EXTRA PART 2 (end)

33.1K 455 20
                                    

"Kamu punya boneka di rumah?" tegur Aldo dengan menebar pandangan ke sekeliling di mana toko-toko berjajar menawarkan berbagai macam produk fashion dalam dan luar negeri. Sejak tadi mereka berdua hanya berkeliling mal dan belum membeli sesuatu kecuali es teh dalam kemasan gelas plastik. Bahkan Aldo sudah meneguk minumnya sampai habis dan tak lupa membuang gelas plastik itu di tempat sampah yang tersedia di setiap sudut mal. Sementara Audy masih jua menggenggam gelas plastiknya dan hanya sesekali menyeruput es teh melalui sedotan. Gadis itu berjalan di sebelah Aldo dengan tatapan menyebar ke sisi kanan dan kiri tubuhnya seolah ia baru pertama kali mengunjungi mal. Ia pasti sudah terlalu lama tidak berkunjung ke pusat perbelanjaan manapun di Jakarta.

Audy menggeleng pelan. "Tidak ada. Aku sudah membuangnya saat tumbuh dewasa. Lagipula aku sudah terlalu tua untuk bermain boneka," sahut gadis itu melepaskan sedotan plastiknya sejenak lalu menggigitnya kembali.

Aldo melebarkan senyum mendengar jawaban gadisnya. "Yuk," ajak Aldo seraya menarik tangan Audy dengan paksa menuju ke sebuah tempat yang sejak tadi menggelitik pandangannya.

Audy tak bisa menolak dan hanya bisa terperangah ketika mereka telah sampai di tempat yang dimaksud Aldo. "Mau ngapain kita ke sini?" gumam Audy menunjukkan keheranannya. Ia menatap ke arah Aldo dengan kening berkerut padahal di depannya beraneka ragam boneka dalam berbagai bentuk dan ukuran terpajang rapi dalam rak-rak besi.

"Beli boneka buat kamu," sahut Aldo dengan gaya cuek. Bola matanya terus berputar ke sana kemari mencari sesuatu untuk dibeli. Kira-kira boneka apa yang pas untuk karakter Audy, ya?

"Tapi aku bukan anak-anak lagi, Do." Audy berusaha mengekor langkah Aldo yang mulai mengitari rak-rak yang berada dalam toko itu. Genggaman tangan cowok itu bahkan belum lepas dari Audy.

"Aku tahu." Aldo menyahut dengan pelan. Tapi, ia tidak terlalu menggubris ucapan gadis itu dan masih sibuk dengan perburuannya.

"Lalu?" pancing Audy yang sudah mulai kesal dengan tingkah cowok itu.

"Mbak, aku mau yang ini," ucap Aldo pada seorang pramuniaga yang sedari tadi mengawasi keduanya. Telunjuk Aldo mengarah ke sebuah boneka berwarna cokelat tua.

Mata Audy membelalak begitu lebar saat Aldo menyodorkan sebuah boneka monyet ke tangannya. Gadis itu bahkan kehabisan kata-kata saat menerima hadiah mengejutkan dari Aldo. Di antara sekian banyak boneka yang terpajang di sana, kenapa cowok itu memilih boneka monyet untuk diberikan padanya? Masih ada Hello Kitty, Teddy Bear, atau Dolphin yang lebih imut. Tapi ini boneka monyet! Ya, Tuhan!

"Kok, monyet sih?" desis Audy sembari meremas boneka barunya.

"Kenapa? Itu kan lucu, ada pisangnya lagi. Jadi, kamu nggak perlu ngasih dia makan," kelakar Aldo disertai gelak tawa yang cukup panjang. Ia bisa melihat betapa bodohnya ekspresi Audy sekarang.

"Ya, mirip kamu," celutuk Audy membalas kalimat Aldo.

Aldo hanya bisa nyengir dan tak membalas olokan gadisnya karena si pramuniaga itu terus memperhatikan mereka berdua dengan tatapan tidak suka. Pasti si Mbak Pramuniaga itu jomblo. Aldo segera melakukan pembayaran karena tak mau berlama-lama lagi di sana.

"Kita mau ke mana lagi?" tanya Aldo ketika mereka melanjutkan langkah setelah keluar dari toko boneka. Ia tak lagi bisa menggenggam tangan Audy karena gadis itu sibuk memeluk si monyet barunya.

"Terserah," sahut Audy asal. Ia sedang tidak ingin mengeluarkan ide, hanya menurut saja ke mana Aldo akan mengajaknya pergi.

"Eh, ke sana yuk." Aldo mengarahkan pundak Audy ke arah kanan setelah menemukan sebuah ide cemerlang yang pasti akan membuat gadis itu terkejut setengah mati.

"Ke mana?"

"Ikut aja."

Langkah-langkah mereka berhenti persis di depan sebuah toko perhiasan. Audy mengarahkan pandangannya pada Aldo dengan penuh curiga. Tapi, ia belum sempat mengajukan pertanyaan ketika Aldo membimbing pundaknya masuk ke dalam toko perhiasan yang sudah berada selangkah di depan mereka.

Audy hanya bisa bergeming dan menatap segala tingkah polah Aldo yang tampak sibuk memilih-milih cincin. Cowok itu sepertinya suka sekali menyusahkan pelayan toko. Terlalu banyak yang ia pilih lalu berganti pilihan lagi sampai beberapa lama kemudian menemukan sebuah cincin yang pas untuk jari manis Audy.

"Yang ini bagaimana? Kamu suka?" tanya Aldo setelah selesai memasangkan sebuah cincin berwarna putih dengan ornamen berbentuk hati di jari manis Audy.

"Maksud kamu apa?" Audy malah melayangkan pertanyaan bodohnya pada cowok itu. Ia bahkan belum mencermati bentuk cincin itu dengan seksama agar bisa menilai bagus atau tidak.

"Aku hanya memberimu sebuah cincin, Dy," jawab Aldo dengan sabar. "aku tahu belum saatnya kita menikah. Tapi aku ingin kamu memakai sesuatu yang kuberikan padamu agar setiap saat kamu mengingatku. Bahwa di manapun aku berada, aku selalu mencintaimu. Kamu mengerti?" Aldo menatap sepasang manik mata milik Audy yang tiba-tiba meredup.

Audy tertunduk dan menyusuri cincin yang melingkar di jari manisnya dengan sepasang mata yang nyaris berkabut karena terlalu haru.

"Kamu suka? Atau kamu mau pilih yang lain... "

"Tidak. Aku suka yang ini." Senyum di bibir gadis itu merekah bahagia saat dagunya terangkat ke atas.

"Benar?"

"Ehm." Audy mengangguk penuh keyakinan.

Perjalanan mereka berlanjut kembali setelah keluar dari toko perhiasan. Rasanya dada Aldo ingin meledak karena terlalu bahagia. Cowok itu merasakan langkah-langkah kakinya begitu ringan saat menapaki lantai mal yang tampak licin, seolah-olah ia adalah sang calon pengantin laki-laki yang akan segera melangsungkan pernikahan. Jadi, seperti ini sensasi orang yang akan menikah?

"Habis ini kita ke mana?"

Ah. Aldo tersadar dari angan-angan sang calon pengantin laki-lakinya. Sensasi rasa orang yang akan menikah yang sempat ia bayangkan juga menghilang seketika. Mereka tidak akan menikah dalam waktu dekat. Mungkin sekitar setahun lagi.

"Makan lalu nonton," sahut Aldo sekenanya. Ia tidak punya ide apa-apa sebelumnya. Tapi, acara makan selalu ada dalam daftar orang kencan, kan?

"Nonton apa?" tanya Audy tampak antusias. Terlalu sibuk dengan kegiatan sosial dan lingkungan di luar sana membuatnya tak punya waktu nonton atau sekadar jalan-jalan. Kalaupun ada waktu senggang ia memanfaatkannya untuk istirahat dan belajar.

"Benyamin."

Audy menghentikan langkah dan menatap cowok itu. "Serius?"

"Ya. Kenapa?" tanya Aldo balik. Tampangnya datar tanpa dosa.

"Film seperti itu bakalan diputar di televisi pas lebaran nanti, tahu nggak?" kilah Audy tak kalah serius.

"Oh, ya?" Aldo terdiam sejenak. "kamu bener juga, sih. Kita makan aja kalau gitu."

"Ok."








SELESAI

3 MARET 2018

🎉 Kamu telah selesai membaca Perjodohan Romantis (season 2) # Complete 🎉
Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang