part 11

21.9K 455 2
                                    

Sungguh, Aldo sama sekali tidak berencana untuk menjemput Audy. Tapi, entah kekuatan apa yang menggerakkan tangannya untuk mengarahkan laju mobilnya ke depan kampus. Ya, pikiran dan tubuh terkadang tidak sejalan sesuai yang diharapkan.

Hujan sudah berhenti sama sekali. Hanya meninggalkan jejak di kubangan air yang mendadak tercipta di beberapa titik di pinggir jalan. Langit bersih tanpa awan. Hari juga berangsur sore tanpa terasa.

Gadis itu tampak berdiri di sana, menatap ke arah datangnya lalu lalang kendaraan. Berharap angkot yang ditunggu segera tiba. Penampilannya tidak berbeda jauh dengan yang sudah-sudah. Kemeja panjang, celana, dan topi bisbol. Penampilan yang sangat membosankan!

Aldo menghentikan mobilnya persis di depan tubuh Audy. Menyita seluruh perhatian gadis itu dari jalanan yang lumayan ramai. Kerut samar juga terlukis di balik topi bisbolnya.

Rasanya Aldo tak perlu membuka kaca mobil hanya untuk menyuruh gadis itu agar naik ke mobilnya. Ia cukup membunyikan klakson untuk mengundang perhatian Audy.

Audy tidak serta merta bergegas naik ke atas mobil seperti harapan Aldo. Bukan karena ia tidak mengerti arti bunyi klakson itu, tapi ia sedikit menyesali kemunculan orang yang tidak ia harapkan kehadirannya. Bukankah ia sudah pernah memperingatkan Aldo sebelumnya untuk tidak menjemputnya?

Aldo membunyikan klakson sekali lagi untuk mengoyak kebisuan gadis itu. Ia bodoh atau apa? batin Aldo kesal.

Akhirnya Audy memutuskan untuk naik ke atas mobil Aldo sebelum kedaraan yang berada di belakangnya protes karena area itu bukan tempat parkir. Jika mobil Aldo terlalu lama berhenti di sana, antrean kendaraan bakal menumpuk dan akan mengakibatkan kemacetan. Dan Audy benci menjadi penyebab kemacetan.

Aldo melajukan mobilnya kembali sesaat setelah Audy naik. Selang beberapa menit tak ada percakapan di dalam sana. Sampai akhirnya Aldo membuka suara.

"Apa kebiasaan kamu kayak gitu? Nggak mau pulang kalau hujan belum berhenti?" tegur Aldo tanpa menoleh. Lebih baik ia tak melihat wajah gadis itu daripada emosinya terpancing.

"Mama lagi?" balas Audy. Gadis itu melenguh pelan.

Aldo ganti mendengus. Bukankah itu salah Audy sendiri, kenapa mesti menyalahkan Mamanya?

"Wajarlah kalau Mama kamu cemas karena kamu belum pulang," bela Aldo berada di pihak Tante Lia. Rasanya semua ibu di dunia ini juga akan bersikap sama.

"Hei." Audy menatap ke samping meski Aldo sedang mengarahkan pandangannya ke depan kemudi. "Mama udah terlalu hafal kebiasaanku dari dulu. Kalau hujan aku selalu nunggu reda dulu, baru pulang. Buat apa cemas?"

Duh, nih anak. Bikin pusing kepala orang, aja.

"Sebenernya kamu ini kenapa sih? Apa salahnya orang tua mencemaskan anaknya sendiri?" protes Aldo. Lagi-lagi ia membela Tante Lia.

Tapi, gadis itu malah tersenyum pahit.

"Kamu itu bodoh, ya," gumam gadis itu pelan, tapi cukup mengoyak harga diri Aldo. Cowok itu bahkan menoleh selama sekian detik ke arah Audy dan mengabaikan jalanan di depannya.

Apa? Bodoh?

"Semua itu cuma dalih Mama untuk memancing kita agar lebih deket lagi. Dan perjodohan itu berjalan dengan lancar seperti harapan mereka. Paham?" jelas Audy dengan mata mendelik.

Aldo tersentak. Sungguh, seperti ada yang baru saja mengetuk kepalanya menggunakan benda tumpul. Menyakitkan. Baru kali ini ada seseorang yang mengatainya bodoh secara langsung. Apa gadis itu tidak bisa memaki dalam hati saja?

"Ya, mungkin aku bodoh," sahut Aldo seraya menahan geram yang membuncah di dalam dadanya. "tapi, kamu cewek yang paling nyebelin, yang pernah aku kenal, paham?" balas cowok itu seraya melirik gadis di sebelahnya. Setidaknya ia harus membalas penghinaan itu, kan?

"Apa?!"

Yes! Kena kamu!

"Berhenti."

Aldo menoleh ke samping demi mendengar ucapan Audy yang menyuruhnya untuk berhenti. Apa gadis itu sudah gila?

"Apa?" tanya Aldo terheran-heran.

"Aku bilang berhenti. Aku mau turun," ucap Audy dengan nada kesal.

"Kamu cepet banget ngambek, ya," gumam Aldo bermaksud menyindir gadis itu.

"Bukannya tadi kamu bilang aku cewek paling nyebelin?" ungkit Audy dengan membelalakkan mata.

"Ya, emang."

"Terus kenapa kamu mau nganterin cewek paling nyebelin, hah?" pancing Audy masih dengan wajah bersungut-sungut.

Aldo menelan ludah. Karena tas dan sepatu itukah? Bukan. Karena Aldo masih menghormati Tante Lia dan ibu-ibu lain di dunia ini.

"Udah diem, kita mau sampai," sentak Aldo menghentikan perdebatan tidak penting itu. Mereka hampir sampai di depan rumah Audy.

Aldo menepikan mobilnya di depan pintu gerbang rumah Audy, tapi gadis itu tidak segera kunjung turun. Kenapa?

"Mulai besok dan seterusnya, kamu nggak usah jemput aku. Kita nggak usah ketemu, ok?" Audy menoleh dan menatap cowok di sampingnya dengan tajam. Tatapan tidak suka jika Aldo boleh mengartikan.

"Ok, aku setuju." Aldo setuju meski ia tidak yakin. Ada banyak kemungkinan yang bisa mempertemukan mereka kembali selama Mama dan Tante Lia masih berkomplot.

Aldo melajukan mobilnya kembali sesaat setelah Audy turun. Ya, semoga usaha mereka untuk menggagalkan rencana itu berjalan dengan lancar.

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang