part 21

19.8K 388 1
                                    

"Lho? Mama kan nggak pesen dibeliin puding, Do," ucap Mama keheranan. Kedua alis tebalnya terangkat bersamaan ketika sebuah kantung berisi beberapa cup puding dan kue terulur dari tangan putra kesayangannya, Aldo. Seingatnya ia tidak menyuruh Aldo untuk membelikan puding atau kue apapun hari ini. Dan perlu dicatat bahwa Aldo hanya akan membeli puding jika Mama menyuruhnya. Tapi, kali ini aneh. Mama sampai heran dibuatnya.

Aldo menjatuhkan tubuh persis di sebelah tempat duduk Mama usai kantung di tangannya berpindah ke dalam genggaman wanita itu. Mama hanya bisa menatap putranya tanpa berkedip karena ia begitu lambat dalam menjawab pertanyaannya.

"Aldo khusus beliin buat Mama," ujar Aldo sembari mengukir sebuah senyum misterius di bibirnya. Ia hanya menoleh sekilas ke arah Mama.

"Kenapa? Sepertinya kamu lagi seneng. Ada proyek baru yang menguntungkan perusahaan kita?" delik Mama dibalut rasa penasaran. Wanita itu berusaha menelusuri wajah Aldo dengan tatapan menyelidik.

Aldo menggeleng cepat. Apa di pikiran Mama hanya ada uang dan uang? batin cowok itu kesal.

"Bukan Ma. Ini bukan soal perusahaan."

"Lantas?"

"Ini soal calon mantu Mama," ungkap Aldo jujur.

Mama terdiam sebentar. Calon mantu? batin wanita itu belum sembuh dari rasa heran.

"Audy maksud kamu?" tanya Mama mencoba untuk memastikan.

Aldo mengangguk dengan penuh keyakinan.

"That's right," sahut Aldo seraya menjentikkan jarinya. Persis seperti yang biasa dilakukan Mama.

"Memangnya Audy kenapa?" tanya Mama penuh dengan kecurigaan. Lagi-lagi ia dia harus menaikkan kedua alisnya.

"Aldo menyukai Audy, Ma," ungkap Aldo berterus terang meski sebenarnya ia sedikit malu untuk mengakuinya.

"What?" decak Mama kaget. Wanita itu mengungkapkan keterkejutannya. "kamu menyukai Audy? Yang bener, Aldo?" desak Mama seraya mengguncang lengan cowok itu karena pengakuan Aldo benar-benar mengejutkannya.

"Yes." Aldo mengangguk sekali lagi. "cewek itu bener-bener luar biasa, Ma. Aldo nggak nyangka kalau Audy sehebat itu," ujarnya sambil senyum-senyum sendiri.

Mama mengerutkan kening. Ia benar-benar tidak punya ide untuk menebak maksud kalimat Aldo. Terus terang ia tidak begitu mengenal Audy lebih dekat, hanya bertegur sapa dan berbasa basi jika kebetulan bertemu. Jadi, ia sama sekali tidak bisa menyimpulkan maksud ucapan Aldo mengenai kehebatan Audy.

"Hebat gimana, Do?" serbu Mama sudah tidak sabar menunggu penjelasan dari putra semata wayangnya. Sungguh, ia bisa berpikiran negatif jika Aldo tidak segera menjelaskan maksud ucapannya.

"Gini, Ma." Aldo memperbaiki letak posisi duduknya senyaman mungkin. "di zaman modern seperti sekarang, di saat cewek-cewek sibuk dandan dan shopping seperti Mama, Audy berbeda, Ma. Cewek itu malah sibuk dengan seabrek kegiatan sosial. Dia itu seorang aktivis lingkungan dan juga giat membantu sesama. Ada seorang anak miskin yang dia bantu sehingga bisa melanjutkan sekolah. Gimana nggak hebat, Ma?" tutur Aldo bersemangat. Kedua tangannya bergerak-gerak mempertegas kalimatnya. Binar mata cowok itu tampak secerah mentari di musim panas.

Mama menghela napas.

"Tapi nggak usah dibandingin sama Mama dong," protes Mama dengan wajah bersungut-sungut. Ia sedikit kesal pada salah satu kalimat yang diucapkan putranya barusan. Wanita itu merasa tidak seperti yang Aldo katakan.

Aldo terkekeh mendengar protes Mama.

"Aldo merasa salut sama Audy, Ma," gumam cowok itu sejurus kemudian. Nada suaranya terdengar bangga.

Tapi, Mama malah mencibir.

"Dulu kamu banyak alasan waktu Mama jodohin," ucap wanita itu mengungkit kembali apa yang pernah Aldo katakan dulu. "sekarang kamu bilang menyukainya."

"Ya, Mama sayang," kekeh Aldo seraya merangkul pundak Mamanya. "Aldo sendiri kan juga nggak tahu kalau ternyata pilihan Mama bener-bener luar biasa," lanjutnya sembari tersipu malu.

"Ya, tentu saja pilihan Mama luar biasa. Mama kan juga luar biasa," sahut Mama Aldo membanggakan diri.

"Ya, percaya deh sama Mama," sambut Aldo seraya tersenyum.

Mama mengusap kepala Aldo dengan gerakan pelan.

"Gimana dengan Audy? Apa dia juga suka sama kamu?" tanya Mama menginterogasi putranya.

Aldo mendehem.

"Umm... " Cowok itu tampak berpikir sebentar. "kayaknya sih belum, Ma." Kali ini suara Aldo sedikit merendah. Binar matanya tak secerah beberapa saat lalu.

"Lho, kok belum? Masa Audy nggak suka sama putra Mama yang ganteng sih?" Kedua alis Mama terangkat ke atas. Heran. "nggak ada yang salah dengan wajah kamu, kok. Semuanya bagus," ujar wanita itu seraya menyentuh dagu Aldo untuk mengamati setiap inchi wajah putra kesayangannya. Dan semuanya baik-baik saja. Aldo ganteng berdasarkan penilaiannya.

Aldo mengedikkan bahu.

"Dia nggak kayak cewek-cewek lain yang pertama kali ketemu sama Aldo langsung suka. Dia beda, Ma," tutur cowok itu dengan melayangkan tatapan kosong ke depan. Sebenarnya ia sendiri juga merasa heran, kenapa Audy tidak menyukainya padahal Aldo sempurna dan tidak kurang suatu apa.

"Maksud kamu, dia jual mahal. Begitu?" tanya Mama mencoba mengartikan maksud ucapan putranya.

Tapi, Aldo menggeleng perlahan.

"Bukan kayak gitu, Ma," kilahnya. "Audy orangnya cuek banget, Ma. Dia... "

Duh, Aldo menggaruk tengkuknya sendiri. Padahal area itu baik-baik saja, tak ada rasa gatal di sana. Ia sendiri kebingungan mencari pemilihan kata yang tepat untuk menggambarkan sikap gadis itu. Dan Aldo sendiri tidak sependapat dengan ucapan Mama jika Audy jual mahal. Gadis itu memang keterlaluan. Cuek dan juteknya sudah kelewat batas. Lalu bagaimana Aldo harus mengutarakan di depan Mama?

"Dia apa?" pancing Mama yang sudah dibuat penasaran setengah mati oleh putranya sendiri.

Aldo menghembuskan napas panjang lewat mulut. Terlalu sulit untuk mengungkapkan bagaimana Audy di matanya.

"Pokoknya dia itu cuek banget, Ma," tandas Aldo kemudian. "nggak ada cewek secuek dia sama Aldo. Audy nggak ada duanya dan itu malah bikin Aldo merasa tertantang buat naklukin dia, Ma," tutur cowok itu menambahi.

"Masa sih, Audy kayak gitu?" tanya Mama seolah meragukan ucapan anaknya sendiri. Selama ini ia mengenal Audy sebagai gadis yang sopan, baik, dan ramah pada semua orang.

Tapi, Aldo mengangguk dengan keyakinan penuh. Sama sekali tidak ada keraguan dalam sikapnya.

"Kalau gitu, kamu harus berjuang keras, Do. Mama mendukung kamu sepenuhnya," lanjut Mama seraya menepuk-nepuk pundak Aldo yang masih dibungkus kemeja putih panjang.

"Thanks, Ma."

"Ya, udah. Kalau gitu cepet ganti baju, gih. Lalu turun untuk makan malam," suruh wanita itu sejurus kemudian.

"Yes, Mom."

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang