part 25

18.5K 347 0
                                    

Kira-kira apa yang mereka bicarakan, ya? Apa mereka sedang bergosip seperti yang Mama lakukan saat ketemu Tante Lia? Atau jangan-jangan mereka sedang ngobrol tentang aku?

Aldo menghembuskan napas kuat-kuat dari mulut saat berusaha mengusir jauh-jauh dugaan-dugaan konyol dari otaknya. Meninggalkan Audy dan Mamanya hanya berdua saja di dapur malah membuat pikirannya tidak tenang. Tapi, tidak mungkin bagi Aldo untuk turun dan ikut nimbrung bersama kedua wanita itu kan? Bagaimana jika mereka sedang membicarakan soal kewanitaan atau semacamnya yang bersifat pribadi? Hal itu malah akan membuat Aldo semakin risih dan tidak nyaman. Tapi, sebelah hati cowok itu juga tidak rela membiarkan Audy di dapur bersama Mama tanpa kehadiran dirinya. Mumpung Audy berkunjung ke rumahnya dan momen langka seperti ini seharusnya tidak boleh dilewatkannya.

Aishhh.

Aldo mengusap kepalanya dengan gerakan sedikit kasar. Setelah mengurung diri di kamar selama satu jam, ia masih belum menemukan solusi tepat. Eit, tunggu dulu. Bagaimana jika Mama sedang meracuni pikiran Audy dengan cerita-cerita mengagumkan soal Aldo? batin Aldo seperti baru saja mendapat pencerahan. Seorang Ibu pasti akan menceritakan hal-hal baik tentang anaknya kan? Terlebih Mama Aldo yang pandai luar biasa soal berbicara dan merayu.

Aldo melompat dari atas tempat tidur dan melangkah ke pintu kamar dengan gerakan cepat. Ia tidak bermaksud turun dan ikut bergabung bersama mereka di dapur. Cowok itu hendak mengintip Audy dan Mama dari atas balkon kamar, hanya itu saja.

"Mama?"

Aldo kaget setengah mati saat mendapati sosok Mama telah berdiri di depan pintu yang baru saja dibukanya. Kening cowok itu langsung terlipat penuh keheranan.

Tiba-tiba saja Mama memukul pundak Aldo dengan gerakan cukup keras. Membuat putranya itu meringis.

"Kamu ini... " Mama memulai omelannya. "katanya suka sama Audy, tapi, dia ke sini kamu malah ngumpet di dalam kamar. Mau kamu apa, sih, Do?" oceh Mama dengan wajah kesal.

Aldo tercekat. Ia bahkan tidak pernah menduga akan mendapat omelan luar biasa dari bibir Mama yang pucat tanpa polesan lipstik. Juga pukulan yang lumayan sakit mampir di pundaknya.

"Aldo hanya mau istirahat sebentar, Ma," ucap Aldo setengah bergumam. Ia harus bisa membela diri meski itu hanya alasan yang dibuat-buat. "ini juga Aldo mau turun."

"Nggak usah turun," tandas Mama ketus. Wanita memutar tubuh dan bergegas menapaki tangga turun, mengacuhkan putranya yang sedang terbengong-bengong menatap dirinya.

"Kenapa Ma?" kejar Aldo. Cowok itu ikut-ikutan menapaki anak tangga untuk menyusul langkah-langkah Mama.

"Karena Audy sudah pulang sepuluh menit yang lalu," tandas Mama. Wanita itu baru menghentikan langkah ketika sampai di dapur. Ia berbalik dan menatap putranya. "kamu sih, ngumpet di dalam kamar," ucap Mama menyalahkan Aldo.

"Kenapa Mama nggak nyuruh Aldo untuk nganterin Audy pulang, sih," sesal Aldo. Raut kecewa tergambar jelas di wajah gantengnya. "Aldo kan bisa nganter dia pulang, Ma."

"Telat," ketus Mama. "Audy ngotot mau pulang sendiri dan nggak mau ngerepotin kamu katanya. Salah sendiri ngumpet di kamar. Sekarang kamu menyesal, kan?"

Aldo melenguh pelan. Ia memang menyesal seperti kata Mama.

"Ya, Aldo nyesel," gumam Aldo bertambah kesal. Ocehan Mama membuat penyesalan di dalam dadanya kian menumpuk.

"Katanya kamu suka sama Audy," ucap Mama sembari bergerak ke arah meja makan dan menempati salah satu kursi di sana. Barang bawaan Audy masih tergeletak di atas meja dan belum sempat ia bereskan. "harusnya kamu temui Audy, ajak ngobrol dia, bukan menghindar seperti tadi," ucap Mama dengan tangan sibuk membuka bungkusan lauk yang dibawa Audy. Kali ini Mama lebih lunak dari sebelumnya. Kalimatnya terucap dengan nada kalem tak seperti sebelumnya.

Aldo tak memberi tanggapan dan ikut duduk di sebelah kursi Mama. Menyesalpun tak berguna, pikirnya. Masih ada kesempatan lain untuk memperbaiki hubungan mereka dan memenangkan hati gadis itu.

"Kalian bertengkar?" tegur Mama sesaat kemudian. Karena mulut Aldo masih terkunci rapat. "atau kamu sudah menyerah?" desak Mama seraya menatap lurus ke arah cowok itu. Sepasang matanya melebar penuh keingintahuan.

"Menyerah gimana?"

"Bukannya kamu bilang, sikap Audy sama kamu cuek? Mungkin karena dia nggak menyukaimu... "

Kepala Aldo mengangguk pelan. Membenarkan kalimat Mama.

"Dia emang cuek, tapi, Aldo nggak tahu dia menyukai Aldo atau nggak," gumam cowok itu sedikit pelan.

Aishh... Kenapa aku jadi curhat sama Mama, sih?

"Kenapa kamu nggak mencoba untuk mencari tahu?"

"Mencari tahu apa maksud Mama?" tanya Aldo dengan menampilkan wajah polos dengan dahi berkerut. Ia sungguh tak paham maksud perkataan Mamanya.

"Mencari tahu Audy menyukaimu atau nggak," tandas Mama datar. "kalau kamu nggak mencari tahu, kamu bakalan penasaran seumur hidup kamu. Ngerti maksud Mama?"

Aldo terpaksa mengangguk-angguk. Padahal ia tidak setuju dengan kalimat Mama soal ' penasaran seumur hidup'. Masa ia akan membiarkan Audy menggantungkan perasaannya seumur hidup?

"Makanya kamu harus bertanya langsung pada Audy, dia menyukaimu atau nggak," lanjut Mama kembali. Tapi, kalimat Mama justru membuat Aldo membelalakkan kedua matanya selebar mungkin.

Bertanya langsung pada Audy? Mana mungkin?

"Nggak, Ma," tolak Aldo cepat. Dengan tegas dan terang-terangan ia menolak usul Mama. "nggak mungkin Aldo tanya langsung soal perasaan Audy."

"Kenapa? Kamu malu?" tebak Mama cepat.

"Bukan malu."

"Terus?" pancing Mama dibalut rasa penasaran.

"Gengsi," jawab Aldo pelan.

Mama seketika meledakkan tawa renyah begitu mendengar jawaban putranya yang terdengar menggelikan. Gengsi?

Aldo mengerucutkan bibir melihat reaksi Mama yang jelas-jelas menertawakan dirinya. Apa salah jika ia memiliki gengsi tinggi?

"Eh, Mama punya ide, Do," ucap Mama setelah berhasil menghentikan tawa. Sebuah ide baru saja melintas di dalam kepalanya. "gimana kalau kamu pura-pura kecelakaan dan kita beritahu Audy. Dari reaksinya kita bakalan tahu gimana perasaan Audy yang sebenarnya sama kamu. Gimana? Setuju nggak?" urai Mama mengutarakan idenya.

Aldo mendengus kuat-kuat mendengar pemaparan Mamanya.

"Mama suka kalau Aldo kecelakaan?" sungut cowok itu mengekspresikan rasa tidak suka akan ide Mama. "lagian Aldo nggak suka menipu kayak gitu. Emangnya Mama yang suka tipu menipu?" sindirnya kesal.

Mama menghela napas panjang.

"Gimana kalau kamu pura-pura mau pergi jauh? Ke luar negeri misalnya?"

"Menipu lagi?" toleh Aldo dengan mata melotot. "apa nggak ada cara lain selain menipu orang sih?" gerutunya mulai tak sabar. Ide-ide Mama memang cemerlang, tapi, ia tidak hobi untuk menipu orang lain. Apalagi orang yang dicintainya.

"Katanya kamu pingin tahu perasaan Audy... "

"Tapi nggak pakai cara kayak gitu juga kali, Ma. Udah, ah. Aldo mau mandi dulu," ucap Aldo bermaksud menyudahi percakapan itu. Ia mengangkat pantatnya dari atas kursi lantas berlalu dari sebelah Mamanya yang masih tertegun berpikir. Mungkin saat ini Mama sedang sibuk dengan ide berikutnya. Aldo tidak peduli. Ia tidak suka memakai jurus tipu menipu yang biasa Mamanya lakukan.

Biarkan waktu yang menjawab pertanyaan Aldo. Tentang perasaan Audy, biarlah ia dan Tuhan yang tahu. Suatu saat nanti Aldo pasti akan mengetahuinya cepat atau lambat. Yang harus ia lakukan sekarang hanyalah menunggu, berjuang, dan lebih banyak bersabar menghadapi sikap-sikap jutek Audy.

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang