1

209K 7.9K 140
                                    

"Kamu ngapain minum kayak dikejar angsa gitu?" Tama menatap heran ke arah Ima yang sedang meneguk air tanpa menghirup udara dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Eh ada bapak. Saya permisi pak" Ima berlalu dari hadapan pak Tama.

Tama hanya mengernyit melihat aksi bawahannya yang tidak terlalu menanggapi ucapannya.

Jangan ngebayangin pak Tama ini adalah orang muda yang punya senyum menawan. Bahkan dia bisa dibilang Big Bos yang tidak diinginkan sama sekali. Seandainya dibandingkan dengan Big Bos Song Jong Ki, beh pak Tama kalah jauh. Senyum jarang, mata tajam, ekpresi kurang dari 0 derajat.
Seandainya hidup itu bisa dibuat skenarionya maka pengen banget bikin judul "Big Bos yang tertukar".

Dan tak kalah pentingnya si Ima nya Big Bos itu nama aslinya Fatimah Nafisha Azizah cewek yang mengabdikan diri ke Perusahaan Pratama sejak 3 tahun yang lalu. Pengen undur diri alias resign takutnya jadi gelandangan.
"Saya nggak bisa ngebayangin kalau saya jadi gelandangan" ungkap Ima tempo hari.

Usut punya usut, hanya Big Bos yang satu itu yang memanggil dengan sebutan Ima. Karyawan yang lain memanggilnya dengan Fisha. Tapi masih mending sih daripada di panggil Izah.

Ketemu dengan big bos yang super galak itu di betah-betahin aja kalau nggak mau ditendang keluar secara bebas.

Dan posisi Ima di perusahaan ini adalah Asisten Big Bos. Perusahaan ini tidak akan seribet itu mencari seorang sekretaris. Dan tidak akan pernah buka lowongan cari sekretaris. Titik. Tanpa ada titik yang lainnya.

Dan pertanyaan yang sip adalah mengapa harus asisten?
Karena asisten adalah pengurus kedua setelah big bos Tama itu. Dan tidak mudah menjadi seorang asisten karena syarat dan tes masuk pun bikin kepala dan otak terpisah menjadi puing-puing arang.

Selain syarat dan tes yang sulit, hal yang perlu diingat adalah bahwa seorang asisten yang dicari wajib berstatus single alias belum berjodoh. Meskipun janda tapi harus tanpa adanya anak. Beh mak mereka pikir cari jodoh apa.

Mustahil big bos.

Dan kabar buruk lainnya, anggap saja buruk. Big Bos Tama adalah seorang duda tanpa anak yang usianya masih terbilang muda yaitu 29 tahun itu menurut big bos yang tak diinginkan itu. Nanti kita bahas mengapa harus jadi duda dan alasan besar mengapa punya asisten dan bukan sekretaris.

********
Dari balik mejanya, Ima duduk serius dengan sesekali bolak balik berkas, kemudian menatap komputer dan melihat tab yang tergeletak naas di atas meja.

Di balik ruangannya big bos Tama sedang memperhatikan kinerja Ima. Dia puas dengan asisten yang pilih langsung olehnya.

Padahal Ima bukanlah seorang lulusan terbaik dari sebuah universitas luar negeri. Dia hanyalah seorang lulusan universitas yang tidak terkenal di Kabupaten. Namanya rezeki ya jangan ditolak.

"Pak saya ingatkan lagi kalau makan siang bapak sudah ada dipesan dan sedang diantar ke atas. Jadi bapak jangan keluar sebelum saya bacakan jadwal terupdate bapak setelah jam makan siang." Ima menutup telepon dan kembali bekerja tanpa harus mendengarkan jawaban big bos yang kaget sambil menganga.

Begitu mendengar suara sepatu berhenti dihadapan Ima mendongak dan mengambil bungkusan lalu mengucapkan terima kasih kepada OB yang susah payah naik ke lantai atas ini hanya untuk mengantarkan 2 kotak nasi beserta lauk.
Kalau melihat amang Tono selaku OB perusahaan itu membuatnya Ima ingat akan pamannya yang sering menanyakan kapan punya jodoh. Weh pengen terjun dari lantai atas ke bawah.

Setelah sempat terpikirkan pamannya, cepat-cepat dia beranjak ke ruangan big bos lalu mengetuk dan mengucapkan salam.
Terdengar suara menyuruhnya masuk.
Maafkan wajah masam seperti cuka punya si Ima ketika masuk.

"Bapak nggak niat jawab salam dari saya?" Ima meletakkan kotak nasi di meja dekat sofa.

Tama memandang Ima sengit.
"Letakkan disini kotak nasinya. Ambil air minuman saya dalam kulkas sana. Dan satu lagi nggak usah mendikte saya masalah salam."
Setelah mengambil air minum dalam kulkas Ima meletakkan di hadapan bosnya.

"Saya berusaha mendoakan bapak lewat salam, saya permisi pak. Assalamualaikum " Ima berjalan ke arah pintu dan menutup pelan.

Tama cuek saja dan mulai menyuapi nasi ke dalam mulutnya.
Ketika selesai menyantap makan siangnya dia berjalan keluar untuk melihat kondisi karyawan yang lain.
Dia melihat meja yang ditempati Ima kosong dan rapi.
"Mungkin dia makan siang."

Segera Tama menuju lift dan menekan tombol 1. Namun ketika pertengahan turunnya lift, mendadak listrik padam.
"Astaga apa lagi ini. Kenapa harus sekarang. Tidak lucu sekali kalau saya terjebak di lift."
Tama mengambil handphone dan menelpon Ima sebelum sinyalnya hilang.

"Hah, iya pak, saya panggilkan petugas dulu ya pak. Masalahnya listrik pemadaman sampai nanti malam."

Ima bergegas ke bagian perbaikan.
"Tolong pak bawa alat buat buka lift dilantai 4, sekarang ya pak soalnya pak Tama ada dalam lift."

Petugas yang awal mulanya bengong akhirnya tersadar ketika mendengar nama Bos mereka yang terkurung. Kalau nggak mau jadi gembel segera saja ambil peralatan selengkapnya.

Hampir 2 jam pengerjaannya itu para petugas buka-buka itu lift akhirnya terbuka juga.
Kelihatan tampangnya pak Tama yang sudah hampir kehilangan nafas.
Beh jangan ditanya asistennya yang satu itu.
Asyik mengunyah keripik pisang dan memegang 1 botol air mineral masih segelan.
"Alhamdulillah bapak bos bisa keluar juga. Minum pak, jangan melotot aja. Hilang matanya baru tau." Ima mengangsur air mineral tapi ditepis oleh pak Tama hingga botol itu menggelinding jatuh ke lantai. Dan hal itu mengundang perhatian orang disekitar.
"Maafkan Pak Tama ya bapak-bapak, mungkin beliau lelah" Ima menyunggingkan senyum kepada para petugas lalu mohon izin permisi.

Setelah sampai di depan pintu ruangan pak Tama, Ima segera mengetuk pintu. Lama tak ada jawaban.
"Hemm mungkin dia lelah."
Ima segera kembali ke kursi panas. Mencek kegiatan pak Bos.

"Assalamualaikum Pak, jam 2 ini ada pertemuan dengan pak Topan."

"Kamu nyerocos saja, kamu nggak lihat tadi saya kehabisan nafas."

"Bapak sendiri tadi yang menolak bantuan dari saya. Dan saya ini asisten bapak, kewajiban saya adalah membantu bapak untuk mengingat jadwal kerja. Wa'alaikumsalam." Ima menutup telepon.
"Astagfirullah untung bos."

Asisten Bukan Sekretaris (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang