part 34

19.4K 373 0
                                    

"Selamat datang, Aldo sayang!"

Aldo terpaku demi mendapati Mama sedang tersenyum menyambut kedatangannya. Cowok itu sempat berhenti sebentar dan melirik ke sekeliling. Tak ada satupun pengunjung bandara yang mempedulikan tingkah lebay Mamanya. Mungkin itu hanya perasaan Aldo seorang. Para pengunjung bandara yang kebetulan berada di sekitar area itu sibuk dengan urusan masing-masing.

Eit, tunggu dulu! Mama tidak sendiri. Ada orang lain yang berdiri di samping tubuh Mama dan Aldo sangat tidak asing dengan sosok itu. Ia terbiasa berdebat dan dikecewakan olehnya. Ya, seseorang yang sedang berdiri kaku di sebelah Mama adalah Audy.

Audy?

Aldo bahkan terlihat ragu saat melangkahkan kakinya ke arah Mama karena sepasang mata gadis itu terus tertuju padanya. Sorot mata yang tak pernah bisa ia artikan.

"Kok Mama di sini?" tegur Aldo saat menghentikan langkah kakinya persis di depan tubuh Mama. Jelas-jelas tadi di telepon Mama mengatakan tidak mau menjemput Aldo di bandara, tapi nyatanya wanita itu sudah stand by di sana. Bersama Audy pula.

Mama nyengir.

"Mama sengaja pingin buat kejutan untukmu," tandas Mama dengan tangan terulur ke pipi putranya. "suka kejutannya?" tanya wanita itu seraya mengerling ke arah Aldo.

Aldo tak tahu harus senang atau kesal dengan kejutan yang sedikit menyebalkan ini.

"Bukannya Mama sengaja ingin tampil cantik dengan tas baru Mama?" sindir Aldo sembari memicingkan sepasang matanya ke arah Mama. Wanita itu tampil mengagumkan hari ini. Pakaian dan tas baru, dandanan yang sedikit tebal, kacamata hitam yang fashionable, dan sepatu pemberian Tante Lia yang ia bangga-banggakan setengah mati. Airport fashion yang berlebihan!

Mama tak menyahut sindiran pedas putranya. Tapi, sebuah tepukan yang cukup keras terpaksa mendarat di pundak cowok ganteng itu.

"Kamu nggak lupa pesenan Mama, kan?" serbu Mama segera beralih pada topik lain.

Aldo menggeram kesal.

"Iya, Mama sayang," sahut Aldo gemas. "Aldo sudah membeli semua pesenan Mama. Puas?"

Audy tersenyum kecil mendengar percakapan antara ibu dan anak itu.

"Buat Audy juga ada, kan?" tegur Mama menyindir Aldo yang sedang tertegun menatap Audy. Saking takjubnya melihat senyum terkembang di bibir gadis itu, Aldo tak menjawab pertanyaan Mama. Seolah sesuatu telah menutup kedua telinganya rapat-rapat. "Aldo... "

"Eh, iya," sahut Aldo tergagap. Cowok itu buru-buru mengalihkan tatapannya ke arah Mama.

"Tadi Mama ngasih tahu Audy kalau kamu pulang hari ini dan kebetulan dia libur. Jadi, sekalian aja Mama ajak dia ke sini," tutur Mama menjelaskan asal usul kehadiran Audy di tempat itu. "kalian nggak mau ngobrol dulu?" Mama menatap Aldo sekilas lalu ke arah Audy.

"Di rumah aja, Ma," sahut cowok itu sebelum Audy berinisiatif mengambil alih jawaban.

"Baiklah. Yuk, pulang," ajak Mama sembari memimpin rombongan. Wanita itu berjalan terlebih dulu dan sepertinya ia sengaja menempatkan Aldo dan Audy di belakang punggungnya agar mereka saling bertegur sapa. Tapi, faktanya Aldo lebih suka mengunci mulutnya ketimbang membuka obrolan dengan gadis itu.

Dalam perjalanan pulangpun Mama yang mendominasi percakapan di antara mereka bertiga. Supir pribadi Mama tidak masuk hitungan. Mama berceloteh tentang banyak hal dan Aldo sama sekali tak bisa menangkap pembicaraan wanita itu. Cowok itu hanya duduk diam di samping supir dan menatap lurus ke depan dengan sesekali melirik kaca spion tengah. Hanya untuk mengintip Audy yang sedang duduk di jok belakang bersama Mama dengan berbagai macam pikiran tentang gadis itu.

Audy, si gadis menyebalkan itu, sepertinya sesuatu telah terjadi dengannya. Aldo tidak begitu yakin apa yang bisa membuat gadis itu berbeda dari sebelumnya, tapi semenjak kepergiannya ke Bali ada banyak perubahan dalam diri Audy. Gadis itu tak sedingin biasanya. Tatapan matanya sedikit ramah dan menghangat dari sebelumnya. Ia juga tampak lebih akrab dengan Mama sekarang. Jangan-jangan Mama sudah menghipnotis gadis itu agar lebih jinak. Yang pasti, Mama sudah mempengaruhi gadis itu entah dengan mantra sihir atau sederet bualan manisnya. Mama memang jago dalam merayu dan Aldo sudah terlalu hapal dengan karakter Mama.

Sebenarnya apa yang Mama perbuat pada gadis itu?

Gelembung lamunan Aldo pecah saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di halaman rumah. Cowok itu bergegas mengumpulkan segenap kesadarannya setelah mengusir banyak hal yang meracuni pikirannya. Ia turun dan segera menyusul Mama yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah bersama gadis itu.

"Semua oleh-oleh Mama ada di dalam sini," beritahu Aldo seraya meletakkan tas jinjingnya di atas meja tamu. Persis di hadapan Mama yang sudah meletakkan pantatnya di atas sofa.

Wanita itu mengurai senyum sumringah bahagia luar biasa.

"Ok, good boy," sambut Mama cepat. Ia bergegas menyambar tas itu dan mulai membongkar isinya tanpa rasa sungkan meski ada Audy sekalipun.

Sementara Aldo hanya bisa mendengus melihat kelakuan Mamanya yang memalukan itu. Cowok itu beralih menatap Audy yang masih tampak berdiri kaku di dekat pintu masuk.

"Aku ke kamar dulu," pamit Aldo dengan mengulum senyum kikuk. Tangannya menunjuk ragu ke atas tangga.

"Ok," angguk gadis itu pasrah.

Aldo mengangkat kopernya menaiki tangga setelah berpamitan pada gadis itu. Langkah kakinya terasa berat bukan karena beban koper di tangannya, tapi lebih merujuk pada perasaannya sendiri. Hatinya seakan tidak rela meninggalkan gadis itu di ruang tamu bersama Mama. Ia hanya takut Mama mengkontaminasi pikiran gadis itu dengan karakter boros dan lebay-nya. Hanya itu!

Aldo meletakkan kopernya di atas lantai begitu saja. Ia bisa mengeluarkan pakaian kotor dari dalam sana nanti, besok, atau menyuruh asisten rumah tangganya. Tapi, tidak sekarang. Aldo butuh berbaring dan menarik napas dalam-dalam karena paru-parunya terasa kosong sejak menatap senyum Audy di bandara tadi. Ia butuh pasokan oksigen untuk memenuhi rongga paru-parunya demi kelangsungan metabolisme dalam tubuhnya.

Untuk pertama kalinya gadis itu tersenyum dan ia terlihat cantik. Meski pada dasarnya setiap wanita cantik, tapi jika senyum itu ditampilkan oleh seseorang yang spesial, rasanya juga berbeda. Lebih istimewa dan membuat kecanduan. Senyum Audy...

"Boleh aku masuk?"

Aldo tergagap dan seketika bangun dari tempat tidur. Padahal ia nyaris jatuh tertidur sedetik yang lalu sampai suara lancang itu mengusik indera pendengarannya.

Aldo terkesima menatap sosok yang sedang berdiri di ambang pintu. Satu kecerobohan yang sudah lama tak dilakukannya terjadi kembali. Ia lupa tak mengunci pintu dan parahnya benda itu masih setengah terkuak tadi.

Gadis itu tampak tersenyum kikuk dengan sebelah tangan yang masih menggenggam kenop pintu. Audy, gadis menyebalkan itu...

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang