Aldo melenggang masuk ke dalam restoran Jepang tak jauh dari kantornya di siang yang tak begitu panas. Ia celingukan sampai di sana, mencari seseorang yang sudah memaksa kakinya melangkah ke tempat itu.
Reno tampak melambaikan tangan ketika Aldo berhasil menemukan sosoknya yang sedang duduk di salah satu sudut restoran. Ya, hari ini Reno mengajak Aldo makan siang dan restoran itu telah dipilihnya karena berdekatan dengan kantor sahabatnya.
Aldo melangkah ke meja yang sudah dihuni Reno dengan langkah santai. Restoran lumayan ramai karena saat ini sudah masuk jam makan siang dan akhir pekan pula.
"Tumben," celutuk Aldo dengan menjatuhkan pantat di atas kursi kosong yang berada di depan Reno. "ada apa, nih? Nggak biasanya ngajak makan siang?" cecarnya meluapkan rasa heran yang mengetuk-ngetuk dadanya seusai mendapat telepon dari Reno setengah jam yang lalu.
Reno tidak serta merta menjawab pertanyaan Aldo. Cowok itu malah memanggil pelayan restoran dan langsung memesan makanan yang sama dengan miliknya tanpa bertanya lebih dulu pada sahabatnya. Ia sudah hafal jika Aldo akan memakan apapun yang ia pesan. Sahabatnya itu tidak rewel soal makanan.
"Lagi sibuk?" tanya Reno setelah menyelesaikan pesanan dan pelayan restoran sudah pergi dari hadapannya. Ia masih ingin berbasa-basi sebentar dengan sahabatnya. Membuat Aldo semakin penasaran dibuatnya.
"Nggak juga," sahut Aldo datar. "kenapa?" tanya cowok itu tak bisa menahan kecurigaannya lagi melihat gelagat Reno yang sedikit aneh.
Reno tersenyum.
"Nggak pa pa. Tadi kebetulan lewat sini, jadi sekalian mampir," tandas cowok itu.
"Oh, kirain... "
"Kirain apa?" timpal Reno cepat.
"Kirain ada apa-apa," kekeh Aldo.
"Umm... Gimana perjodohan kamu? Masih lanjut?" Reno memulai perbincangan serius usai berbasa basi sebentar, seraya mengunyah mi ramen.
Aldo menggeleng pelan. Cowok itu belum memberi keterangan apapun karena pelayan restoran mendadak muncul membawa pesanan Reno.
"Kamu udah batalin?" tanya Reno kembali. Sesaat setelah pelayan itu pergi dan Aldo mulai mencicipi mi ramen miliknya.
Aldo mengangguk.
"Ya."
"Emang kamu bilang apa sama Mama kamu?" cecar Reno. Sepertinya cowok itu sangat antusias dengan masalah perjodohan sahabatnya.
"Ya, aku bilang nggak siap aja. Lagian aku dan Audy nggak ada perasaan apa-apa. Buat apa dilanjutin? Nggak ada gunanya juga, kan?" jelas Aldo padahal mulutnya sedang sibuk mengunyah.
"Se-simple itu?" tanya Reno sampai dahinya berkerut. "dan Mamamu terima alasan kamu gitu aja? Yang bener, Do?"
Aldo mengangguk. Padahal ia juga tidak begitu yakin dengan apa yang ia ucapkan barusan. Hanya saja setelah percakapan dengan Mama kala itu, Mama tidak pernah membahas soal perjodohan lagi. Mungkin belum.
"Sebenernya aku dijodohin, Do," ungkap Reno beberapa detik kemudian. Sepertinya cowok itu sengaja memancing obrolan seputar masalah perjodohan Aldo sebelum mengutarakan isi hatinya. Ia mencari momen yang tepat untuk memberitahu Aldo tentang permasalahannya. Tapi, tetap saja Aldo tampak kaget dengan apa yang baru saja Reno katakan. Cowok itu bahkan nyaris tersedak kuah ramen!
"Apa? Kamu dijodohin?" tanya Aldo dengan mata terbelalak. Bahkan sehelai mie masih terulur keluar dari mulutnya.
"Biasa aja kali, Do. Nggak usah kaget kenapa?" Reno malah berlagak sok santai menanggapi keterkejutan sahabatnya. Ia sudah menduga jika Aldo akan seheboh ini mendengar perjodohan dirinya.
Aldo menelan makanannya sesegera mungkin lalu mengajukan pertanyaan kembali.
"Sama siapa, Sob? Cantik orangnya?" tanya Aldo tampak antusias.
Reno menggeleng samar.
"Sama anak temen Mami. Nggak cantik-cantik amat sih, tapi dia seorang calon dokter," ungkap Reno.
"Wow!" decak Aldo kagum. "ntar aku bisa berobat gratis dong," gelak cowok itu kemudian.
Reno tersenyum melihat reaksi sahabatnya. Dulu, saat Aldo datang dan menceritakan permasalahannya, Reno sempat menertawakan sahabatnya itu. Tapi, sekarang keadaan berbalik. Dan alhasil Aldo sekarang yang menertawakannya. Dan petuah-petuah yang sempat ia sarankan pada Aldo seperti menguap begitu saja. Dan satu kalimat yang paling Reno ingat adalah, secantik apapun cewek idaman kamu, bakalan pakai daster juga.
"Mungkin aku kualat udah ngatain kamu macem-macem waktu itu," ucap Reno seraya melukis penyesalan di wajahnya. Membuat Aldo harus meledakkan tawa kemenangan.
"Namanya jodoh nggak boleh ditolak, Sob," ucap Aldo ganti sok menasihati. Ia mengulurkan tangan dan menepuk pundak sahabatnya. "yang namanya jodoh, dengan perantara siapa aja, tetep jodoh dari Tuhan. Bener nggak?" Aldo mengedipkan sebelah matanya bermaksud menggoda Reno habis-habisan.
Reno tersenyum getir. Ia tahu Aldo sedang menyindirnya.
"Kamu tahu, dia bukan tipeku," tandas Reno kemudian.
Aldo langsung mengangguk. Yup, ia sangat mengenal Reno dengan baik. Cowok itu gampang-gampang susah soal pasangan. Mungkin ia masih melakukan pencarian sampai benar-benar merasa yakin dengan satu orang gadis untuk dinikahi.
"Lalu?" pancing Aldo penasaran. Apa Reno juga akan membatalkan perjodohan seperti yang ia lakukan?
"Makanya aku nyariin kamu," ucap Reno jujur.
Aldo terbahak.
"Jadi, kamu mau konsultasi sama aku gimana cara membatalkan perjodohan yang baik dan benar? Dan anti gagal?"
Reno tak menyahut. Kalau saja ini bukan masalah perjodohan, ia tidak akan pernah mendatangi Aldo seperti sekarang. Rasanya sungguh memalukan!
"Kenapa nggak dicoba aja dulu? Kenalan dulu, kek. Siapa tahu kalian cocok. Kalau nggak kenal mana bisa sayang, ya nggak?" goda Aldo dengan terkekeh.
Reno menggeleng pelan.
"Males, Do."
"Kenapa males? Daripada diomelin Mami kamu yang galak itu?"
Reno tetap menggeleng.
"Masa jatuh cinta bisa dipaksain, sih?" gerutu Reno kesal.
Aldo terbahak kembali mendengar ucapan Reno yang terakhir. Ia juga pernah berpikiran seperti itu saat pertama kali tahu akan dijodohkan dengan gadis biasa-biasa saja bernama Audy itu. Tapi, itu sudah dua minggu yang lalu. Sekarang ia sudah terbebas dari jerat perjodohan itu.
"Kamu seneng kalau aku menderita?" protes Reno melihat reaksi Aldo yang tak berhenti menertawakan dirinya.
"Bukan gitu," tandas Aldo segera mengakhiri tawanya sebelum keterusan. "bukannya dulu kamu yang ngasih saran sama aku, heh? Udah lupa?" serang Aldo membuat Reno harus bungkam seribu bahasa.
"Ya, kamu bener. Makasih."
"Hei, mau ke mana?" tegur Aldo ketika Reno tiba-tiba bangkit dari kursinya.
"Mau balik," jawab Reno santai. Sama sekali tak ada rasa kecewa atau marah yang terlukis di wajahnya seperti dugaan Aldo. Cowok itu memanggil seorang pelayan dan segera meminta bill padanya.
Aldo hanya mendesah pelan tanpa berusaha mencegah sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan Romantis (season 2) # Complete
RandomDi dunia ini, tidak ada seorangpun yang ingin terlambat menikah. Sebagian orang menargetkan untuk menikah pada usia tertentu, tapi rencana manusia selalu terkalahkan oleh takdir. Target tak selalu tepat sasaran. Jodoh setiap orang berbeda-beda waktu...