa sih? Kok senyum-senyum sendiri ku lihat dari depan kamar?"
Ratvika masih asyik bercengkrama di whatsapp dengan orang di seberang sana. Entah siapa.
"Ratvika... Ratvika!" Senja memanggilnya lagi.
"Eh, Kak Senja, sejak kapan ada di situ?" ujar Ratvika santai melirik ke arah Senja.
Hanya begitu tanggapannya? Kesal! ujar Senja dalam hati. "Sejak jaman penjajahan Jepang..." Senja menjawab ketus.
"Wih, sudah lama juga ya duduk dari 1942..." ucap Ratvika lagi dengan sepotong pembicaraan. Tak usah heran kenapa Ratvika bisa hafal tanggal dan tahun itu, dia kuliah di jurusan arkeologi dan sejarah.
"Iya, sampai aku lumutan menunggu kamu menjawab sapaanku. Sedang chat dengan siapa sih?" ujar Senja sambil mencoba mencari pandang ke arah layar handphone Ratvika.
Ratvika meletakkan ponselnya dan menatap Senja sambil membawa senyum di wajahnya. "Dengan pangeran berkudaku."
Senja menegakkan tubuhnya. Sungguh sebuah kejutan mendengar Ratvika mengatakan soal pangeran berkuda itu. "Sungguh? Siapa?"
Ratvika mengangguk dengan gembira. Kepalanya cepat sekali naik turun. "Kak Senja harusnya tahu dengan jelas dan pasti."
"Aku? Aku tahu pangeran berkudamu itu? Benarkah?" Senja tercengang dalam kebingungan. Ia mencoba mengingat-ingat siapa yang mungkin bisa dekat dengan Ratvika. "Sobri?"
"Idihhh... Dia mulutnya bau, aku nggak suka!" Ratvika mendadak menjadi jijik mendengar nama Sobri itu.
"Irul? Purwoto? Zakaria?"
"Ih, Kak Senja kenapa sebut laki-laki yang aku nggak suka semua sih? Aneh deh. Nih ya aku kasih tahu. Irul, minyak wanginya terlalu mencolok hidung, aku malas. Purwoto, gayanya nggak fashionable. Aku kan sukanya yang macho dan fashionable gitu macam Leonard Di Caprio deh! Dan, Zakaria... tampan sih, tapi dia pelit. Wanita mana yang mau sama lelaki pelit?"
Banyaknya aturan buat jodohnya, ujar Senja dalam hati yang secara tak sadar terucap seperti logat batak. "Lalu siapa?" Senja memajukan wajahnya, menunjukkan segepok rasa penasaran yang mengambang di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dalam Ingatan [Completed] [Sudah Terbit]
Chick-Lit[Long List Wattys 2018] Arkadewi Senja Dwiyana terus menutup dirinya dari cinta. Baginya, cinta hanya membuatnya terluka hingga jadi tak berdaya. Hanya Avgi, seorang pria yang sebelumnya dianggap sombong, yang mampu meluluhkan dinding keras hati Sen...