part 3

35.4K 658 0
                                    

Siang ini Aldo tampak sedang duduk santai di salah satu sudut restoran Jepang, menikmati hidangan chicken katsu. Meski ia tidak mengidolakan makanan itu, entah kenapa lidahnya ingin menyantap ayam berbalut tepung ala masakan Jepang.

Jarak restoran Jepang itu dan kantor tidak terlalu jauh. Hanya dibutuhkan waktu sepuluh menit dengan berjalan kaki untuk tiba di sana. Selain untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku karena beberapa jam terkekang di kursi, ia juga bisa menikmati cuaca di luar yang sangat cerah. Cenderung panas malah.

Aldo mengedarkan tatapan ke arah jalanan yang sibuk dengan aktifitasnya. Dari tempatnya duduk, ia bisa menatap keluar melalui selapis kaca bening yang membentang di samping kiri restoran. Bukan pemandangan yang indah sebenarnya. Hanya lalu lalang kendaraan, sepeda motor yang saling berebut di tengah kemacetan, panas, debu, polusi, dan Aldo sungguh-sungguh tidak peduli dengan semua itu. Ia hanya mencari sesuatu yang bisa menyegarkan matanya setelah berjam-jam berkutat dengan kertas-kertas yang penuh dengan barisan angka yang tersusun dengan rapi.

"Hei, Aldo?"

Teguran bernada lembut itu sontak mengalihkan pandangan Aldo seketika. Cowok itu menemukan sesosok wanita cantik sedang berdiri di sebelah kursinya, Jessica Hwang. Wanita itu adalah putri dari salah satu pemilik hotel bintang lima di kota ini. Jangan tanyakan tentang kekayaan keluarganya karena tak terhitung jumlahnya.

Jessica Hwang adalah sosok yang cantik rupawan bak putri kerajaan. Tubuhnya ramping, kulitnya mulus serupa bintang iklan sabun mandi, dan ia sangat anggun dengan apapun yang dipakainya. Sebuah mini dress bermotif bunga membalut tubuh indahnya lengkap dengan high heels warna merah yang membuat kakinya tampak jenjang. Sebuah clutch bermotif bling-bling erat dalam genggamannya serasi dengan sepasang anting yang menggantung di kedua telinga wanita cantik itu. Wanita kelas atas!

"Hai, Jess." Aldo balas menyapa.

"Sendirian?" tanya Jessica melancarkan basa basi ringan.

Aldo mengangguk dan merasa tak perlu bertanya balik. Seorang pria yang sejak tadi digandeng Jessica sudah menjelaskan semuanya. Belum lama ini mereka menikah dan Aldo sempat mendengar selentingan kabar tak sedap mengiringi pernikahan mereka berdua. Tapi, Aldo tidak ingin mengetahuinya karena ia bukan seorang penggosip.

"Mau makan juga?" tanya Aldo akhirnya. Ya, jelas mereka ke restoran karena lapar.

Jessica mengangguk pelan.

"Aku ke sana dulu, ya," pamit wanita itu tak mau berlama-lama melancarkan basa basi.

"Ok."

Jessica Hwang dan suaminya memilih tempat duduk yang agak jauh dari Aldo. Selain demi kenyamanan mereka berdua, tampaknya kursi itu juga sudah di-booking  sebelumnya.

Aldo menyesap green tea miliknya perlahan. Tiba-tiba rasa haus menyerang tenggorokannya saat melihat sepasang suami istri itu. Tidak, jangan pernah berpikir Aldo menyukai Jessica Hwang. Bukan seperti itu. Kedua orang tua mereka adalah teman baik dan secara tidak langsung mereka juga berteman meski hanya sebatas basa basi.

Pemandangan itu mengingatkan Aldo pada waktu beberapa tahun silam. Tentang kisah cintanya yang kandas karena sebuah pengkhianatan!

Gadis itu bernama Faira. Ia lumayan cantik dan menyenangkan bisa mengenalnya. Faira ramah dan sopan pada siapa saja yang ia temui. Mungkin itulah kenapa Aldo jatuh hati saat pertama kali bertemu gadis itu. Ya, Faira adalah cinta pertama Aldo semasa SMU. Ia adalah cinta pada pandangan pertama yang Aldo pernah temui semasa hidupnya. Ia juga yang telah menancapkan luka terdalam di hati Aldo. Bahkan sampai detik ini, rasa sakitnya masih membekas di hati Aldo.

Cinta kedua Aldo bernama Yura. Mereka bertemu lima tahun lalu dan dua tahun setelahnya, Aldo harus merelakan hatinya patah untuk kedua kalinya. Gadis itu manis dan memiliki sepasang lesung pipit di kedua pipinya yang sedikit gemuk. Sebenarnya bukan Aldo yang menyukai duluan, tapi Yura. Gadis itu secara terang-terangan mendekati Aldo dan berhasil mendapatkan perhatian cowok itu. Aldo yang masih dirundung patah hati, sedikit terobati oleh kehadiran Yura. Gadis itu mulai mengisi kekosongan hati cowok itu perlahan. Dan nyatanya Yura sanggup menggeser posisi Faira dalam hati Aldo. Tapi, hubungan mereka hanya bertahan selama dua tahun saja. Gadis itu berselingkuh, kalian tahu? Tidak mudah mengatasi rasa sakit yang kedua kali dikarenakan hal yang sama. Derita patah hati.

Ya, dan semenjak itulah Aldo menutup segenap pintu hatinya untuk gadis manapun. Bukan karena ia tidak ingin menikah, tapi rasanya terlalu sulit untuk mempercayai seseorang setelah dikhianati dua kali. Aldo tidak mau kejadian yang sama terulang kembali. Ia tidak punya plester cadangan untuk menambal luka di hatinya.

Sebenarnya apa yang kurang dari Aldo? Nyaris tidak ada. Ia manusia yang memiliki fisik sempurna. Posturnya tinggi dan bentuk tubuhnya ideal. Menurut Mama, Aldo tampan. Ia memiliki bentuk alis yang bagus, sepasang mata yang lebar karena ia keturunan Indo asli, dan senyumnya menawan. Menambah nilai plus dari seorang Aldo. Tapi, sayangnya jodoh tidak diukur dari ketampanan fisik belaka. Seseorang yang memiliki fisik bagus belum tentu cepat mendapat jodoh. Semua tergantung takdir.

Aldo meneguk minumnya sampai tak bersisa tak lama kemudian. Ia mengakhiri sesi makan siang beserta lamunan panjangnya tentang masa lalu. Jam makan siang sudah habis dan ia tidak mau Papa mengomel gara-gara terlambat kembali ke meja tugas.

Cowok itu berjalan santai menuju kantor. Jalan kaki setelah makan siang cukup membuatnya rileks meski sinar matahari lumayan menyengat. Rasanya terkena paparan sinar matahari beberapa menit, bukan masalah buat Aldo. Mungkin bermasalah buat orang-orang berkaus putih dengan sedikit motif hijau di bagian depan, yang kini sedang sibuk memungut botol plastik dan sampah lainnya dari tepi jalanan yang kini dilalui langkah kaki Aldo. Sesekali cowok itu harus memberi jalan bagi mereka, agar lebih mudah memungut sampah dari jalanan. Sepertinya mereka adalah sekomunitas mahasiswa pecinta lingkungan yang dengan sukarela melakukan pekerjaan memungut sampah di jalanan. Di zaman sekarang kepedulian masyarakat tentang lingkungan memang kurang. Harusnya masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan.

Aldo melanjutkan langkah kembali. Gedung kantor telah terlihat dan cowok itu berharap tak ada omelan yang menyambutnya ketika sampai di sana.

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang