Good bye Bali.
Aldo memasukkan satu per satu pakaiannya ke dalam koper. Sedang untuk oleh-oleh pesanan Mama, ia sudah memasukkannya ke dalam sebuah tas jinjing yang ukurannya lumayan besar. Karena list yang diberikan Mama lumayan panjang dan semuanya dalam jumlah dobel. Satu untuk Mama dan satunya lagi untuk Tante Lia. Kedua wanita yang sudah merencanakan untuk berbesanan itu sangat cocok dalam hal apapun. Makanan, kosmetik, aksesories, termasuk dalam hal fashion. Aldo sampai takjub dibuatnya. Tapi, apa mereka masih akan saling berbaik hati seandainya ia dan Audy gagal menikah? Ugh.
Aldo tak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Apa mereka akan mengembalikan barang-barang yang sudah diberikan satu satu sama lain? Atau mungkin mereka akan melakukan perang dingin setelah saling memaki? Atau mereka masih akan tetap menjalin hubungan baik tanpa terpengaruh oleh kegagalan hubungan Aldo dan Audy? Aldo bahkan tak berani berspekulasi dalam hal ini.
Aldo sudah selesai dengan seluruh pakaiannya. Semua pakaian dan barang-barang miliknya sudah masuk ke dalam koper dan tak ada satupun yang tertinggal di kamar hotel. Aldo sudah memeriksa setiap sudut kamar dan juga kamar mandi beberapa saat yang lalu untuk memastikan tak ada satupun benda miliknya yang masih tercecer di sana.
Cowok itu juga sudah memberitahukan kepulangannya pada Mama dan Papa hari ini, tapi, sialnya tak ada satupun yang bisa menjemputnya di bandara. Meski ia bisa naik taksi sepulang dari bandara, tetap saja dijemput oleh keluarga sendiri saat pulang dari bepergian rasanya berbeda dan lebih menyenangkan.
Papa sibuk di kantor seperti biasa dan Mama tidak akan sudi keluar rumah di saat cuaca panas seperti sekarang. Belum lagi dengan keruwetan jalan ibu kota yang berpolusi tebal dan super bising yang membuatnya harus menelan sebutir obat sakit kepala. Tapi, anehnya wanita itu sanggup berkeliling mal seharian penuh hanya untuk mencari selembar scarf atau duduk di salon kecantikan berjam-jam lamanya demi mewarnai kedua puluh kukunya agar terlihat cantik jelita. Ya, Tuhan...
Setelah check out dari hotel tempat ia menginap, Aldo menaiki sebuah taksi menuju bandara. Dalam perjalanan kali ini, Aldo sengaja menyimpan ponselnya di dalam saku. Ia hanya ingin menikmati pemandangan dari balik kaca kendaraan yang ia tumpangi dengan sepuasnya. Tanpa terganggu sms atau chat dari rekan-rekannya.
Suasana kehidupan masyarakat Bali yang religius dan sangat kental dengan budaya, keindahan alam, dan panorama langit biru cerah. Semua terbentang dengan sungguh menawan di depan mata Aldo seperti sepenggal tanah surga yang terdampar di negeri ini.
Rumah-rumah adat khas Bali yang identik dengan sebuah pura kecil di sudut halaman depan, adalah pemandangan yang tak asing di sepanjang jalan yang taksinya lalui. Dari yang Aldo ketahui, setiap pagi setelah para ibu-ibu selesai dengan kegiatan memasak, mereka rutin melakukan sembahyang di pura kecil yang berdiri di depan rumah sebagai ungkapan rasa syukur pada Sang Pencipta. Hanya pada hari-hari besar keagamaan mereka akan bersembahyang di pura yang lebih besar dengan berjalan beriringan membawa sesaji di atas kepala mereka.
Pohon kamboja juga tampak tumbuh di pekarangan rumah-rumah penduduk. Karena bunga kamboja merupakan bagian penting dalam upacara-upacara keagamaan, mereka lebih suka menanam sendiri pohon itu di halaman rumah. Tak seperti di pulau Jawa di mana pohon kamboja yang identik dengan pemakaman umum, di Bali sedikit berbeda. Mereka memerlukan bunga itu sebagai sesaji dalam upacara keagamaan.
Pohon-pohon beringin yang tumbuh di beberapa sudut jalan sengaja dibiarkan tumbuh besar hingga usianya puluhan mungkin ratusan tahun dan selembar kain kotak-kotak berwarna hitam putih mirip papan catur tampak membungkus tubuh mereka. Sekilas mirip seseorang yang memakai sarung. Masyarakat Bali sangat mengeramatkan dan menghormati pohon-pohon besar semacam itu.
Para wisatawan asing sangat mudah dijumpai di sana sini. Mereka berkeliaran di sepanjang jalan dengan berbagai asal negara. Toko-toko yang menjual beraneka ragam cinderamata khas Bali tersebar di banyak tempat dan tak terhitung jumlahnya. Pun restoran, cafe, penginapan juga menjamur di sana.
Semua pemandangan itu tak lepas dari penglihatan Aldo. Ya, meski ini bukan pertama kalinya ia mengunjungi Bali, tapi, cowok itu suka melihat pemandangan dari balik kaca jendela mobil. Ia hanya berharap suatu saat nanti bisa berkunjung ke sana dan menjelajah tempat-tempat lain di Bali. Bersama Audy. Mungkin. Jika Tuhan mengizinkan gadis itu menjadi jodohnya. Ia hanya memimpikan sebuah liburan usai pesta pernikahannya dengan Audy. Honeymoon.
"Sudah sampai, Tuan."
Suara sang supir taksi berhasil mengejutkan Aldo sekaligus mengenyahkan khayalannya tentang bulan madu bersama dengan Audy, si gadis menyebalkan itu. Ia buru-buru membayar argo dan turun dari taksi setelah memastikan tak ada barang miliknya tercecer di atas jok mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan Romantis (season 2) # Complete
RandomDi dunia ini, tidak ada seorangpun yang ingin terlambat menikah. Sebagian orang menargetkan untuk menikah pada usia tertentu, tapi rencana manusia selalu terkalahkan oleh takdir. Target tak selalu tepat sasaran. Jodoh setiap orang berbeda-beda waktu...