17-Penyatuan Pertama

445 24 10
                                    

Pagi-pagi betul, seisi panti asuhan sudah bangun dan ramai membuat tempat acara pertunangan Senja dan Avgi. Tak sedikit dari mereka yang justru mencibir keputusan ini, tak sedikit juga yang menyambut ramai keputusan ini termasuk Birra dan Ratvika yang sama-sama menyukai Goar. Mereka mulai sibuk dengan tali temali, kain berwarna-warni, ataupun kertas origami yang dibuat menjadi burung kertas lalu digantung di langit-langit panti. 

Suara mereka lantas satu per satu memberikan perintah. Mereka mengukur kain warna-warni yang akan digantung di langit-langit dan menjuntai ke bawah. Hijau, kuning, merah muda, dan biru warna kainnya, mirip seperti warna di lagu Balonku. Tak lupa, ada panggung kecil di tengah ruang berkumpul panti yang cukup lebar untuk nantinya Avgi dan Senja menyelipkan cincin di jari manis mereka. Tepat layaknya orang menikah. 

Diantara kebahagiaan itu, Goar nampak tak bersemangat. Suaranya tak muncul dengan lantang sementara tak ada semarak dalam hatinya menyambut pertunangan ini. Sungguh berbeda dengan Ratvika yang amat bahagia dengan pertunangan ini karena artinya ia hanya punya Birra yang jadi pesaing merebut cinta Goar. Lagipula, mereka sudah jadian, untuk apa memikirkan soal saingan?

Senja melihat kesan tak baik di wajah Goar yang sedang menggunting kain sesuai dengan arahan Bu Apik. Ia mendekati lelaki Batak yang sedang bersedih itu, lalu duduk bersila di depannya dan ikut menggunting kain biru yang jadi warna kesukaannya. 

"Kau nampak tak bersemarak untukku?" ujar Senja sambil menggerakkan gunting sejalan dengan pola yang sebelumnya sudah dibuat. 

"Harusnya aku bagaimana? Apa aku harus tertawa lebar-lebar dan menggemakan seisi panti ini supaya terlihat semarak?" ucap Goar membalas ucapan Senja. Ia hanya kalut dan berpikir dengan pertunangan ini, haruskah ia menghentikan cintanya kepada Senja?

Senja meletakkan gunting dan mengangkat dagu Goar yang mulai ditumbuhi dengan rambut kasar yang tumbuh tak seragam. "Hey, berbahagialah karena aku bahagia. Bukankah itu yang namanya cinta sejati? Bukankah itu yang selalu kau dengungkan padaku bahwa aku pantas berbahagia? Aku bahagia hari ini, kenapa justru kau yang tak berbahagia?"

Goar membalasnya dengan senyum kecil. Ia tak membalas dengan kata-kata apapun. Kau pantas berbahagia. Sungguh pantas. Dan bahagiamu itu harusnya denganku, ujar Goar dalam hati menanggapi ujaran Senja.

"Aku pergi dulu, harus memasangkan kain ini. Ratvika yang memintanya sendiri untuk diriku," ucap Goar sambil beranjak berdiri dan meninggalkan Goar. Senja hanya tak sanggup melihat lelaki Batak yang satu ini kecewa. Ia sosok orang yang sungguh jujur dengan dirinya sendiri, ketika ia bersedih akan sangat terlihat dan itu yang diambil oleh Senja sedari tadi dalam dirinya. Senyumnya tak sama, bahkan terhadap Ratvika yang kini jadi kekasihnya sendiri. 

***

Ba'da Dzuhur, sekitar pukul 12.25, acara dimulai. Anak-anak panti asuhan sudah berjejer rapi duduk di tempat yang disediakan. Beberapa dari mereka lebih memilih untuk berdiri dan menyaksikan kisah yang tak setiap hari mereka lihat, acara pertunangan. 

Goar dengan kemeja merah maroon dan jeans hitam merangkul Ratvika erat. Wajah keduanya nampak berseri-seri, sayangnya Senja paham ia hanya lagi berdrama dengan dirinya sendiri. Jika orang lain bisa dikelabuhi dengan dramanya, tidak dengan Senja. Ia mengerti betul bagaimana Goar berlaku. Ia mengerti dengan sangat bagaimana Goar bahagia sungguhan dan bagaimana Goar sedih. 

Senja anggun dengan gaun berwarna ungu dan riasan apik yang dibantu oleh Ratvika. Ia duduk di samping Bu Apik yang menjadi wali dari dirinya. Sementara, Avgi duduk di tengah-tengah Pak Winata dan Bu Widya dengan batik Kalimantan lengan panjang dan celana kain warna hitam. Matanya tak bisa lepas dari sosok wanita yang nantinya akan jadi tunangannya. Senja begitu cantik dan anggun hari ini. 

Senja Dalam Ingatan [Completed] [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang