"Di rumah aja, Do? Nggak keluar?" Mama menegur ketika menoleh dari aktifitas mencuci piringnya dan menemukan Aldo sedang sibuk di depan kulkas mencari sesuatu untuk mengganjal perut. Kebetulan asisten rumah tangganya minta izin libur hari ini, jadi wanita itu yang bertugas mengambil alih semua pekerjaan dapur termasuk mencuci piring.
"Nggak, Ma," sahut Aldo tanpa menoleh. Cowok itu sudah menemukan apa yang diinginkannya, cheese cake yang dibeli Mama kemarin. Lumayan untuk mengganjal perut sembari menunggu makan malam tiba.
"Kenapa? Hari ini kan hari Minggu," seloroh Mama masih bersemangat menyambung percakapan. Wanita itu hampir menyelesaikan pekerjaannya manakala Aldo melangkah ke meja makan lantas mengambil tempat duduk di salah satu kursi di sana. "Audy juga libur kan?"
Jangan sebut-sebut nama cewek itu sekarang, Ma.
Aldo tidak ingin menyahut kalimat Mama dan berpura-pura sibuk melahap makanan kecilnya. Tapi, bukan berarti ia berhenti menyukai Audy. Tidak seperti itu. Kesal juga bagian dari cinta, bukan?
"Kamu nggak menelepon dia?"
Aldo tercekat dan nyaris menjatuhkan sendok di tangannya karena suara Mama tiba-tiba terdengar begitu dekat di telinganya. Padahal tadi wanita itu berada sedikit jauh dari tempat Aldo duduk, sekarang ia sudah berdiri di sampingnya. Kapan Mama berpindah tempat? batin Aldo heran.
"Oh." Aldo tergagap dan mendehem setelah berhasil menguasai keterkejutannya. Untung saja potongan cheese cake itu mendarat dengan selamat di dalam perutnya. "menelepon siapa, Ma?"
"Ya Audy-lah. Memangnya siapa lagi?" cetus Mama cepat. "bukannya kamu suka sama dia?" selidik wanita itu sembari menyipitkan kedua matanya yang tanpa riasan apapun hari ini. Kesibukan di dapur membuatnya berkeringat dan akan lebih baik jika ia tidak mengoleskan alat make up apapun ke wajahnya. Lagipula ia tidak punya jadwal pergi ke luar rumah hari ini.
"Iya sih, Ma. Tapi untuk apa menelepon Audy?" tanya cowok itu dengan ekspresi polos. Seakan-akan Audy bukanlah orang yang penting dalam hidupnya.
"Ya ajak jalan-jalan dong. Gimana sih kamu ini," ujar Mama sedikit sewot. "masa gitu aja nggak tahu," keluhnya sembari memasang wajah masam.
"..."
Mulut Aldo sudah terbuka hendak menimpal kalimat Mama saat tiba-tiba terdengar suara bel pintu menyela pembicaraan mereka.
Aldo menatap ke arah Mama dengan kening berkernyit seolah menyampaikan pertanyaan 'siapa' pada wanita itu. Tapi, Mama mengedikkan bahu dan malah menyuruh Aldo untuk membuka pintu.
Aldo mengangkat pantatnya dengan ogah-ogahan dari atas kursi. Cheesecake-nya masih tersisa beberapa suap lagi karena Mama terus mengajaknya ngobrol. Sekarang ia harus merelakan makanan favoritnya itu tertunda masuk ke dalam perut karena ia harus membuka pintu untuk sang tamu.
"Hei."
Aldo ternganga begitu membuka pintu dan mendapati Audy sudah berdiri tepat di hadapannya, hanya berjarak beberapa jengkal saja. Gadis itu baru saja melayangkan sebuah sapaan padanya, tapi, diabaikan Aldo karena ia masih belum sadar dari keterkejutannya. Harus diakuinya jika Audy tampak manis dalam balutan sweater merah jambu berpadu dengan celana jeans biru langit. Sepasang sepatu flat melengkapi penampilan sederhananya kali ini.
"Kamu? Ngapain ke sini?" tanya Aldo kebingungan.
Ups, harusnya aku tidak menanyakan pertanyaan bodoh itu padanya.
Audy mengerutkan bibirnya mendapat pertanyaan tak wajar yang baru saja meluncur dari bibir Aldo.
"Kenapa? Aku nggak boleh ke sini?" balas Audy terang-terangan menunjukkan rasa tersinggungnya.
Aldo menarik napas dengan hati-hati. Ia sudah melempar pertanyaan yang salah tadi. Harusnya ia bertanya lebih sopan pada gadis itu. Siapa tahu Audy datang untuk meminta maaf atau minimal memperbaiki hubungan mereka setelah kejadian kemarin kan? Tapi, ia sudah mengawali pertemuan mereka dengan sebuah kesalahan.
"Bukannya nggak boleh." Aldo tersenyum kecil sembari menahan kebodohannya agar tak keluar seperti tadi. "aku cuma terkejut aja melihat kamu tumben-tumbennya datang ke sini," ulas cowok itu lagi.
"Aku ke sini disuruh Mama buat nganter ini," ucap Audy seraya mengangkat bawaannya. "kata Mama kamu, asisten rumah tangga di sini sedang libur. Jadi, tadi Mama nyuruh aku ngirim lauk buat makan malam," ungkap gadis itu menjelaskan maksud kemunculannya tiba-tiba di depan pintu rumah Aldo.
Aldo meringis. Jadi, gadis itu datang bukan untuk memperbaiki hubungan rumit di antara mereka? batinnya gusar. Lagipula kenapa berita tentang asisten rumah tangganya yang sedang libur, bisa sampai ke telinga Tante Lia? Dasar Mama tukang gosip!
"Ya, udah deh," ucap Aldo sembari menahan kecewa. "masuk aja, gih. Mama ada di dapur, kok. Kamu temui aja orangnya," suruh Aldo malas. Cowok itu membuka pintu lebar-lebar dan mempersilakan gadis itu agar masuk ke dalam rumahnya. Ia sudah tidak terlalu tertarik menyambut kedatangan gadis itu di rumahnya. Toh, Audy datang ke sana bukan karena inisiatifnya sendiri dan ia hanya disuruh Tante Lia untuk mengantar makanan.
Aldo hanya bisa menatap punggung gadis itu yang bergerak dengan lincah ke arah dapur. Mama masih berada di sana dan entah sedang melakukan apa sekarang. Akan lebih baik jika gadis itu menemui mama di sana ketimbang Aldo yang menemaninya. Ia takut terluka lagi karena sikap menyebalkan gadis itu.
Aldo menapaki anak tangga satu demi satu dengan langkah gontai menuju kamarnya setelah memastikan Audy tiba di dapur dengan selamat. Ia harus merelakan cheese cake-nya yang tinggal beberapa suap lagi dan juga gadis itu. Ia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri dan mengobati kekecewaannya lalu bangkit lagi untuk mengejarnya. Terkadang seseorang harus memberi jeda bagi dirinya sendiri untuk mengambil napas dan mengatur strategi sebelum melanjutkan perjuangan, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan Romantis (season 2) # Complete
RandomDi dunia ini, tidak ada seorangpun yang ingin terlambat menikah. Sebagian orang menargetkan untuk menikah pada usia tertentu, tapi rencana manusia selalu terkalahkan oleh takdir. Target tak selalu tepat sasaran. Jodoh setiap orang berbeda-beda waktu...