"Akhirnya kita ketemu lagi," gumam Aldo. Sekilas ia melirik Mama, Papa, dan kedua orang tua Audy yang sedang berbincang akrab di ruang tamu. Sedangkan Aldo memilih teras sebagai tempat yang nyaman untuk ngobrol dengan Audy. Cowok itu beralih menatap Audy sejurus kemudian. Menikmati setiap inchi wajah gadis itu yang benar-benar berbeda dari yang selama ini ia lihat. Seperti penyamar. Tapi, ia harus mengakui jika gadis itu benar-benar cantik. Ia bukan gadis biasa seperti yang lain. Dan sayangnya gadis itu masih sama menyebalkan dengan sebelumnya.
"Bukan keinginanku," tandas Audy menyahut dengan nada datar. Ia melirik ke arah ruang tamu bermaksud mencari dalang utama dibalik pertemuan ini.
"Kenapa kamu nggak bilang sama mereka kalau kita udah sepakat membatalkan perjodohan ini?" pancing Aldo sesaat kemudian. "atau jangan-jangan kamu diam-diam menyukaiku," celutuk cowok itu sengaja memancing emosi Audy.
"Apa?" Audy tersenyum pahit. "apa karena aku diem aja, terus kamu membuat kesimpulan sendiri kayak gitu? Yang bener aja," ucap gadis itu bersungut-sungut. Dan Aldo berdecak untuk ini. Ia sudah berhasil membuat gadis itu sewot karena ulahnya.
"Lalu kenapa kamu nggak bilang sama mereka?"
Audy menghela napas.
"Kenapa kamu nggak bilang aja sendiri, kamu kan cowok," ujar gadis itu melempar tanggung jawab.
"Aku nggak mau."
"Kenapa?" Gadis itu menciptakan kerut-kerut samar di keningnya.
Aldo menarik napas dalam-dalam dan berpikir sebentar.
"Kurasa aku berubah pikiran," tandas Aldo setelah berhasil menyusun kalimat.
"Berubah pikiran gimana?" tanya Audy tak mengerti.
"Aku akan menerima perjodohan ini." Aldo tampak serius saat mengucapkan kalimat itu. Soal patah hati dua kali yang pernah ia alami, tak lagi begitu mengganggu pikirannya. Ada sebuah hati yang ingin sekali ia perjuangkan mulai saat ini.
"Apa?!" Audy memekik kecil. Ia tak peduli seluruh penghuni ruang tamu menoleh ke arahnya. Ia benar-benar dikejutkan oleh ucapan cowok yang kini bersandar pada pilar dan menatapnya tajam. "maksud kamu apa?"
Senyum tipis merekah di bibir Aldo. Kemarahan yang terlukis di wajah gadis itu menambah daya tariknya. Dan Aldo mulai menyadari hal itu perlahan.
"Apa kamu mau menikah dengan orang yang nggak kamu cintai dan nggak mencintai kamu?" sela Audy cepat. Tanpa memberi cowok itu kesempatan untuk menjelaskan sesuatu.
"Kurasa aku mulai menyukaimu," ungkap Aldo mengutarakan apa yang sedang ia rasakan.
"Mulai menyukaiku?" ulang gadis itu sambil menunjuk hidungnya sendiri. "hei, ini bukan lelucon, tahu nggak?"
Aldo menangkap tangan Audy yang bergerak-gerak kebingungan.
"Namaku Aldo, bukan hei," ucap cowok itu tegas. "dan aku nggak sedang melucu."
Audy mendengus seraya menarik tangannya dari cekalan Aldo. Ia tampak marah.
"Kenapa?" tanya gadis itu sambil membuang muka. Ia menatap ke taman kecil yang berada di depan rumah Aldo, yang tampak remang-remang. "kenapa menyukaiku? Bukannya kamu bilang aku cewek paling nyebelin?" tanya gadis itu mengungkit ucapan Aldo beberapa waktu yang lalu.
"Karena kamu berbeda," jawab Aldo yakin.
Gadis itu menoleh kembali ke arah Aldo.
"Apa karena pakaian ini?" tebak Audy seraya menatap dress yang ia kenakan. Ini adalah kali pertama ia tampil feminin di depan Aldo, dan ia hanya menebak jika cowok itu menilai dirinya dari apa yang membungkus tubuh dan make up yang menempel di wajahnya sekarang. "setiap orang berbeda, kamu tahu?"
"Ya, kamu bener," ucap Aldo membenarkan. "tapi, kamu termasuk kategori berbeda dan istimewa."
"Dan kamu sama aja kayak cowok-cowok lain."
"What?!" Giliran Aldo yang memekik sekarang. Mengundang perhatian dari semua orang yang sedang duduk menikmati secangkir teh dan kukis di ruang tamu. Tapi, cowok itu tidak peduli. Ucapan Audy benar-benar menyinggung perasaannya. Gadis itu bahkan belum mengenal Aldo dengan baik, bagaimana ia bisa menyamakan cowok itu dengan cowok-cowok lain?
"Kenapa? Tersinggung?" tanya Audy setelah melihat reaksi tidak terima yang dilayangkan Aldo dari ekspresi wajahnya.
Aldo tersenyum kecut. Sepertinya ia harus berpikir dua kali jika benar-benar ingin memperjuangkan gadis itu.
"Apa kamu pernah dikecewakan cowok-cowok itu?" balas Aldo melumpuhkan pertanyaan gadis itu.
Audy melenguh. Sepertinya ia sedang kena batunya sekarang. Ia bermaksud menjatuhkan Aldo, tapi cowok itu berhasil membalikkan pertanyaannya.
"Kenapa?" tanya Aldo. Ia bersorak dalam hati menatap kebisuan gadis itu. Setidaknya ia berhasil membungkam mulut Audy. "apa tebakanku benar?"
"Kurasa itu bukan urusanmu," ucap Audy sewot.
"Mulai sekarang, itu menjadi urusanku. Karena aku... "
"Udah, aku mau masuk dulu," ucap Audy menyela. Ia sengaja melakukannya agar Aldo tidak meneruskan kalimatnya.
Aldo menyusul langkah gadis itu dengan sebuah senyum kaku terselip di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan Romantis (season 2) # Complete
RandomDi dunia ini, tidak ada seorangpun yang ingin terlambat menikah. Sebagian orang menargetkan untuk menikah pada usia tertentu, tapi rencana manusia selalu terkalahkan oleh takdir. Target tak selalu tepat sasaran. Jodoh setiap orang berbeda-beda waktu...