part 16

19.7K 396 1
                                    

"Aldo!"

Telinga Aldo menangkap suara panggilan Mama meski samar-samar. Kamar putranya terkunci sehingga Mama terpaksa mengetuknya beberapa kali.

"Ya, Ma!"

Aldo baru saja melepaskan ikatan dasi yang melilit lehernya begitu Mama memanggil. Tapi, cowok itu bergegas membuka pintu kamarnya sebelum Mama mengetuk kembali.

Mama tampak berdiri di depan pintu kamar Aldo dengan penampilan yang sedikit berbeda dari biasanya. Wanita itu berdandan rapi dengan sepasang alis tebal dan bibirnya juga terpoles lipstik dengan sempurna. Bukankah pakaian yang dikenakan Mama adalah pilihan Aldo waktu itu?

"Mama mau ke mana?" tanya Aldo dengan meneliti penampilan wanita itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Mama tersenyum simpul. Membuat Aldo bertanya-tanya.

"Kita akan kedatangan tamu malam ini, jadi bersiap-siaplah," ucap Mama seraya menepuk ujung lengan putranya. Memberi sedikit teka teki.

"Tamu?" kernyit Aldo penasaran. "siapa, Ma?"

"Nanti kamu juga akan tahu." Mama memutar tubuh dan langsung melenggang pergi dari hadapan Aldo setelah berhasil membuat cowok itu bingung.

Aldo menutup pintu kamarnya kembali dan segera mengganti pakaian. Entah siapa tamu Mama, Aldo enggan untuk menebaknya. Cowok itu baru keluar dari kamarnya satu jam kemudian.

"Aldo, lama banget sih," keluh Mama begitu cowok itu terlihat sedang menapaki anak tangga. Ia tampak melangkah dengan santai padahal Mama sudah menunggu sejak tadi. "tamunya udah dateng, tuh," beritahunya sembari menunjuk ke arah ruang makan.

Aldo tak menggubris ucapan Mama dan lebih tertarik untuk mengarahkan kepalanya ke ruang makan. Ia menuruti perintah Mama untuk pergi ke sana sekadar mengucapkan salam pada tamu Mama.

"Hei, Nak Aldo!"

Sapaan itu langsung menyambut kedatangan Aldo di ruang makan. Om Hendry, Tante Lia, dan... Benarkah seorang lagi yang duduk di sana adalah gadis itu?

Tidak. Jangan bayangkan ia memakai selembar kaus putih dengan sedikit motif hijau pada bagian depannya, topi sewarna daun. Gadis itu melepaskan semua atribut yang biasa Aldo lihat. Ia memakai sebuah dress sederhana berwarna pink yang panjangnya selutut, rambut sebahu yang tergerai bebas, dandanan yang lumayan tebal, dan sepasang anting mutiara menggantung di kedua telinganya. Dan kesemuanya itu membuat gadis itu terlihat cantik. Tak ada karakter tomboy yang tampak di sana dan sepertinya Aldo harus merubah penilaiannya terhadap gadis itu. Karena gadis itu seperti baru saja bertransformasi menjadi seseorang yang lain.

Aldo mengusir lamunan singkatnya tentang Audy dan menyalami kedua orang tua gadis itu. Ia mengambil tempat duduk persis di depan Audy karena hanya kursi itu yang dibiarkan kosong. Dan ia sempat melirik gadis itu sebelum meletakkan pantatnya. Ya, dia sangat berbeda dengan yang dilihat Aldo siang tadi. Seorang aktivis lingkungan yang memungut sampah di jalan, kini sedang duduk di hadapan Aldo dengan penampilan berbeda.

Dan, hai, bukankah Aldo sudah mengajukan pembatalan perjodohan itu? Tapi, kenapa ada acara makan malam seperti ini? Lalu, kenapa Audy juga ikut dalam acara ini? Apa ia juga tidak punya pilihan lain? Atau ia juga diancam dengan dalih tas dan sepatu yang sudah Tante Lia terima?

Tangan kanan gadis itu, yang tadi siang digunakannya untuk memungut sampah, apa sudah ia cuci dengan sebersih-bersihnya?

"Gimana Aldo, kamu setuju?"

Pertanyaan Mama menyentak lamunan cowok itu. Ia tergagap mendengar namanya disebut. Apa? Mama bertanya apa tadi?

"Ya, Ma. Kenapa?" tanya Aldo kaku. Sungguh, ia sangat malu ketahuan tidak mendengarkan pembicaraan mereka. Ia salah fokus dengan seseorang yang sedang duduk tenang di depannya.

"Mama tanya, gimana kalau kalian bertunangan dulu?" ulang Mama membuat Aldo tercengang.

Bukankah Aldo udah mengajukan pembatalan perjodohan itu? Tapi, kalau semua memaksa ya, nggak pa pa sih.

Aldo belum bisa memberi jawaban. Lalu bagaimana dengan Audy? Ketika Aldo menyadari hatinya mulai melunak terhadap gadis itu dan ia bisa menerima kehadiran Audy perlahan-lahan, tapi apa gadis itu juga memiliki perasaan yang sama? Di saat Aldo mulai merubah penilaiannya pada gadis itu, apa yang bisa membuat Audy melihatnya dengan sudut yang lebih baik? Sedangkan selama ini, Audy selalu bersikap negatif padanya. Sikapnya yang dingin, angkuh, jutek, dan menyebalkan itu, bukankah indikasi bahwa Audy sama sekali tidak memiliki rasa ketertarikan pada Aldo meski hanya seujung kuku?

"Sebaiknya kalian bertunangan dulu supaya ada ikatan yang jelas." Om Hendry mengambil alih topik perbincangan karena Aldo belum memberi keputusan.

Aldo melirik Audy yang masih tampak tenang di tempat duduknya. Apa ia tidak ingin mengajukan keberatan sama sekali? Atau jangan-jangan dalam hatinya ia menerima perjodohan? Oh, jangan berbesar kepala dulu, Aldo. Terkadang seorang gadis akan menjadi si pendiam total di depan semua orang dan akan menjadi bawel saat hanya berdua saja dengan orang yang dikenalnya. Segala sesuatunya bisa terjadi, apapun itu.

"Ya, udah. Kita makan dulu aja," sela Mama menengahi sedikit ketegangan itu. "kalian pasti sudah lapar," kekeh wanita itu seraya menyiapkan segala sesuatunya untuk acara makan malam.

Ya, Aldo setuju dengan saran Mama. Perutnya sudah kelaparan sejak tadi.

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang