"Assalamualaikum dek, kamu dimana? Ouh oke. Kakak kesana ya.hemm." Tama menutup telepon. Ia akan menuju perusahaan dimana adiknya bekerja.
Takdir kah atau masalah yang tercipta.
"Kamu mau kemana?" Mamanya bertanya sambil mengaduk adonan kue.
"Ke tempat Nuri kerja ma." Seketika mamanya melepaskan adonan.
"Mama kenapa?" Tama mulai curiga dengan perubahan raut muka mamanya.
"Ah, tangan mama licin. Kamu ngapain ketempat kerja Nuri? Ngerecokin dia supaya nggak kerja." Bentuk pengalihan yang baik dari bu Riska.
"Ya lihat kerja adik loh ma. Lagian Ama mau cek perusahaan itu, siapa tau Ama bisa pindah kesini." Tama berucap santai. Tapi mamanya puyeng.
"Nggak bisa besok aja. Lagian kan nanti temani mama belanja keperluan dapur."
"Mama sms aja apa yang dibeli, nanti Ama belanja. Ama berangkat dulu, Assalamualaikum." Mencium tangan mamanya lalu berangkat.
Dengan kecepatan maksimal, bu Riska mengambil ponselnya dan menghubungi Ima. Hasilnya nihil. Tidak ada panggilan darinya yang membuahkan hasil.
○○○○○○○
"Assalamualaikum mbak Ima, semua sudah menunggu diruang rapat." Rina menyela kegiatan mengetik bosnya.
"Wa'alaikumsalam, baik. Berkas sudah siap semua?" Ima menatap Rina, sekretaris yang ia minta langsung dari pak Restu. Rina ditarik dari cabang perusahaan Palangkaraya.
"Sudah mbak." Rina memperlihatkan berkas yang ia bawa. Dan dibalas anggukan oleh Ima.
Mereka melangkah menuju ruang rapat. Begitu Ima masuk, semua yang hadir berdiri.
"Silahkan duduk kembali." Ima mempersilahkan diiringi senyum.
"Assalamualaikum wrwb, saya berterima kasih sekali atas kedatangan bapak dan ibu sekalian disini. Untuk lebih jelasnya, saya akan memperkenalkan diri. Saya Nafisha Fatimah Azzahra. Saya ditugaskan disini untuk memimpin perusahaan ini mulai dari hari ini. Dan ini sekretaris saya Rina. Saya selaku pimpinan mengharapkan bantuan dari bapak dan ibu sekalian. Baiklah kita langsung saja, sekretaris saya akan membagikan berkas kemudian kita akan meneliti kembali apa yang harus dilaksanakan dalam waktu dekat." Rina membagikan seluruh berkas ke setiap orang. Mereka kemudian sibuk memahami berkas tersebut.Di lobby bawah, Tama berhadapan dengan resepsionis. Ia melepaskan kacamata hitamnya. Mata resepsionis itu terpaku.
"Selamat datang bapak Abi Rizki Pratama." Nada gugup itu terasa. Pesona big bos tidak bergeser meskipun timbangan tubuhnya berkurang selama sebulan lebih. Dilema cinta.
"Hemm" ah singkat. Langsung melangkah ke arah lift.
"Bos memang begitu. Jadi sabar ya." Teman resepsionis yang lain berbicara.
"Biar ganteng kalau kelakuannya kayak gitu, ogah gue. Istrinya pasti punya kadar sabar yang luar biasa."
"Pak Tama belum punya istri."
"Hah, beneran. Wajar sih, orang macam es gitu."
"Ekhm" suara deheman dari seseorang menghentikan aksi gosip antar resepsionis itu. "Kak Tama ke ruang rapat tadi." Nuri menanyakan lagi.
"Iya bu."
"Panggil mbak aja. Saya masih muda. Oke." Nuri berlalu dengan senyum.
Sesuai dengan rencananya, Tama sebentar lagi akan bertemu dengan Ima. Ia tidak sanggup melihat kakaknya terluka. Cepat-cepat Nuri menuju lift agar segera sampai di ruang rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Bukan Sekretaris (TAMAT)
General Fiction"kamu yakin pengen hidup sama saya? Kamu kan orangnya nggak mau di atur." -Abi Rizki Pratama "Mulutnya ya pak" ~Fatimah Nafisha Azizah #1 Novel @ 11 Mei 2018 #5 General Fiction @ 6 Mei 2018 #9 General Fiction @ 14 April 2018 ◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎...