28

44K 2.1K 21
                                    

Ceklekk..

Pintu terbuka, dokter dan perawat memasuki ruang inap Ima. Aura dalam ruangan itu mencekam, persis suasana hari yang mendung.

Tama menoleh ketika dokter muda yang berwajah bule itu membuka suara.

"Hai Ima, apa kabar? Masih ada yang sakit?"

"Alhamdulillah baik. Cuman agak nyeri sedikit dok waktu gerak dibagian siku dan lutut."

Dokter Kris mulai mempersiapkan alat pemeriksaan. "Makanya jangan bandel gitu, diam aja. Dalam beberapa hari ini usahakan jangan banyak gerak dulu." Senyuman mengembang dari pak dokter.

"Oke pak dokter. Tapi bolehkan makan bakso?" Ima senyum-senyum tidak jelas.

"Bubur ya, jangan macam-macam. Baru bangun, langsung berat gitu makanan." Pak dokter memeriksa saluran infus dan luka memar Ima.

Tama sudah tidak sanggup dengan suasana dalam ruangan. Wajahnya memerah. Mengapa banyak orang yang berhubungan dengan Ima adalah laki-laki. Mulai pak polisi sampai pak dokter. Usia mereka dibawah usia Tama.
Huh, meyakinkan Ima semakin kuat. Jangan mundur.

Dokter Kris memeriksa catatan kesehatan Ima dari pagi tadi. "Oh ya, kalau kamu sudah sehat, bisa kita makan diluar?"

Ima nggak salah dengarkan, kalau pak dokter bule itu pengen makan diluar dengannya. Anggap aja rezeki.

Asap keluar sudah dari telinga Tama. "Yang anda ajak makan diluar itu calon istri saya pak dokter." Nada ketus dari mulut Tama.

"Oh ya, seperti bukan calon istri bapak ya dan terlihat masih single" Dahi dokter Kris mengkerut sambil memandang Ima.

Ampun dah, datang lagi satu saingan berat. Ma kamu luar biasa. Segitu larisnya kamu.

"Hari Minggu nanti kami akan menikah pak dokter."

Orang nggak nanya pak bos. Kok panjang lebar.

"Saya tau kok bapak bilang begitu karena saya dekat-dekat dengan Ima kan. Tapi maaf pak, saya nggak percaya kalau bapak mau nikahan sama dia." Pak dokter Kris tetap kokoh dengan ucapannya.

Tama nyaris menarik dan membenturkan kepala pak dokter. Kok bisa-bisanya ngomong tanpa dicari buktinya.

Ima menutup mukanya dengan bantal. Heran, mempermasalahkan yang belum terjadi nanti.

Perawat pun heran dengan kelakuan dua laki-laki yang meributkan hak bersama dan jalan dengan Ima.

Dokter Kris yang baru saja kenal, bisa-bisanya nimbrung ke dalam konflik sepasang calon pengantin yang ujungnya masih jadi tanda tanya, apakah jadi nikah atau bubar.

Tama sudah hampir stroke berdiri. Baru saja tadi pak polisi yang luar biasa peka, sekarang pak dokter yang ikutan peka.

Pak dokter berbalik ke arah Ima. "Baik Ima, saya permisi dulu. Nanti malam saya cek lagi." Melangkah keluar ruangan beserta perawat.

"Dokter suka sama pasien itu." Perawat yang mengikuti sang dokter tersenyum.

"Untuk awal saya tertarik. Dia menyenangkan." Dokter Kris senyum-senyum.

Pertengahan jalan di lorong rumah sakit, dokter Kris berpas pasan dengan polisi Andre.

"Kok ada polisi ya? Tidak ada tersangka yang dirawat kan?" Kemudian berbalik melihat arah tujuan polisi itu. Dan polisi itu masuk ke ruang inap Ima.

"Seingat saya tidak ada dok."

"Hemm." Berbalik dan meneruskan langkah.

✩✩♡♡♡✩✩

Asisten Bukan Sekretaris (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang