Aldo bangkit dari atas tempat tidur dan segera mempersilakan Audy untuk masuk. Ia masih beruntung kali ini karena masih berpakaian lengkap dan hanya berbaring di atas tempat tidur. Bagaimana jadinya kalau ia sedang berganti pakaian tadi?
"Duduk," suruh Aldo seraya menunjuk ke arah satu-satunya single sofa yang berada di dalam kamarnya. Sedang ia bisa duduk di manapun atau cukup berdiri saja.
"Masih capek?" tegur Audy sebelum meletakkan pantat di atas sofa. "kalau kamu... "
"Nggak," potong Aldo secepat kilat. "Jakarta-Bali nggak sejauh Jakarta-Amerika kok," tandasnya sembari mengangkat kedua bahu.
"Oh." Gadis itu bergumam pelan dan sejurus kemudian memutar bola matanya untuk meneliti setiap sudut kamar Aldo. Seperti sedang mengabsen benda-benda apa saja yang menghuni tempat itu.
"Aku nggak nyangka kalau kamu punya waktu luang sekadar untuk menjemputku ke bandara," tandas Aldo setengah menyindir. Cowok itu menyandarkan tubuhnya pada dinding beberapa jengkal dari sofa yang diduduki Audy. Kejadian lima hari tanpa kabar itu mendadak melintas bak roket di dalam kepalanya.
Audy menatap ke arah lain seraya melempar senyuman pahit. Ya, ia bukan gadis bodoh yang tak bisa tersentuh dengan kalimat sindiran Aldo.
"Aku emang sibuk, tapi bukan pada hari ini," balas Audy kembali menatap ke arah Aldo. "sebelumnya aku emang sibuk dan... "
"Dan nggak bisa dihubungi sama sekali," timpal Aldo melanjutkan kalimat Audy. Padahal gadis itu tidak bermaksud mengucapkan kalimat seperti yang Aldo barusan ucapkan. "apa kamu sesibuk itu sampai-sampai nggak bisa dihubungi? Atau emang kamu nggak mau diganggu?" desak Aldo geram. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Audy habis-habisan.
Gadis itu tampak melenguh. Jengah.
"Sorry," desahnya. "aku emang bukan orang yang selalu menggenggam ponsel ke mana-mana dan aku lebih suka bersosialisi di dunia nyata. Lagian aku sudah bilang sebelumnya kan, kalau aku akan sibuk," ujar Audy membela dirinya sendiri.
Aldo mengangguk-anggukkan kepalanya berulang sembari mencari celah untuk memojokkan gadis itu.
"Ya kamu benar," sahut Aldo akhirnya. "mungkin cuma aku aja yang terlalu khawatir sama kamu. Padahal kamu baik-baik aja di suatu tempat, sedang sibuk dengan setumpuk kegiatan sosial, sampai-sampai melupakan ada seseorang yang sedang galau setengah mati karena memikirkanmu. Dan seseorang itu adalah aku, Dy. Apa kamu paham?" Aldo menekan emosinya sendiri agar tak sampai meluap di depan gadis itu.
Audy terdiam. Kalimat yang baru saja dilempar Aldo lumayan pedas dan cukup mampu membuat telinganya memerah. Ada secercah kemarahan yang menguar dari kata-kata cowok itu.
"Maaf, tapi aku kan sudah pernah bilang kalau aku sibuk... " Audy berusaha ngotot untuk membela dirinya sendiri. Seolah enggan untuk disalahkan.
"Ya," sahut Aldo memotong. "aku aja yang bodoh mencemaskan seseorang yang nggak mau dicemaskan. Gitu kan maksudmu?"
"Bukan gitu!" Audy setengah berteriak, tapi, kemudian ia membungkam mulutnya sendiri. Entah kalimat apa yang ingin dikeluarkannya, kemudian ditelannya kembali.
Aldo menghembuskan napas kuat-kuat. Rasanya ia sudah cukup lama bersabar menghadapi gadis itu.
"Lalu apa?" desak Aldo. Ia menatap reaksi gadis itu dengan kesal. Sebenarnya ia tidak suka dengan perdebatan semacam ini, tapi Audy sudah melukai harga dirinya. "apa kamu lebih suka menghilang tanpa kabar selama berhari-hari, membuat orang lain cemas padahal aku cuma mau bilang kalau aku mau pergi seminar di Bali, tapi, ponselmu mati. Kamu juga sama sekali nggak peduli bagaimana keadaanku lalu tiba-tiba kamu muncul dan bilang menyukaiku. Apa kamu nggak merasa betapa konyolnya dirimu? Aku nggak ngerti apa maumu, Dy," urai Aldo semacam keluhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan Romantis (season 2) # Complete
RandomDi dunia ini, tidak ada seorangpun yang ingin terlambat menikah. Sebagian orang menargetkan untuk menikah pada usia tertentu, tapi rencana manusia selalu terkalahkan oleh takdir. Target tak selalu tepat sasaran. Jodoh setiap orang berbeda-beda waktu...