part 18

19.8K 376 3
                                    

Gadis itu tampak keluar dari rumah dengan langkah-langkah riang. Penampilannya masih sama seperti sebelumnya, kemeja flanel, celana hitam, dan topi bisbol hitam. Ikatan rambutnya tampak menjuntai dari belakang topi dan berayun setiap kali gadis itu melangkahkan kakinya. Tapi, langkah-langkahnya berhenti ketika gadis itu sadar ada seseorang yang sedang menunggunya di depan pintu gerbang rumah.

"Kamu? Ngapain kamu di sini?" tanya gadis itu dengan kedua mata terbuka lebar. Ia tampak terkejut melihat Aldo sudah berdiri di hadapannya sepagi ini dan itu adalah kali pertama untuknya.

Cowok itu mengembangkan senyum.

"Buat jemput kamu," sahut Aldo tenang. "mau berangkat sekarang?"

Audy menggeram. Kali ini siapa lagi yang menyuruh cowok itu, batinnya kesal.

"Ayo naik," perintah Aldo yang sudah melompat ke belakang kemudi. Ia bersiap untuk melajukan kendaraannya ke jalan raya.

Audy tampak kesal, tapi gadis itu menurut. Dan Aldo tampak puas melihat gadis menyebalkan itu melaksanakan perintahnya. Ternyata tidak sulit mengendalikan gadis itu, batinnya senang.

"Ada acara memungut sampah lagi hari ini?" tegur Aldo. Mobilnya sudah melaju dengan tenang di atas aspal. Jalan lumayan ramai, tapi tak sampai menimbulkan kemacetan berarti.

Audy menoleh begitu mendengar kata 'memungut sampah' keluar dari mulut Aldo.

"Apa kamu nggak punya istilah lain selain memungut sampah?" tanya Audy dengan kedua alis terangkat.

Aldo mendehem sebentar.

"Apa kalimatku salah?" tanya Aldo setelah berhasil menjernihkan suaranya.

"Nggak." Audy menyahut dengan ketus.

"Lalu?"

"Kami nggak pernah menyebut kegiatan itu sebagai memungut sampah, Tuan," ucap Audy dengan sedikit penekanan pada akhir kalimatnya. "tapi, kami menyebutnya sebagai aksi kepedulian lingkungan. Anda paham?"

Aldo  hampir tergelak mendengar Audy menyebutnya dengan panggilan 'Tuan'. Tapi, ia berusaha untuk menahannya demi menjaga perasaan gadis itu.

"Sorry." Aldo berlapang dada kali ini dan mengucapkan sebuah maaf untuk gadis itu. Ia mencoba kembali fokus pada kemudi dan mencari topik pembicaraan yang lain. "jadi, nanti siang kujemput jam berapa?" toleh Aldo sekilas.

"Apa?" sentak Audy. "kenapa menjemputku segala? Mama yang nyuruh kamu?" desak gadis itu dengan nada suara meningkat.

"Audy." Aldo menyebut nama gadis itu. "jangan pernah menyalahkan Mama kamu soal ini. Semua ini inisiatifku sendiri, paham?" Kali ini Aldo mencoba agak tegas pada gadis itu. Sedikit memaksa rasanya sah-sah saja.

"Oh." Gadis itu menyelipkan sebuah senyum getir di ujung bibirnya. "jadi, kamu bener-bener serius dengan perjodohan itu?"

Aldo mengangguk dengan sepenuh jiwa.

"Ya, aku menerima perjodohan itu. Kenapa kamu nggak mencoba menerimanya juga?"

"Untuk alasan apa?" tanya gadis itu agak ketus. "aku nggak bisa."

Aldo menghela napas panjang. Sepertinya cowok itu harus meningkatkan level kesabarannya demi Audy. Gadis itu tidak mudah ditaklukkan dan butuh perjuangan untuk meyakinkan Audy jika Aldo benar-benar serius dengan perjodohan itu.

Sabar, Aldo.

Perdebatan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Lagipula gadis itu tampak lebih keras kepala dari yang Aldo bayangkan.

"Jadi, mau kujemput jam berapa?" ulang Aldo. Ia mengalihkan perdebatan itu ke topik semula. Sebuah pertengkaran kecil bisa menjauhkan Audy dari genggamannya. Bisa-bisa memperburuk penilaian gadis itu pada Aldo, kan?

"Nggak usah," tolak Audy. Tingkat suaranya menurun ketimbang sebelumnya. Sepertinya ia juga enggan menanggapi perdebatan kecil tak berarti itu.

"Kenapa?" kejar Aldo seraya melirik gadis di sebelahnya.

"Aku ada urusan sepulang kuliah," tandas gadis itu datar. Tatapan matanya masih lurus ke depan.

"Urusan apa? Aku bisa antar kok," tawar Aldo seolah ingin menunjukkan kegigihannya.

Audy menyeringai.

"Apa kamu selonggar itu sampai-sampai mau nganterin aku segala?"

Aldo melenguh. Haruskah ia mengetuk kepala gadis itu dan bilang, apa sih yang nggak buat kamu? Apa itu terdengar sangat gombal? Sebagian gadis akan merasa muak mendengar kalimat semacam itu. Dan Audy pasti salah satu dari sebagian gadis itu.

"Nggak juga," sahut Aldo mencoba tidak terpancing sikap menyebalkan Audy. "tapi aku bisa menyisihkan waktu buat nganterin kamu," jelasnya.

Mobil Aldo mulai menepi ketika sampai di depan pintu gerbang kampus.

"Aku mau ketemu seseorang nanti siang," tandas Audy datar. Sesaat sebelum gadis itu membuka pintu mobil.

"That's fine. Aku bisa nganterin kamu, kok. Emang mau ketemu sama siapa?" tukas Aldo.

"Ntar juga kamu tahu," balas Audy seolah ingin bermain tebak-tebakan dengan cowok itu. Ia membanting pintu setelahnya. "aku kelar kuliah jam satu!"

Aldo melambaikan tangan kanannya sebelum gadis itu benar-benar membalikkan tubuh dan berlari menjauhi mobilnya.

Ya, setidaknya gadis itu sudi memberitahukan jam kuliahnya. Berarti ia bersedia dijemput kan? Apa itu bukan pertanda bagus? Tapi, yang jadi persoalannya sekarang siapa yang akan ditemuinya nanti siang? Cowok atau cewek? Lalu ada urusan apa? Yang pasti bukan kegiatan memungut sampah di jalanan. Audy sudah mengatakannya tadi.

Aldo kembali melajukan mobilnya ke jalan raya setelah gadis itu menghilang di balik pintu gerbang kampus. Tadi ia hanya ingin memastikan jika Audy benar-benar masuk kampus dengan selamat. Dan harapannya sudah terwujud dengan baik.

Perjodohan Romantis (season 2) # CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang