part 15

20.6K 402 1
                                    

Hidup kadang selucu itu. Hari ini kita menertawakan orang lain, eh, besoknya giliran kita yang ditertawakan mereka. Kata orang, hidup ibarat roda yang berputar.

Aldo tersenyum sendirian saat mengingat kembali perbincangan dengan Reno beberapa menit yang lalu di restoran Jepang. Kenapa mereka bisa bernasib sama, ya? Tapi, kalau dipikir-pikir lucu juga skenario Tuhan. Apakah perjodohan Reno akan berhasil?

Aldo melayangkan tatapan ke langit yang bebas tanpa awan. Padahal tadi saat ia berangkat ke restoran itu, segumpal awan kelabu tampak menggantung di atas sana, tapi sepertinya sudah menghilang begitu saja. Cowok itu berjalan santai sepulang dari restoran Jepang, seraya menyimpan kedua tangannya di saku celana sambil menikmati langkah demi langkah yang ia ambil. Ia menghirup napas dalam-dalam. Pepohonan yang tumbuh di tepi jalan telah menjalankan fungsinya dengan baik. Setidaknya mereka telah mengurangi polusi yang diakibatkan oleh knalpot kendaraan yang terus menerus memadati jalan raya di siang hari semacam ini.

Aldo memperlambat langkah kakinya ketika berpapasan dengan sejumlah aktivis pecinta lingkungan yang sedang sibuk memungut botol plastik dan sampah yang berserakan di tepi jalan. Ia pernah melihat mereka beberapa waktu yang lalu dan sempat memuji tindakan positif yang mereka lakukan meski hanya dalam hati. Masih dengan seragam yang sama, kaus putih dengan sedikit motif hijau di bagian depan, dan sebuah topi berwarna hijau serupa daun.

Entahlah, kenapa orang-orang masih suka membuang sampah sembarangan, seolah-olah menutup mata hati mereka terhadap kelestarian lingkungan. Apa mereka benar-benar tidak tahu jika sampah plastik tidak bisa diurai oleh tanah? Padahal tempat sampah juga disediakan di beberapa titik di sepanjang trotoar. Lalu apa susahnya membuang sampah pada tempatnya?

Lamunan Aldo terhempas seiring dengan lengannya yang menabrak sesuatu. Bukan sesuatu, tapi lebih tepatnya orang. Cowok itu menghentikan langkah demi mengetahui jika ia baru saja bersinggungan dengan salah seorang aktivis pecinta lingkungan yang mungkin karena terlalu sibuk memungut sampah, jadi ia tidak memperhatikan langkah sendiri.

Gadis berkaus putih dengan sedikit motif hijau pada bagian depannya itu menegakkan tubuh. Dan betapa terkejutnya Aldo saat melihat wajah siapa yang berlindung di balik topi berwarna serupa daun itu.

Audy???

Gadis itu juga sama terkejutnya dengan Aldo, hanya saja ia lebih pandai menyembunyikan perasaannya. Ia mengerjap beberapa kali dan hendak meneruskan kembali pekerjaannya, tapi Aldo sudah lebih dulu mencegahnya.

"Kamu di sini?" gagap Aldo. Sinar matanya mencerminkan sebuah rasa ketidakpercayaan. Ya, tentu saja. Siapa yang menyangka jika Aldo akan kembali bertemu dengan Audy setelah perjanjian yang mereka buat sebelumnya. Tuhan Maha Berkehendak.

Audy mengangguk kaku. Gadis itu juga tampak risih saat Aldo menatapnya dari atas sampai bawah seperti melihat alien. Apa yang aneh dari penampilannya? Lima belas temannya yang lain juga mengenakan kaus dan topi yang sama. Apa yang aneh coba?

"Sorry, aku harus meneruskan... "

"Memungut sampah?" potong Aldo sengaja meneruskan kalimat Audy namun dengan pilihan katanya sendiri. Membuat gadis itu terenyak.

Audy menghela napas panjang.

"Jadi, boleh aku pergi?" tanya gadis itu seolah mengingatkan jika tubuh Aldo menghalangi jalannya. Cowok itu sudah tahu, kenapa masih belum membuka jalan untuknya?

"Oh, ya. Tentu."

Aldo menyingkirkan tubuhnya ke samping kiri sekadar untuk memberi jalan agar gadis itu bisa meneruskan kegiatannya memungut sampah dari tepi jalan. Sungguh, ia tidak kuasa berbuat sesuatu untuk sekadar menahan gadis itu sebentar. Mungkin untuk basa basi tentang kegiatan sosialnya.

Aldo mengikuti punggung Audy dengan ekor matanya tanpa berkedip. Ada apa dengan dirinya? Kenapa tiba-tiba gadis itu muncul begitu saja, kemudian menarik perhatiannya serupa magnet?

Audy tampak memungut sampah plastik yang tergeletak di tepi jalan dengan menggunakan tangan kanannya. Gadis itu benar-benar menyebalkan! Kenapa tidak menggunakan sarung tangan? Bukankah tangan kanan sangat berharga, terutama untuk mengambil makanan. Harusnya ia lebih memperhatikan kesehatan dirinya juga disamping melakukan kegiatan positif.

Di saat gadis-gadis lain sibuk selfie, bermain media sosial, travelling, shopping, belajar melukis alis, dan seabrek kegiatan lain, Audy malah memungut sampah di tepi jalan. Tanpa mempedulikan dirinya sendiri pula. Gadis itu bahkan tidak menghiraukan kulitnya yang tampak kecoklatan terlalu sering berada di bawah sinar matahari. Entah ia memakai pelindung tabir surya atau tidak, padahal gadis-gadis selalu merawat wajah mereka dengan perlakuan ekstra. Tapi, sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Audy.

Aldo melenguh dengan keras. Kenapa tiba-tiba pikirannya dipenuhi dengan nama itu? Audy dan segala keanehannya. Ya, gadis itu aneh dan agak berbeda dengan yang lain. Di balik sikapnya yang acuh dan cenderung dingin, Aldo percaya ia memiliki sisi yang hangat dan baik. Hanya saja Aldo tidak beruntung mendapatkan sisi hangat tersebut.

Gadis itu bergerak semakin jauh, begitu juga dengan teman-temannya. Dan cowok itu baru tersadar jika harus kembali ke kantor sebelum mendapat omelan dari Papa.

Sebenarnya apa yang dipikirkannya? keluh Aldo dalam hati. Bahkan pikirannya masih belum bisa lepas dari gadis itu, meski ia sudah menempati kursi kerjanya.

No.

Aldo sudah membatalkan perjodohannya. Apa hanya karena kegiatan positif yang dilakukan Audy akan membuatnya menyesal? Tidak. Kegiatan yang dilakukan Audy memang sangat bagus dan tidak semua orang bisa melakukannya. Tapi, apa hanya karena hal seperti itu akan merubah pendapat Aldo tentang Audy? Tidak. Audy mungkin memiliki kelebihan di bidang kepedulian lingkungan, tapi gadis itu belum bisa menarik hati Aldo sepenuhnya. Kepedulian lingkungan dan cinta berbeda konteks!

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang