"Nenek Ima berangkat ya." Ima menyalami tangan neneknya penuh sayang.
"Sudah dihubungi orang tuamu?" Elusan lembut diatas kerudung.
"Sudah nek. Mereka tidak bisa mengantar. Ima dari rumah ini langsung ke bandara dan terbang menuju Malaysia terlebih dulu baru ke Singapura."
"Kelengkapan sudah beres semua?"
"Sudah nek. Sesampainya di sana, Ima kabarkan nenek. Assalamu'alaikum nek."
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya sayang."
Aku mengangguk, dan segera bergegas menuju angkot desa yang sudah menunggu.
2 minggu yang lalu lagi-lagi pak Restu menelpon kembali perihal tawaran bekerja dengannya sebagai asisten. Aku meminta waktu untuk memikirkan langkah terbaik kedepannya. Tidak tanggung-tanggung melakukan perjanjian membuat pak Restu menyanggupi. Semua yang kulakukan beralasan. Yah hanya karena manusia itu. Dia dengan mudah menolak pernikahan disaat tanggal pernikahan sudah ditetapkan.
Begitu memasuki pesawat, aku merebahkan kepalaku. Terima kasih pak Restu sudah memesan kursi yang nyaman untukku dalam pesawat ini.
"Assalamualaikum, Ima kan."
Suara itu mengusik acara santaiku. Aku membuka mata perlahan. "Wa'alaikumsalam, hai Andre."
Yah pak polisi yang bertugas di Palangkaraya itu pada akhirnya bertemu kembali disini."Senang akhirnya bisa bertemu disini Ima. Ke Malaysia liburan?"
"Bekerja Dre."
"TKI?"
"Memang seorang TKI akan menaiki pesawat lalu duduk dikursi yang nyaman ini?" Aku berpura-pura menyombongkan diri.
"Bisa jadi." Dia membalas ucapanku.
"Dalam rangka liburan ke Malaysia?" Aku penasaran.
"Bisa dibilang seperti itu. Tapi lebih jelasnya mengunjungi orang tua." Andre tersenyum manis.
"Heh, berarti asli Malaysia?"
"Iya, oh ya bisa minta nomor telepon, ponselku hilang sebulan yang lalu." Andre mengangsur ponselnya supaya aku mengetik nomor disitu.
"Sudah." Kuserahkan balik ponselnya setelah menyimpan nomorku.
"Kalau butuh teman jalan di Malaysia, hubungi aku. Sebulan waktuku disana."
"Oke. Nanti aku hubungi." Aku tersenyum.
"Istirahatlah, aku akan menjagamu."
Astaga bikin klepek-klepek aja sih pak polisi satu ini. Dibandingkan Tama. Beh Tama kalah jauh.
Tidak lama terdengar suara pramugari yang menginformasikan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat.
"Hei, bangun. Kita sudah sampai. Mana barangmu biar aku yang bawa." Tawaran yang luar biasa.
"Ah, hanya tas kecil ini. Selebihnya ada koper."
"Ya sudah, ayo." Andre mempersilahkan Ima jalan duluan.
Terlihat ramai di sore itu. Banyak orang berlalu lalang. Ima berdiri menunggu antrian keluar koper. Begitu sudah terlihat koper ia menarik
"Biar aku saja yang bawa." Ima melongo. "Itu nama kamu kan?" Ima menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Andre.
Terlihat pak Restu dan bu Riska melambai. Ima bergegas menghampiri.
"Assalamualaikum bu, pak." Ima menyalami kedua orang tua dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Bukan Sekretaris (TAMAT)
General Fiction"kamu yakin pengen hidup sama saya? Kamu kan orangnya nggak mau di atur." -Abi Rizki Pratama "Mulutnya ya pak" ~Fatimah Nafisha Azizah #1 Novel @ 11 Mei 2018 #5 General Fiction @ 6 Mei 2018 #9 General Fiction @ 14 April 2018 ◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎...