3 hari.. yah izin itu paling membuat Tama uring-uringan dibuat oleh Ima sang asisten terngetop selama 3 tahun berturut-turut.
Stres, pasti.
Lelah, jangan ditanya.
Rekreasi, butuh banget.
Lembur, iya sangat, numpuk iya sangat.Trangggg.... gelas jatuh dari meja kerja Tama.
"Nambah kerjaan." Tama mengambil handphone dan melihat jam tangannya. Urung dia menelpon office boy karena sudah pukul 11 malam.
Ini akibat stress plus kesal jadi satu.
"Halo. Kamu kapan masuk kerja?""Besok pak, bapak nggak bisa hidup tanpa saya?"
"Percaya diri sekali kamu. Kerjaan kamu itu banyak. Kamu sering bilang korupsi, nah sekarang kamu itu korupsi. Saya capek bayar kamu buat kerja."
"Sejak kapan orang sakit tidak masuk kerja dibilang korupsi. Bapak yang benar saja."
"Sejak sekarang, paham kamu."
"Kok bapak terkesan maksa ya."
"Dibagian mana yang saya maksa kamu hah."
"Capek ah saya bicara sama bapak."
"Lebih capek saya punya asisten model kamu yang suka bikin saya kesal. Kamu sakit saja bikin kesal apalagi sehat."
"Bapak aneh."
"Kamu ya. Aduh "
"Halo pak, pak."
Tak terdengar suara pak Tama, tapi telepon masih tersambung.
Ima segera menutup telepon dan mencek posisi bos lewat GPS dan terlihat bahwa bos ada dikantornya.
Ima segera memakai jaket, helm dan pamit ke orang tuanya."Bu, Ima mau ke kantor dulu. Ada yang perlu dan penting." Ima mencium tangan kedua orang tuanya.
"Yakin tidak ditemani abah." Bapaknya bicara.
"Kalau nanti kemalaman Fisha tidur diasrama sama Fenny."
"Ya sudah hati-hati kamu."
"Siap abah mama. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam"
Ima menuju garasi dan segera menghidupkan motor maticnya. Sesampainya dikantor ia bertemu pak Riza selaku satpam kantor.
"Assalamualaikum pak. Selamat malam.""Wa'alaikumsalam non Fisha. Malam. Tumben malam-malam ke sini? Disuruh pak Tama ya."
"Ada yang saya ambil pak di meja saya. Pak Tama masih diruangan?"
"Iya non. Pak Tama aneh selama beberapa hari. Suka marah-marah tidak jelas."
"Banyak proyek kali pak. Saya masuk dulu ya pak."
"Iya non."
Ima masuk dan menuju lift. Ketika sudah sampai dilantai 16. Dia mengetuk ruangan pak Tama. Ada suara berat yang menyuruh masuk.
"Eh bapak kok duduk dilantai?" Ima menghampiri Tama.
"Astagfirullah bapak kok bisa begini." Ima melepas sepatu Tama namun ditahan oleh Tama."Jangan, pecahan kacanya menancap dan tembus." Tama mulai berbicara melemah.
"Saya bantu bapak berdiri kita ke rumah sakit. Bapak sanggup jalan."
Ima membantu Tama ketika ada anggukkan tanda persetujuan.Mereka berjalan pelan ke arah lift.
Entah mengapa ketika memasuki lift, Tama mendadak ambruk. Dan yang tidak elitnya adalah Tama jatuh menimpa Ima dan posisi untung di Tama.Cup.
"Pak Tama, ya ampun bibir saya. Lah pak, pak, kok pingsan sih. Mana berat lagi." Ima menggeser tubuh Tama yang ada di atasnya.
"Pucat lagi. Kurang darah ini bapak."Ting.
"Pak Riza tolong pak."
Dengan sekuat tenaga plus suara cempreng ala Ima dengan teriakan pertama sudah langsung menoleh pak Riza dan berlari ke arah suara."Loh bapak kenapa non?" Pak Riza mengambil alih tubuh Tama.
"Pelan-pelan pak. Itu pecahan gelas nancap dikaki si bos. Bapak tunggu disini, saya ambil mobil kantor dulu." Ima berjalan keluar lobby.
"Pakai mobil pak Tama aja non."
"Jangan pak. Saya nggak mau digantung kalau mobilnya lecet. Lagian saya nggak bisa pakai mobil mahal kayak gitu." Ima segera berlari ke parkiran dan tancap gas ke rumah sakit membawa Tama dan pak Riza.
Ketika sudah di rumah sakit, Ima memarkir mobil tepat di depan UGD lalu masuk menuju perawat yang sedang berjaga.
"Mbak bisa tolong bos saya, bawa brankar sekalian.""Pasiennya dimana mbak?"
"Di depan pintu UGD mbak,tolong cepat ya. Bos saya banyak kehilangan darah."
Para perawat bergegas keluar. Setelah membawa Tama masuk, Ima disuruh ke arah administrasi.
"Ini mbak sudah saya isi." Ima menyodorkan formulir ke arah petugas.
"Untuk pembayaran tolong diselesaikan."
"Sebentar ya mbak saya hubungi keluarga dari bos saya."
"Saya kira mbaknya istri bapak tadi."
"Bukan mbak. Saya pamit dulu untuk nelpon."
Emang tampang saya mirip istrinya apa.Ima mengambil handphone si bos yang ia bawa dalam saku jaket.
"Aduh si bos hpnya malah dikunci segala. Kan ribet ini." Ima garuk-garuk kepala karena bingung setengah puyeng.
Tak lama hp si bos Tama berbunyi.
"Halo assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam, ini siapa ya, kenapa handphone anak saya ada di kamu?"
"Maaf bu, saya asisten pak Tama. Kebetulan sekali ibu nelfon. Kami sedang di rumah sakit Permatasari bu. Pak Tama tadi pingsan karena kakinya tertancap pecahan gelas."
"Oh Ima ya.Baik, saya ke sana. Jangan pergi sebelum saya datang. Assalamualaikum."
"Iya bu.Wa'alaikumsalam bu." Sambungan telepon pun terputus. Ima menghela nafas dalam sambil memandang pintu ruangan yang belum terbuka sejak tadi.
"Pak, kita tunggu keluarga pak Tama datang baru kembali ke kantor.""Iya non. Oh ya non, memang sudah sehat ya?" Pak Riza yang memperhatikan wajah Ima yang agak pucat.
"Saya sudah sehat pak. Besok saya masuk kerja lagi." Ima tersenyum.
Tak butuh waktu berjam-jam kedua orang tua Tama datang.
Setelah berbasa-basi dengan kedua orang tua tersebut, Ima dan pak Riza pamit kembali ke kantor."Ini bu handphone pak Tama. Untuk kunci mobil bapak ada di kantor. Kalau begitu saya dan pak Riza pamit kembali ke kantor. Assalamualaikum." Ima mencium tangan kedua orang tua Tama.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati dijalan nak."
Ima dan Pak Riza mengangguk lalu berjalan keluar ruang UGD.
Sesampainya di kantor Ima memarkirkan mobil lalu pamit pulang ke pak Riza.
Ima mengarahkan motornya ke asrama ia dan Fenny."Bangun Fenny. Buka pintunya."
Gedoran demi gedoran akhirnya bangun Fenny dari mimpi manisnya."Ini sudah subuh ya Sha?" Fenny mengucek matanya.
Ima tertawa melihat ekspresi Fenny.
"Iya sudah subuh, mandi sana."Fenny mengunci kembali pintu ketika Ima sudah masuk. Lalu melihat jam dinding.
"Ima bego, kamu bohong ya. Ini baru pukul 1 malam.""Hahhahahhaha" Ima berlari ke kamarnya meninggalkan Fenny yang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Bukan Sekretaris (TAMAT)
General Fiction"kamu yakin pengen hidup sama saya? Kamu kan orangnya nggak mau di atur." -Abi Rizki Pratama "Mulutnya ya pak" ~Fatimah Nafisha Azizah #1 Novel @ 11 Mei 2018 #5 General Fiction @ 6 Mei 2018 #9 General Fiction @ 14 April 2018 ◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎...