part 2

39.9K 743 2
                                    

"Do!"

Aldo kaget setengah mati mendengar suara Mama yang tiba-tiba menggema di dalam kamarnya. Ia sudah menutup pintu itu tadi dan kecerobohan Aldo adalah tidak menguncinya. Sebenarnya salah siapa jika seseorang masuk ke kamar orang lain tanpa mengetuk pintu, atau salah si empunya kamar karena tidak menguncinya? Meski seseorang itu adalah Mama kandungnya sendiri.

"Ya, ampun, Mama. Aldo kan lagi ganti baju," kesal cowok itu dengan wajah merah padam. Ia sudah terlanjur melepas kemeja putih dari tubuhnya. Dan untung saja ia belum menanggalkan celana panjang hitam berbahan katun dari tubuh bagian bawahnya.

"Kamu itu anak Mama, kenapa mesti malu? Bagian mana dari tubuhmu yang Mama nggak tahu?" Mama menimpal dengan gaya santai. Wanita itu melenggang dengan penuh percaya diri dan mengambil tempat duduk di atas ranjang milik Aldo.

"Tapi, dulu dan sekarang kan beda, Ma." Aldo menggerutu sembari membuka lemari pakaiannya. Cowok itu menarik selembar kaus secara acak dan langsung mengenakannya. "ada apa, Ma?" Setelah selesai dengan kausnya, Aldo menatap Mama dengan dibalut rasa curiga. Tidak biasanya Mama masuk ke dalam kamarnya seperti ini, terlebih lagi Aldo baru saja tiba dari kantor. Jika hanya untuk memberitahu soal makan malam, rasanya itu sangat berlebihan. Karena Aldo pasti akan turun untuk makan meski tidak disuruh. Kecuali jika dia pulang terlambat karena harus menemani klien untuk makan malam.

"Nih," ucap Mama sambil menyodorkan sesuatu pada putranya.

"Apa ini, Ma?" Aldo mengernyitkan kening, tapi tangannya bergerak mengambil benda yang disodorkan Mama meski rasa ragu berkecamuk di pikirannya. Lima lembar foto berukuran 4R berada dalam genggamannya seketika. Masing-masing foto menampilkan seraut wajah gadis yang berbeda.

"Gimana? Cantik-cantik kan?" desak Mama sambil tersenyum bangga. Wanita itu bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri putranya. "kamu sudah menentukan pilihan?"

Aldo mendesah pelan. Tangannya terulur kembali pada Mama. Ia bahkan hanya melihat sekilas pada foto-foto itu. Entah wajah siapa saja yang terpampang di sana, Aldo sungguh-sungguh tidak peduli.

Mama mengerutkan bibir. Wanita itu tampak bingung dengan sikap Aldo. Ia belum bisa menyimpulkan maksud putranya.

"Aldo belum kepikiran untuk menikah, Ma," tandas Aldo dengan nada datar. Harus berapa kali ia mengatakan pada Mama soal itu.

Giliran Mama mendesah panjang. Ia mencengkeram lengan Aldo kuat-kuat dan menatap sepasang mata putra satu-satunya itu.

"Do," ucap Mama memulai perkataannya. "kamu sadar kan, berapa usia kamu sekarang? 27, Do. Dan usia kamu sudah lebih dari cukup untuk membina rumah tangga. Kamu lihat teman-teman kamu sudah banyak yang punya anak. Mau sampai kapan kamu akan berkelit terus dari Mama, hah?"

Aldo terdiam. Selain ia enggan mendebat Mama, dirinya juga tak bisa menghindar kali ini. Karena tangan Mama mencengkeram lengannya demi mencegah cowok itu kabur. Mama sangat lihai dalam memojokkan putranya sendiri.

"Mama juga ingin segera menimang cucu seperti orang lain, Do," ucap Mama dengan melemahkan nada suaranya. Wanita itu memasang wajah memelas demi mendapat perhatian putranya.

Duh, Mama ini pandai banget berakting!

Aldo tak berkutik. Mama akan selalu melakukan hal apapun demi mendapatkan apa saja yang ia inginkan. Meski harus berpura-pura pingsan sekalipun, wanita itu pasti akan bersedia melakukannya.

"Ma, tolong kasih Aldo waktu beberapa tahun lagi... "

"Beberapa tahun katamu?" potong Mama dengan cepat. "memangnya siapa yang bisa menjamin umur Mama sampai beberapa tahun lagi?" Mama menaikkan nada suaranya satu tingkat.

"Ya, ampun Mama. Bukan gitu maksud Aldo." Cowok itu melenguh melihat reaksi Mamanya yang terlalu berlebihan. Sekali lagi, wanita itu ingin memaksakan kehendaknya dengan cara yang tidak elegan sekalipun.

"Do, apa susahnya sih, menuruti permintaan Mama," ucap Mama kembali. "Mama cuma ingin kamu memilih salah satu dari mereka dan biar Mama yang mengatur semuanya."

Semuanya? Maksudnya? Kening Aldo tampak berkerut tajam. Pikirannya mulai meraba ke mana arah pembicaraan Mama.

"Gimana kalau Aldo nggak suka?" tanya Aldo sejurus kemudian. Sungguh, ia tak bisa menolak kehendak wanita berbintang Capricorn itu. "tampang cantik kan nggak menjamin kebahagiaan, Ma?"

"That's right!" Mama menjentikkan jarinya. "kamu benar Aldo sayang. Wajah cantik memang nggak menjamin kebahagiaan. Makanya Mama mau kamu mendapat istri yang cantik dan cerdas, seperti Mama," kekeh Mama seraya mengedipkan sebelah matanya. Wanita itu melepaskan cengkeraman tangannya di lengan Aldo demi mengetahui bahwa hati putranya mulai melunak.

Dasar Mama yang norak.

Aldo mencibir. Ya, terkadang Mamanya bersikap terlalu lebay untuk wanita seumurannya. Jalan pikirannya juga susah untuk ditebak, bahkan Papa sendiri kadang tak mengerti apa kemauan Mama.

"Lalu?" Kedua alis Aldo terangkat bersamaan.

"Ya, kita cari lagi dong," sahut Mama dengan gaya santai. Seolah-olah apa yang sedang ia rencanakan adalah sebuah permainan. "nah, pilih salah satu," suruh Mama sejurus kemudian. Wanita itu menyodorkan kembali lembar-lembar foto yang sejak tadi dipegangnya.

Aldo menghembuskan napas kuat-kuat. Tidak sulit untuk memilih salah satu karena ia akan melakukannya secara acak. Tanpa melihat terlebih dahulu, tangan Aldo sudah bergerak meraih selembar foto yang berada di barisan kedua. Entah bagaimana wajahnya, Aldo sangat-sangat tidak tertarik untuk mengetahuinya.

"Good choice, Aldo," ucap Mama sembari menebarkan senyum sumringah.

"Sekarang Mama puas?" delik Aldo kesal.

Mama hanya melanjutkan senyumnya dan tak menggubris ucapan Aldo. Ia terlampau puas sudah bisa memaksakan kehendaknya pada Aldo.

"Cepet ganti baju, Mama tunggu di meja makan," ucap Mama sembari ngeloyor pergi meninggalkan kamar Aldo.

Cowok itu hanya bisa melenguh panjang saat Mama sudah selesai menutup pintu kamarnya.

Di dunia ini, tidak ada seorangpun yang ingin terlambat menikah. Sebagian orang menargetkan untuk menikah pada usia tertentu, tapi rencana manusia selalu terkalahkan oleh takdir. Target tak selalu tepat sasaran. Jodoh setiap orang berbeda-beda waktu datangnya. Tak ada satupun manusia yang bisa memprediksi kapan akan bertemu dengan jodohnya. Dan soal kapan menikah, jangan pernah menanyakannya pada seorang lajang yang kalian kenal! Kalian tidak pernah tahu apa yang sudah mereka alami dalam hidupnya. Betapa mereka pernah terluka karena cinta, patah hati, dikhianati, dan mereka sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menemukan jodohnya, tapi, takdir Tuhan lebih berkuasa di atas apapun juga!

Kembali pada Aldo...

Cowok itu segera berganti celana santai setelah Mama benar-benar menghilang di balik pintu. Ia harus bergegas turun setelahnya karena desakan perut yang tak sabar minta diisi.

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang